Pementasan Calonarang Diguyur Hujan
Panitia Siapkan 5 Pawang Hujan
BANGLI, NusaBali
Perayaan HUT ke 815 Bangli dimeriahkan dengan pemantasan calonarang di catuspata Nara Singa, depan kantor Bupati Bangli, Kamis (9/5) malam. Panitia telah menyiapkan pawang hujan, namun pementasan calonarang diguyur hujan lebat. Meski hujan, pementasan dari Sanggar Kunti Seraya Desa Abuan, Kecamatan Susut, Bangli tetap dilanjutkan.
Pantauan di lokasi, sebelum pementasan dimulai memang tidak turun hujan, penonton sangat ramai. Baru beberapa menit pementasan dimulai, tiba-tiba turun hujan dan penonton berebut mencari tempat berteduh. Meski turun hujan tidak menyurutkan para seniman untuk menghibur penonton. Sekda Bangli, IB Gede Giri Putra, mengatakan panitia menyiapkan lima orang pawang hujan untuk antisipasi terjadinya hujan saat kegiatan hiburan HUT Bangli.
Meski telah minta bantuan pawing hujan, pementasan kesenian Bali yakni wayang kulit Dug Byor dari Kecamatan Blahbatuh, Gianyar dan pementasan calonarang diguyur hujan lebat. “Sementara hiburan musik dan gong kebyar tidak turun hujan. Justru saat pementasan kesenian berbau religius hujan turun sangat derasnya,” ungkap IB Giri Putra, Jumat (10/5). Menurutnya, fenomena tersebut merupakan keunikan dari Kabupaten Bangli.
Bagi IB Giri Putra, lebih greget menggunakan pawang hujan dibandingkan teknologi laser. Menurutnya, penggunaan laser tidak ramah lingkungan. Sedangkan menggunakan tenaga pawang hujan sebagai upaya menjaga kearifan lokal. “Menggunakan laser bukan jaminan tidak turun hujan, kekuatan alam melebihi kemampuan manusia,” tandasnya. Sementara Kabid Kesenian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bangli, I Nyoman Wiradana, mengatakan sebelum calonarang lebih dulu ditampilkan jogeg bungbung dari Desa Kayubihi.
Turun hujan saat pementasan, Wiradana sudah menyarankan para seniman untuk jeda, namun mereka tetap fokus tampil. “Walaupun turun hujan para seniman tetap tampil maksimal. Dalam kondisi seperti itu bisa disiasati dengan mempersingkat cerita, namun hal tersebut tidak dilakukan,” ungkapnya. Para seniman tetap mementaskan cerita secara utuh. “Itulah seniman-seniman kita yang ikhlas tampil menghibur masyarakat. Kami sangat mengapresiasi para seniman yang sudah bekerja keras,” imbuhnya. *esa
Pantauan di lokasi, sebelum pementasan dimulai memang tidak turun hujan, penonton sangat ramai. Baru beberapa menit pementasan dimulai, tiba-tiba turun hujan dan penonton berebut mencari tempat berteduh. Meski turun hujan tidak menyurutkan para seniman untuk menghibur penonton. Sekda Bangli, IB Gede Giri Putra, mengatakan panitia menyiapkan lima orang pawang hujan untuk antisipasi terjadinya hujan saat kegiatan hiburan HUT Bangli.
Meski telah minta bantuan pawing hujan, pementasan kesenian Bali yakni wayang kulit Dug Byor dari Kecamatan Blahbatuh, Gianyar dan pementasan calonarang diguyur hujan lebat. “Sementara hiburan musik dan gong kebyar tidak turun hujan. Justru saat pementasan kesenian berbau religius hujan turun sangat derasnya,” ungkap IB Giri Putra, Jumat (10/5). Menurutnya, fenomena tersebut merupakan keunikan dari Kabupaten Bangli.
Bagi IB Giri Putra, lebih greget menggunakan pawang hujan dibandingkan teknologi laser. Menurutnya, penggunaan laser tidak ramah lingkungan. Sedangkan menggunakan tenaga pawang hujan sebagai upaya menjaga kearifan lokal. “Menggunakan laser bukan jaminan tidak turun hujan, kekuatan alam melebihi kemampuan manusia,” tandasnya. Sementara Kabid Kesenian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bangli, I Nyoman Wiradana, mengatakan sebelum calonarang lebih dulu ditampilkan jogeg bungbung dari Desa Kayubihi.
Turun hujan saat pementasan, Wiradana sudah menyarankan para seniman untuk jeda, namun mereka tetap fokus tampil. “Walaupun turun hujan para seniman tetap tampil maksimal. Dalam kondisi seperti itu bisa disiasati dengan mempersingkat cerita, namun hal tersebut tidak dilakukan,” ungkapnya. Para seniman tetap mementaskan cerita secara utuh. “Itulah seniman-seniman kita yang ikhlas tampil menghibur masyarakat. Kami sangat mengapresiasi para seniman yang sudah bekerja keras,” imbuhnya. *esa
Komentar