Pimpinan JAD Bisa Picu Bom Dengan Wifi
Densus 88 kembali bekuk terduga teroris JAD di Bekasi
JAKARTA, NusaBali
Pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi berinisial EY disebut memiliki kemampuan memodifikasi pemicu bom hingga bisa menggunakan jaringan Wi-Fi.
"Kelompok JAD Bekasi ini dengan amirnya EY betul-betul sudah mampu memodifikasi jenis-jenis bom yang cukup modern," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (10/5).
Selain menargetkan aparat kepolisian, kata Dedi, kelompok JAD Bekasi juga menarget kerumunan massa yang mungkin akan melakukan aksi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada saat pengumuman hasil Pemilu 2019.
Menurut Dedi, EY sudah memprediksi bahwa alat pengacak sinyal telepon (jammer) bakal dipasang pada saat aksi di KPU itu berlangsung. Atas dasar itulah, EY kemudian memodifikasi sistem pemicu bom dengan menggunakan wi-fi, dan tidak lagi menggunakan sinyal telepon.
"Dia sudah memodifikasi switching bomnya dengan menggunakan router. Dia booster sudah menggunakan Wi-Fi, kalau Wi-Fi tentunya sampai saat ini belum ada jammer yang bisa menghalangi Wi-Fi," tutur Dedi seperti dilansir detik.
Dengan menggunakan Wi-Fi itu, lanjutnya, EY bisa melancarkan aksi serangan bom dari radius hingga satu kilometer.
"Dengan dia menaruh beberapa ransel, dia tinggal ledakinnya dari jarak sekilo dengan menggunakan handphone dia, entah [diledakkan] satu-satu atau sekaligus," ucap Dedi.
Dedi mengungkapkan EY diketahui memang memiliki latar belakang kemampuan elektronik. Selain itu, EY juga memiliki kemampuan untuk mereparasi handphone.
Berdasarkan pengakuan EY, kemampuan itu diperoleh dengan belajar dari sejumlah situs dan media sosial. EY diketahui juga pernah melihat bagaimana modifikasi bom itu telah dipraktikkan di Suriah, Irak, dan Srilanka.
"Bom ini berhasil dipraktikkan sehingga memacu, memotivasi EY untuk memperdalam bagaimana caranya membuat mother of satan, bom ini dengan menggunakan alat pemicu pake Wi-Fi, bukan dengan sinyal handphone," kata Dedi.
Sementara Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror kembali meringkus anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi. Penangkapan dilakukan usai sebelumnya polisi mengamankan sejumlah bahan peledak di toko handphone Bekasi, beberapa hari lalu.
Dedi menuturkan penangkapan terduga teroris tersebut dilakukan dengan upaya paksa. Namun, ia masih belum merinci identitas terduga teroris serta lokasi penangkapan.
"Hari ini ada upaya paksa penangkapan terhadap dugaan pelaku terorisme dan terus melakukan pengejaran terhadap kelompok JAD Bekasi yang dipimpin oleh EY," tutur Dedi di Mabes Polri, Jumat (10/5) seperti dilansir cnnindonesia.
Selain itu, dikatakan Dedi, Densus 88 masih memburu belasan terduga teroris yang juga tergabung dalam kelompok JAD Bekasi itu. Ia mengungkapkan terduga teroris yang masih diburu itu memiliki kemampuan merakit bom. Pengejaran tersebut, sambungnya, dilakukan di wilayah Bekasi, Jawa Barat dan sekitarnya.
"Masih ada beberapa orang yang boleh dikatakan cukup berbahaya," ucap Dedi. Dedi menjelaskan kelompok JAD Bekasi memiliki insting dan naluri yang kuat. Jika kelompok itu melihat pemberitaan di televisi perihal penangkapan sejumlah orang, maka mereka sudah bersiap untuk melarikan diri.
Selain itu, dikatakan Dedi, kelompok tersebut juga telah mempersiapkan pertahanan diri saat akan dilakukan penangkapan.
"Sama dengan penangkapan yang di Bandung, yang menyebabkan anggota jadi korban, sama seperti di Sibolga, ketika ditangkap, mereka sudah siap, mereka masang ranjau bom," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Densus 88 Antiteror Polri menangkap delapan terduga teroris jaringan JAD Lampung selama tiga hari. Delapan terduga teroris ini ditangkap di daerah yang berbeda yaitu Bitung, Tegal, dan Bekasi, pada Kamis (2/5), Sabtu (4/5), dan Minggu (5/5). *
"Kelompok JAD Bekasi ini dengan amirnya EY betul-betul sudah mampu memodifikasi jenis-jenis bom yang cukup modern," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (10/5).
Selain menargetkan aparat kepolisian, kata Dedi, kelompok JAD Bekasi juga menarget kerumunan massa yang mungkin akan melakukan aksi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada saat pengumuman hasil Pemilu 2019.
Menurut Dedi, EY sudah memprediksi bahwa alat pengacak sinyal telepon (jammer) bakal dipasang pada saat aksi di KPU itu berlangsung. Atas dasar itulah, EY kemudian memodifikasi sistem pemicu bom dengan menggunakan wi-fi, dan tidak lagi menggunakan sinyal telepon.
"Dia sudah memodifikasi switching bomnya dengan menggunakan router. Dia booster sudah menggunakan Wi-Fi, kalau Wi-Fi tentunya sampai saat ini belum ada jammer yang bisa menghalangi Wi-Fi," tutur Dedi seperti dilansir detik.
Dengan menggunakan Wi-Fi itu, lanjutnya, EY bisa melancarkan aksi serangan bom dari radius hingga satu kilometer.
"Dengan dia menaruh beberapa ransel, dia tinggal ledakinnya dari jarak sekilo dengan menggunakan handphone dia, entah [diledakkan] satu-satu atau sekaligus," ucap Dedi.
Dedi mengungkapkan EY diketahui memang memiliki latar belakang kemampuan elektronik. Selain itu, EY juga memiliki kemampuan untuk mereparasi handphone.
Berdasarkan pengakuan EY, kemampuan itu diperoleh dengan belajar dari sejumlah situs dan media sosial. EY diketahui juga pernah melihat bagaimana modifikasi bom itu telah dipraktikkan di Suriah, Irak, dan Srilanka.
"Bom ini berhasil dipraktikkan sehingga memacu, memotivasi EY untuk memperdalam bagaimana caranya membuat mother of satan, bom ini dengan menggunakan alat pemicu pake Wi-Fi, bukan dengan sinyal handphone," kata Dedi.
Sementara Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror kembali meringkus anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi. Penangkapan dilakukan usai sebelumnya polisi mengamankan sejumlah bahan peledak di toko handphone Bekasi, beberapa hari lalu.
Dedi menuturkan penangkapan terduga teroris tersebut dilakukan dengan upaya paksa. Namun, ia masih belum merinci identitas terduga teroris serta lokasi penangkapan.
"Hari ini ada upaya paksa penangkapan terhadap dugaan pelaku terorisme dan terus melakukan pengejaran terhadap kelompok JAD Bekasi yang dipimpin oleh EY," tutur Dedi di Mabes Polri, Jumat (10/5) seperti dilansir cnnindonesia.
Selain itu, dikatakan Dedi, Densus 88 masih memburu belasan terduga teroris yang juga tergabung dalam kelompok JAD Bekasi itu. Ia mengungkapkan terduga teroris yang masih diburu itu memiliki kemampuan merakit bom. Pengejaran tersebut, sambungnya, dilakukan di wilayah Bekasi, Jawa Barat dan sekitarnya.
"Masih ada beberapa orang yang boleh dikatakan cukup berbahaya," ucap Dedi. Dedi menjelaskan kelompok JAD Bekasi memiliki insting dan naluri yang kuat. Jika kelompok itu melihat pemberitaan di televisi perihal penangkapan sejumlah orang, maka mereka sudah bersiap untuk melarikan diri.
Selain itu, dikatakan Dedi, kelompok tersebut juga telah mempersiapkan pertahanan diri saat akan dilakukan penangkapan.
"Sama dengan penangkapan yang di Bandung, yang menyebabkan anggota jadi korban, sama seperti di Sibolga, ketika ditangkap, mereka sudah siap, mereka masang ranjau bom," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Densus 88 Antiteror Polri menangkap delapan terduga teroris jaringan JAD Lampung selama tiga hari. Delapan terduga teroris ini ditangkap di daerah yang berbeda yaitu Bitung, Tegal, dan Bekasi, pada Kamis (2/5), Sabtu (4/5), dan Minggu (5/5). *
Komentar