Mahasiswa Bahasa Bali Latihan Konservasi Lontar
Mahasiswa Program Studi Bahasa Bali STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Agama Hindu latihan melakukan konservasi lontar di kampus setempat, Jalan Ngurah Rai Amlapura, Kamis (9/5).
AMLAPURA, NusaBali
Latihan ini melibatkan 9 mahasiswa semester IV dikoordinasikan Ketua Prodi Bahasa Bali, I Wayan Jatiyasa. Latihan hanya menggunakan satu cakep lontar.
Jatiyasa mengatakan, latihan konservasi lontar ini bertujuan agar mahasiswa saat turun ke lapangan sudah bisa melakukan konservasi lontar milik masyarakat. Dikatakan, konservasi lontar sangat penting untuk melakukan penyelamatan aset budaya Bali. Apalagi lontar-lontar kuno sampai tidak bisa dibaca. “Melalui konservasi, lontar bisa utuh dan bisa dibaca kembali,” ungkap Jatiyasa.
Dijelaskan, teknis konservasi mulai dari membersihkan lontar menggunakan sereh untuk dioleskan di setiap daun lontar agar terbebas dari serangga, jamur, hewan pengerat, dan polutan (gas udara). Sehingga lontar lebih awet dan tahan lama. Sedangkan fungsi alkohol untuk membersihkan setiap daun lontar agar tulisannya terlihat jelas. Minyak kemiri untuk menghitamkan huruf-huruf di daun lontar yang produksinya setengah jadi. Setelah dioleskan minyak kemiri, huruf-huruf terlihat hitam dan lebih jelas bisa terbaca.
Setelah dikonservasi, mahasiswa mampu membaca isi lontar. Kemudian mengukur panjang lontar untuk didokumentasikan. Jatiyasa yang juga koordinator Penyuluh Bahasa Bali wilayah Karangasem telah terbiasa melakukan konservasi lontar ke rumah-rumah penduduk yang memiliki lontar. Selama ini melakukan konservasi bersama petugas Penyuluh Bahasa Bali. “Makanya setelah mahasiswa ini memahami cara melakukan konservasi lontar, kami siap membantu melakukan konservasi lontar milik masyarakat,” tambahnya.
Jatiyasa menambahkan tujuan konservasi untuk melestarikan lontar agar tidak punah. Perlu diperhatikan, menyimpan lontar, hendaknya di kotak standar, terhindar dari serangan biota serangga dan cukup sinar matahari, menghindari lembab. Menurutnya, setelah melakukan konservasi mesti dibaca agar diketahui isinya sehingga publik tahu isi lontar yang disimpan yang selama ini dikeramatkan. “Jangan hanya disimpan dan diupacarai, tetapi lontar itu mesti dibaca, banyak ilmu pengetahuan tersimpan dalam lontar,” terangnya. *k16
Jatiyasa mengatakan, latihan konservasi lontar ini bertujuan agar mahasiswa saat turun ke lapangan sudah bisa melakukan konservasi lontar milik masyarakat. Dikatakan, konservasi lontar sangat penting untuk melakukan penyelamatan aset budaya Bali. Apalagi lontar-lontar kuno sampai tidak bisa dibaca. “Melalui konservasi, lontar bisa utuh dan bisa dibaca kembali,” ungkap Jatiyasa.
Dijelaskan, teknis konservasi mulai dari membersihkan lontar menggunakan sereh untuk dioleskan di setiap daun lontar agar terbebas dari serangga, jamur, hewan pengerat, dan polutan (gas udara). Sehingga lontar lebih awet dan tahan lama. Sedangkan fungsi alkohol untuk membersihkan setiap daun lontar agar tulisannya terlihat jelas. Minyak kemiri untuk menghitamkan huruf-huruf di daun lontar yang produksinya setengah jadi. Setelah dioleskan minyak kemiri, huruf-huruf terlihat hitam dan lebih jelas bisa terbaca.
Setelah dikonservasi, mahasiswa mampu membaca isi lontar. Kemudian mengukur panjang lontar untuk didokumentasikan. Jatiyasa yang juga koordinator Penyuluh Bahasa Bali wilayah Karangasem telah terbiasa melakukan konservasi lontar ke rumah-rumah penduduk yang memiliki lontar. Selama ini melakukan konservasi bersama petugas Penyuluh Bahasa Bali. “Makanya setelah mahasiswa ini memahami cara melakukan konservasi lontar, kami siap membantu melakukan konservasi lontar milik masyarakat,” tambahnya.
Jatiyasa menambahkan tujuan konservasi untuk melestarikan lontar agar tidak punah. Perlu diperhatikan, menyimpan lontar, hendaknya di kotak standar, terhindar dari serangan biota serangga dan cukup sinar matahari, menghindari lembab. Menurutnya, setelah melakukan konservasi mesti dibaca agar diketahui isinya sehingga publik tahu isi lontar yang disimpan yang selama ini dikeramatkan. “Jangan hanya disimpan dan diupacarai, tetapi lontar itu mesti dibaca, banyak ilmu pengetahuan tersimpan dalam lontar,” terangnya. *k16
1
Komentar