Nelayan Temukan Lumba-lumba Mati di Pantai Mengiat
Seekor lumba-lumba ditemukan mati di Pantai Mengiat, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Kamis (9/5) pagi.
MANGUPURA, NusaBali
Belum diketahui matinya mamalia yang dilindungi itu. Saat ini, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali bersama tim Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar, masih melakukan otopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Bali I Ketut Catur Marbawa, menerangkan penemuan mamalia ini pertama kali diketahui oleh para nelayan pada Kamis sekitar pukul 08.00 Wita. Para nelayan ini mendapati lumba-lumba dengan ukuran panjang 250 cm dan lebar 55 cm itu sudah tergeletak di pasir bibir Pantai Mengiat. Kondisi saat ditemukan sudah dalam keadaan mati, namun belum sampai dikerumuni lalat. Atas temuan itu, para nelayan kemudian menghubungi BKSDA untuk melakukan pemeriksaan mendalam. Tim BKSDA setelah itu berkoordinasi dengan TCEC Serangan untuk turun ke lapangan.
“Laporan adanya lumba-lumba mati itu masuk sekitar pukul 08.00 Wita. Tim kami dan TCEC bersinergi untuk mendalami penyebab kematian mamalia itu,” kata Catur, Kamis siang kemarin.
Mengenai dugaan awal penyebab matinya mamalia itu, Catur mengaku belum bisa menjelaskan secara gamblang. Meski demikian, ada beberapa faktor yang bisa memicu kematian. Di antaranya faktor kesehatan lumba-lumba, faktor cuaca, dan atau terjerat jaring nelayan. Sehingga, untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian lumba-lumba yang terdampar di Pantai Mengiat, Nusa Dua, itu masih menunggu hasil otopsi resmi. “Penyebab matinya belum tahu, saat ini masih proses otopsi di TCEC Serangan. Kemungkinan, besok (hari ini) baru dapat hasilnya,” imbuh Catur.
Berdasarkan data yang dimiliki BKSDA Bali, bahwa bangkai lumba-lumba itu jenis Spotted Dolphin atau Stenella Attenuata (lumba-lumba botol) dengan jenis kelamin jantan dan diperkirakan usianya sudah dewasa, atau sekitar 5 tahun. Kematian mamalia itu memang bukan kali pertama terjadi, namun hal tersebut sangat jarang. “Kalau lumba-lumba mati itu kan sangat jarang. Kalau saya tidak salah itu pernah terjadi setahun lalu. Faktor matinya karena tergulung ombak deras dan faktor kesehatan,” tutur Catur.
Secara terpisah, Ketua Paguyuban Yasa Segara Mengiat Nusa Dua I Ketut Koder, membenarkan adanya temuan lumba-lumba mati tersebut. Ketika ditemukan oleh anggota kelompok nelayan, pihaknya langsung menginformasikan ke manajemen ITDC untuk diteruskan ke BKSDA. Dari sana, pihak manajemen mengevakuasi lumba-lumba itu untuk menghindari kerumunan massa.
“Setelah dilaporkan, memang bangkai mamalia itu dievakuasi oleh pihak ITDC. Ya, tujuannya agar tidak memancing kerumunan massa. Baru setelah itu dievakuasi oleh pihak BKSDA,” ujar Koder. *dar
Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Bali I Ketut Catur Marbawa, menerangkan penemuan mamalia ini pertama kali diketahui oleh para nelayan pada Kamis sekitar pukul 08.00 Wita. Para nelayan ini mendapati lumba-lumba dengan ukuran panjang 250 cm dan lebar 55 cm itu sudah tergeletak di pasir bibir Pantai Mengiat. Kondisi saat ditemukan sudah dalam keadaan mati, namun belum sampai dikerumuni lalat. Atas temuan itu, para nelayan kemudian menghubungi BKSDA untuk melakukan pemeriksaan mendalam. Tim BKSDA setelah itu berkoordinasi dengan TCEC Serangan untuk turun ke lapangan.
“Laporan adanya lumba-lumba mati itu masuk sekitar pukul 08.00 Wita. Tim kami dan TCEC bersinergi untuk mendalami penyebab kematian mamalia itu,” kata Catur, Kamis siang kemarin.
Mengenai dugaan awal penyebab matinya mamalia itu, Catur mengaku belum bisa menjelaskan secara gamblang. Meski demikian, ada beberapa faktor yang bisa memicu kematian. Di antaranya faktor kesehatan lumba-lumba, faktor cuaca, dan atau terjerat jaring nelayan. Sehingga, untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian lumba-lumba yang terdampar di Pantai Mengiat, Nusa Dua, itu masih menunggu hasil otopsi resmi. “Penyebab matinya belum tahu, saat ini masih proses otopsi di TCEC Serangan. Kemungkinan, besok (hari ini) baru dapat hasilnya,” imbuh Catur.
Berdasarkan data yang dimiliki BKSDA Bali, bahwa bangkai lumba-lumba itu jenis Spotted Dolphin atau Stenella Attenuata (lumba-lumba botol) dengan jenis kelamin jantan dan diperkirakan usianya sudah dewasa, atau sekitar 5 tahun. Kematian mamalia itu memang bukan kali pertama terjadi, namun hal tersebut sangat jarang. “Kalau lumba-lumba mati itu kan sangat jarang. Kalau saya tidak salah itu pernah terjadi setahun lalu. Faktor matinya karena tergulung ombak deras dan faktor kesehatan,” tutur Catur.
Secara terpisah, Ketua Paguyuban Yasa Segara Mengiat Nusa Dua I Ketut Koder, membenarkan adanya temuan lumba-lumba mati tersebut. Ketika ditemukan oleh anggota kelompok nelayan, pihaknya langsung menginformasikan ke manajemen ITDC untuk diteruskan ke BKSDA. Dari sana, pihak manajemen mengevakuasi lumba-lumba itu untuk menghindari kerumunan massa.
“Setelah dilaporkan, memang bangkai mamalia itu dievakuasi oleh pihak ITDC. Ya, tujuannya agar tidak memancing kerumunan massa. Baru setelah itu dievakuasi oleh pihak BKSDA,” ujar Koder. *dar
Komentar