Terombang-ambing di Laut Tembles, Anak Kijang Selamat
Seekor anak kijang yang ditemukan oleh nelayan di laut Banjar Tembles, Desa Penyaringan, dilepasliarkan di TNBB kawasan Labuan Lalang, Buleleng.
NEGARA, NusaBali
Sejumlah warga di kawasan pesisir Banjar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, dihebohkan oleh temuan seekor anak kijang yang terombang-ambing di laut setempat, Rabu (8/5) petang. Belum diketahui secara jelas asal muasal anak kijang sampai berada di kawasan perairan itu. Namun anak kijang yang diserahkan masyarakat ke pihak Karantina Gilimanuk, itu telah dilepasliarkan di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Kamis (9/5).
Perbekel Penyaringan I Made Dresta, Kamis kemarin, mengatakan anak kijang itu pertama kali ditemukan salah seorang nelayan dari Banjar Tembles, I Made Tirta Wiada, 51, Rabu (8/5) sekitar pukul 18.30 Wita. Tirta Wiada yang hendak berangkat melaut tidak sengaja melihat sesuatu terombang-ambing di laut.
“Tidak sengaja dilihat pas mau berangkat melaut. Sempat dikira anak sapi milik warga yang hanyut, karena memang di sekitar pantai banyak warga pelihara sapi,” ujarnya.
Lantaran khawatir sesuatu yang dikira anak sapi itu sampai mati tenggelam, Tirta Wiada langsung berusaha mengejar ke laut. Tirta Wiada yang akhirnya berhasil mendekatinya ketika hari semakin gelap, dibuat kaget begitu mengetahui sesuatu yang berwarna merah seperti anak sapi tersebut, ternyata seekor anak kijang. “Pas berusaha dikejar, katanya sempat terbawa semakin ke tengah, dan akhirnya berhasil dibawa ke pinggir dalam keadaan selamat. Malamnya, baru saya dengar informasi penemuan anak kijang itu. Saya sempat minta pak kelian mengecek, dan ternyata memang benar,” ucapnya.
Setelah mendapat kepastian dari kelian banjar, Dresta langsung turun mengecek penemuan satwa dilindungi itu. Selanjutnya, dia berkoordinasi dengan salah satu anggota Polres Jembrana yang menyambungkan ke pihak Balai Karantina Pertanian (BKP) Wilayah Kerja (Wilker) Gilimanuk, dan mengambil anak kijang tersebut pada tengah malam sekitar pukul 00.00 Wita. “Saya sampai tengah malam kemarin menunggu penjemputan petugas dari Gilimanuk. Ya kami serahkan lebih lanjut ke pihak yang berwenang,” ujarnya.
Menurut Dresta, penemuan anak kijang sampai terombang-ambing di laut itu sangat mengherankan. Pasalnya di kawasan pesisir sekitar sangat jauh dari hutan. “Saya juga heran sampai bisa ada kijang di laut. Di pantai wilayah kami, memang tidak pernah ada kijang. Kalau daerah hutan Penyaringan, rasanya masih masuk akal. Kami tidak mengerti bagaimana sampai ada di laut. Apakah hanyut terbawa banjir atau bagaimana,” ucapnya.
Sementara Penanggungjawab BKP Wilker Gilimanuk Ida Bagus Eka Ludra, Kamis kemarin, mengatakan pihaknya dari Balai Karantina sempat melakukan pemeriksaan kesehatan termasuk membantu evakuasi anak kijang dimaksud dari Penyaringan untuk dibawa ke Gilimanuk, Kecamatan Melaya. Anak kijang yang dipastikan dalam kondisi sehat itu pun diserahkan ke pihak Balai TNBB serta pihak Balai KSDA Bali, yang kemudian melepasliarkan anak kijang itu di kawasan TNBB, tepatnya di daerah Labuan Lalang, Buleleng, Kamis pagi kemarin.
Sedangkan Kepala Balai TNBB Agus Ngurah Krisna, mengatakan dari pemeriksaan kesehatan bersama pihak Karantina Gilimanuk, tidak ditemukan adanya luka ataupun gangguan kesehatan lain pada anak kijang yang ditemukan di tengah laut Pantai Tembles. Diperkirakan, anak kijang itu sebelumnya memang hidup liar di hutan lindung, dan tidak ada tanda-tanda merupakan peliharaan. “Kalau peliharaan, biasanya perlu direhabilitasi. Tetapi dari pemeriksaan, kijang yang diselamatkan warga itu memang hewan liar, sehingga kami putuskan lepasliarkan di TNBB,” ujarnya.
Menurut Agus, daerah Labuan Lalang di kawasan TNBB merupakan salah satu lokasi perkembangan burung curik Bali, rusa, termasuk kijang yang merupakan salah satu mamalia khas TNBB. Dengan adanya kegiatan pelepasliaran anak kijang yang diselamatkan masyarakat Banjar Tembles, Desa Penyaringan, ini diharapkan semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap kelestarian satwa dilindungi. “Kami juga tidak mengerti, bagaimana sampai ditemukan terombang-ambing di tengah laut. Tetapi dari kijang yang berhasil diselamatkan masyarakat ini, kami berharap semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap kelestarian satwa dilindungi, termasuk salah satunya kijang ini,” ungkapnya. *ode
Perbekel Penyaringan I Made Dresta, Kamis kemarin, mengatakan anak kijang itu pertama kali ditemukan salah seorang nelayan dari Banjar Tembles, I Made Tirta Wiada, 51, Rabu (8/5) sekitar pukul 18.30 Wita. Tirta Wiada yang hendak berangkat melaut tidak sengaja melihat sesuatu terombang-ambing di laut.
“Tidak sengaja dilihat pas mau berangkat melaut. Sempat dikira anak sapi milik warga yang hanyut, karena memang di sekitar pantai banyak warga pelihara sapi,” ujarnya.
Lantaran khawatir sesuatu yang dikira anak sapi itu sampai mati tenggelam, Tirta Wiada langsung berusaha mengejar ke laut. Tirta Wiada yang akhirnya berhasil mendekatinya ketika hari semakin gelap, dibuat kaget begitu mengetahui sesuatu yang berwarna merah seperti anak sapi tersebut, ternyata seekor anak kijang. “Pas berusaha dikejar, katanya sempat terbawa semakin ke tengah, dan akhirnya berhasil dibawa ke pinggir dalam keadaan selamat. Malamnya, baru saya dengar informasi penemuan anak kijang itu. Saya sempat minta pak kelian mengecek, dan ternyata memang benar,” ucapnya.
Setelah mendapat kepastian dari kelian banjar, Dresta langsung turun mengecek penemuan satwa dilindungi itu. Selanjutnya, dia berkoordinasi dengan salah satu anggota Polres Jembrana yang menyambungkan ke pihak Balai Karantina Pertanian (BKP) Wilayah Kerja (Wilker) Gilimanuk, dan mengambil anak kijang tersebut pada tengah malam sekitar pukul 00.00 Wita. “Saya sampai tengah malam kemarin menunggu penjemputan petugas dari Gilimanuk. Ya kami serahkan lebih lanjut ke pihak yang berwenang,” ujarnya.
Menurut Dresta, penemuan anak kijang sampai terombang-ambing di laut itu sangat mengherankan. Pasalnya di kawasan pesisir sekitar sangat jauh dari hutan. “Saya juga heran sampai bisa ada kijang di laut. Di pantai wilayah kami, memang tidak pernah ada kijang. Kalau daerah hutan Penyaringan, rasanya masih masuk akal. Kami tidak mengerti bagaimana sampai ada di laut. Apakah hanyut terbawa banjir atau bagaimana,” ucapnya.
Sementara Penanggungjawab BKP Wilker Gilimanuk Ida Bagus Eka Ludra, Kamis kemarin, mengatakan pihaknya dari Balai Karantina sempat melakukan pemeriksaan kesehatan termasuk membantu evakuasi anak kijang dimaksud dari Penyaringan untuk dibawa ke Gilimanuk, Kecamatan Melaya. Anak kijang yang dipastikan dalam kondisi sehat itu pun diserahkan ke pihak Balai TNBB serta pihak Balai KSDA Bali, yang kemudian melepasliarkan anak kijang itu di kawasan TNBB, tepatnya di daerah Labuan Lalang, Buleleng, Kamis pagi kemarin.
Sedangkan Kepala Balai TNBB Agus Ngurah Krisna, mengatakan dari pemeriksaan kesehatan bersama pihak Karantina Gilimanuk, tidak ditemukan adanya luka ataupun gangguan kesehatan lain pada anak kijang yang ditemukan di tengah laut Pantai Tembles. Diperkirakan, anak kijang itu sebelumnya memang hidup liar di hutan lindung, dan tidak ada tanda-tanda merupakan peliharaan. “Kalau peliharaan, biasanya perlu direhabilitasi. Tetapi dari pemeriksaan, kijang yang diselamatkan warga itu memang hewan liar, sehingga kami putuskan lepasliarkan di TNBB,” ujarnya.
Menurut Agus, daerah Labuan Lalang di kawasan TNBB merupakan salah satu lokasi perkembangan burung curik Bali, rusa, termasuk kijang yang merupakan salah satu mamalia khas TNBB. Dengan adanya kegiatan pelepasliaran anak kijang yang diselamatkan masyarakat Banjar Tembles, Desa Penyaringan, ini diharapkan semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap kelestarian satwa dilindungi. “Kami juga tidak mengerti, bagaimana sampai ditemukan terombang-ambing di tengah laut. Tetapi dari kijang yang berhasil diselamatkan masyarakat ini, kami berharap semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap kelestarian satwa dilindungi, termasuk salah satunya kijang ini,” ungkapnya. *ode
Komentar