Krama Ubud Siapkan Karya di Gunung Lebah
Krama Desa Pakraman Ubud dan krama subak di sekitar wilayah Kecamatan Ubud, Gianyar, kini sedang mempersiapkan Karya Pujawali di Pura Gunung Lebah, Ubud.
GIANYAR, Nusabali
Karya yang puncaknya pada Buda Kliwon Sinta, Rabu (15/5), bertepatan dengan Hari Raya Pagerwesi ini dilengkapi kurban seekor kerbau karena disertai prosesi Ida Batara tedun (turun) ke Balai Peselang.
Pangrajeng Karya Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De menjelaskan, karya tersebut dilaksanakan pasca lima tahun lalu pelaksanaan Karya Tawur Panca Wali lan Pedudusan Agung di pura setempat tahun 2014. Prosesi karya diawali Negtegang atau Nyangling pada Buda Pon Watugunung, Rabu (8/5). Upara ini dipuput Ida Pedanda Gde Griya Peling Baleran, Padangtegal, Ubud. Karya ini akan disertai prosesi Melasti Ida Batara di Pantai Masecti, Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Soma Pon Sinta, Senin (13/5), dan Mapapada Wawalungan pada Anggara Wage Sinta, Selasa (14/5). Puncak Karya pada Buda Kliwon Sinta, Rabu (15/5). Pada Saniscara Pon Sinta, Sabtu (18/5), diadakan upacara Ngeremek. Ida Batara tedun mulai Selasa (14/5) dan Masineb pada Buda Pahing Landep, Rabu (22/5).
Cok De menjelaskan, selama Ida Batara nyejer akan ada sekitar 24 tapakan Barong dari sejumlah pura di sekitar Ubud. ‘’Namun, dari 24 tapakan Barong ini tak bersamaan rauh (datang) ke pura. Melainkan ada saat puncak karya, ada juga besok, dan budal (kembali) pun bergiliran. Karena di pura agak sempit,’’ jelas undagi bade dan pratima di Ubud ini. Cok De menambahkan,
karya ini tentu sebagai wujud nyata penerapan konsep asih-bhakti. Lebih-lebih, Ubud selama ini menjadi wilayah yang subur terutama pertanian yang dipadu dengan sektor pariwisata.
Menurut catatan sejarah, pura khayangan jagat yang diempon sameton Puri Saren Ubud ini merupakan salah satu petilasan kedatangan Ida Rsi Markandya ke tanah Bali. Menurut Markandeya Purana, sebelum bernama Pura Gunung Lebah, pura ini bernama Pura Payogan. Nama Payogan karena lokasi ini merupakan salah satu tempat Maha Rsi Markandya melakukan tapa yoga. Selanjutnya atas anugerah dari Ida Batari Dewi Danu di Batur, Kintamani, Bangli, nama tempat payogan ini menjadi Pura Gunung Lebah. Maka pura ini pun kini menjadi Pura Payogan Agung Gunung Lebah.
Selain membangun Pura Gunung Lebah, Maha Rsi Markandya juga menjadi pioner pembangunan subak (sistem irigasi subak) di Bali. Hal ini ditandai dengan Sang Rsi dengan para pengiringnya merambah hutan untuk membangun perkampungan dan membuka hutan menjadi ladang pertanian yang dikelola para pengiringnya. Dengan keberadaan subak yang sangat membutuhkan air, maka Pura Gunung Lebah yang dibangun Sang Rsi menjadi penyawangan dari Ida Batara-batari yang berstana di Batur, Kintamani, Bangli. *Isa
Pangrajeng Karya Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De menjelaskan, karya tersebut dilaksanakan pasca lima tahun lalu pelaksanaan Karya Tawur Panca Wali lan Pedudusan Agung di pura setempat tahun 2014. Prosesi karya diawali Negtegang atau Nyangling pada Buda Pon Watugunung, Rabu (8/5). Upara ini dipuput Ida Pedanda Gde Griya Peling Baleran, Padangtegal, Ubud. Karya ini akan disertai prosesi Melasti Ida Batara di Pantai Masecti, Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Soma Pon Sinta, Senin (13/5), dan Mapapada Wawalungan pada Anggara Wage Sinta, Selasa (14/5). Puncak Karya pada Buda Kliwon Sinta, Rabu (15/5). Pada Saniscara Pon Sinta, Sabtu (18/5), diadakan upacara Ngeremek. Ida Batara tedun mulai Selasa (14/5) dan Masineb pada Buda Pahing Landep, Rabu (22/5).
Cok De menjelaskan, selama Ida Batara nyejer akan ada sekitar 24 tapakan Barong dari sejumlah pura di sekitar Ubud. ‘’Namun, dari 24 tapakan Barong ini tak bersamaan rauh (datang) ke pura. Melainkan ada saat puncak karya, ada juga besok, dan budal (kembali) pun bergiliran. Karena di pura agak sempit,’’ jelas undagi bade dan pratima di Ubud ini. Cok De menambahkan,
karya ini tentu sebagai wujud nyata penerapan konsep asih-bhakti. Lebih-lebih, Ubud selama ini menjadi wilayah yang subur terutama pertanian yang dipadu dengan sektor pariwisata.
Menurut catatan sejarah, pura khayangan jagat yang diempon sameton Puri Saren Ubud ini merupakan salah satu petilasan kedatangan Ida Rsi Markandya ke tanah Bali. Menurut Markandeya Purana, sebelum bernama Pura Gunung Lebah, pura ini bernama Pura Payogan. Nama Payogan karena lokasi ini merupakan salah satu tempat Maha Rsi Markandya melakukan tapa yoga. Selanjutnya atas anugerah dari Ida Batari Dewi Danu di Batur, Kintamani, Bangli, nama tempat payogan ini menjadi Pura Gunung Lebah. Maka pura ini pun kini menjadi Pura Payogan Agung Gunung Lebah.
Selain membangun Pura Gunung Lebah, Maha Rsi Markandya juga menjadi pioner pembangunan subak (sistem irigasi subak) di Bali. Hal ini ditandai dengan Sang Rsi dengan para pengiringnya merambah hutan untuk membangun perkampungan dan membuka hutan menjadi ladang pertanian yang dikelola para pengiringnya. Dengan keberadaan subak yang sangat membutuhkan air, maka Pura Gunung Lebah yang dibangun Sang Rsi menjadi penyawangan dari Ida Batara-batari yang berstana di Batur, Kintamani, Bangli. *Isa
1
Komentar