Corat-coret dan Konvoi Tetap Mewarnai
Kenapa masih ada sekolah yang tidak mampu atau seperti melakukan pembiaran atas hal tersebut.
Pelajar SMA/SMK Lulus Tak Hiraukan Guru
GIANYAR, NusaBali
Ratusan pelajar SMA/SMK di Gianyar tak hirau himbauan para guru sekolah dan kepolisian. Karena para pelajar ini masih melakukan aksi corat-coret kostum dengan spidol dan cat sebagai tanda perayaan kelulusan, Senin (13/5). Usai saling corat-coret kostum, tak sedikit dari mereka menggelar konvoi sepeda motor.
Pantauan di lapangan, banyak di antara pelajar itu nekat berkonvoi tanpa helem dan kebut-kebutan. Komisioner Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali, Made Ariasa pun menyayangkan kondisi tersebut. “Kami dari KPPAD Bali, Bidang Pendidikan sangat menyayangkan masih ada beberapa sekolah kurang mampu membuat kebijakan dan aturan yang bisa mengikat perilaku siswa setiap pengumuman kelulusan UN tanpa corat-coret dan konvoi,” ujar Ariasa, Senin (13/5). Komisioner asal Desa Mas, Kecamatan Ubud itu mengakui ada beberapa sekolah yang mampu membendung aksi konvoi dan corat-coret tersebut. “Ada sekolah yang bisa mengurangi kejadian-kejadian yang bisa ditimbulkan akibat dampak konvoi dari corat-coret tersebut. Tapi kenapa masih ada sekolah yang tidak mampu atau seperti melakukan pembiaran atas hal tersebut,” keluhnya.
Sebetulnya, menurut Ariasa, sudah menjadi tugas pemerintah melalui Dinas Pendidikan mempunyai kewenangan dalam mengantisipasi aksi tersebut. “Ini seperti menjadi tradisi yang tidak bermanfaat dan bisa mengganggu ketertiban umum,” tegasnya. Tidak hanya pemerintah, penegak hukum juga punya peran dalam hal ini. “Termasuk aparat penegak hukum yang punya kewenangan penindakan harus berani bersikap tegas dalam menegakkan aturan kalau terjadi pelanggaran aturan berkendaraan dan lainnya,” jelasnya.
Sementara itu, Kanit Lakalantas Polres Gianyar Iptu Ketut Nariawan mengaku jauh sebelum pengumuman kelulusan sudah menyambangi sekolah-sekolah. “Kami beri pemahaman untuk pakai adat saat pengumuman kelulusan. Supaya tertib berlalu lintas. Kami berikan pemahaman, pendidikan tidak saat ini saja, ke depan ada jenjang yang lebih tinggi,” jelasnya.
Meski begitu, tetap masih ada pelajar yang melakukan aksi konvoi tersebut. “Tapi kami tidak bisa paksakan. Kalau hal-hal seperti itu, rekan kami di lapangan juga akan menindak,” tegasnya.
Sementara itu, untuk mencegah aksi corat-coret kostum pasca kelulusan tingkat SMA/SMK di Klungkung, Senin (13/5), pihak sekolah mewajibkan siswanya untuk berbusana adat. Dengan harapan, tidak ada kesempatan anak-anak untuk corat-coret kostum terutama di lingkungan sekolah. Namun, setelah pengumuman selesai, siswa langsung ganti pakaian adat dengan seragam sekolah dalam tas yang sudah disiapkan dari rumah. Selanjutnya mereka meluapkan ekspresi kelulusan dengan cara corat-coret baju sekolah, dengan cat pilox, spidol. Mereka juga pasang tanda tangan di baju dengan pulpen. Setelah puas corat-coret, mereka menggelar aksi konvoi di jalan raya, namun sebagian besar mengenakan helm. *nvi, wan
1
Komentar