Ekspor Produk Kerajinan Batu Padas Lesu
Ekspor produk kerajinan batu padas, salah satu komoditas yang mengalami kelesuan. Indikasi terungkap dari kalangan pebisnis/eksporter kerajinan tersebut.
DENPASAR, NusaBali
Mereka mengaku kelesuan sudah terjadi dalam dua bulan terakhir. “Mudah-mudahan bulan depan ramai,” ujar I Wayan Wardana, salah seorang pebisnis kerajinan batu padas di jalur Batubulan- Singapadu, Sukawati Gianyar, Selasa (14/5).
Mengacu tahun sebelumnya, pesanan termasuk ekspor akan mulai lagi setelah bulan Juni ke atas. Hal senada disampaikan ekspoter kerajinan batu padas lainnya di jalur Batubulan-Denpasar. Rata-rata ekspor kerajinan batu padas mengalami kelesuan. “Kalau Februari lalu orderan ekspor ada. Sekarang belum,” ungkap pebisnis patung padas lainnya.
Jalur Denpasar-Batubulan-Singapadu merupakan salah satu sentra kerajinan batu padas di Bali. Puluhan art shop atau bengkel, memajang berbagai bentuk kerajinan berbahan batu padas. Yang terbanyak adalah kerajinan dalam bentuk patung dan pandil/rilief. Patung-patung tersebut dalam beragam bentuk dan thema. Bentuk orang, perwujudan dewa-dewi, raksasa, satwa dan aneka patung kreatif.
“India, China dan Eropa sering meminta (ekspor),” ujar Wardana, menyebut beberapa negara tujuan ekspor. Selain itu, tentu saja yang banyak adalah penjualan lokal, baik lokal Bali, maupun ke ke kota/daerah lainnya di luar Bali, seperti Jakarta, Bandung. Sebagian besar produk kerajinan batu padas untuk dekorasi.
Sementara kalau penjualan lokal Bali, sebagian besar untuk melengkapi bangunan suci, seperti sanggah/merajan ( tempat persembahyangan keluarga) dan pura.
Sedang bahan bakunya berasal batu padas lokal, batu padas putih Yogyakarta. Juga bahan baku daro padas cetakan, campuran semen dengan serbuk padas. Juga cetakan murni berbahan semen.
“Yang berbahan asli dari alam harganya lebih tinggi dari yang cetakan. Selisih harga tersebut sampai 30 persen. Hal disebabkan, karena padas asli semakin sulit diperoleh,” ungkap Wardana.
Sebelumnya data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Bali menunjukkan ada trend penurunan ekspor kerajinan batu padas. Indikasi tersebut ditunjukkan volume dan nilai ekspor produk kerajinan padas pada Februari dan Maret. Realisasi ekspor kerajinan batu padas pada Februari mencapai 129 ribu dollar AS dari 8,148 m3, terus 700 ribu dollar dari 176.199 pcs. Sedang pada Maret nilainya 28 ribu dollar AS dari 3,6 ribu m3 dan 696 ribu dollar dari 179,8 ribu pcs.
“Handcraft atau kerajinan tetap merupakan salah satu unggulan ekspor kita ( Bali),” ujar Kadis Perindag Bali I Putu Astawa. *K17
Mengacu tahun sebelumnya, pesanan termasuk ekspor akan mulai lagi setelah bulan Juni ke atas. Hal senada disampaikan ekspoter kerajinan batu padas lainnya di jalur Batubulan-Denpasar. Rata-rata ekspor kerajinan batu padas mengalami kelesuan. “Kalau Februari lalu orderan ekspor ada. Sekarang belum,” ungkap pebisnis patung padas lainnya.
Jalur Denpasar-Batubulan-Singapadu merupakan salah satu sentra kerajinan batu padas di Bali. Puluhan art shop atau bengkel, memajang berbagai bentuk kerajinan berbahan batu padas. Yang terbanyak adalah kerajinan dalam bentuk patung dan pandil/rilief. Patung-patung tersebut dalam beragam bentuk dan thema. Bentuk orang, perwujudan dewa-dewi, raksasa, satwa dan aneka patung kreatif.
“India, China dan Eropa sering meminta (ekspor),” ujar Wardana, menyebut beberapa negara tujuan ekspor. Selain itu, tentu saja yang banyak adalah penjualan lokal, baik lokal Bali, maupun ke ke kota/daerah lainnya di luar Bali, seperti Jakarta, Bandung. Sebagian besar produk kerajinan batu padas untuk dekorasi.
Sementara kalau penjualan lokal Bali, sebagian besar untuk melengkapi bangunan suci, seperti sanggah/merajan ( tempat persembahyangan keluarga) dan pura.
Sedang bahan bakunya berasal batu padas lokal, batu padas putih Yogyakarta. Juga bahan baku daro padas cetakan, campuran semen dengan serbuk padas. Juga cetakan murni berbahan semen.
“Yang berbahan asli dari alam harganya lebih tinggi dari yang cetakan. Selisih harga tersebut sampai 30 persen. Hal disebabkan, karena padas asli semakin sulit diperoleh,” ungkap Wardana.
Sebelumnya data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Bali menunjukkan ada trend penurunan ekspor kerajinan batu padas. Indikasi tersebut ditunjukkan volume dan nilai ekspor produk kerajinan padas pada Februari dan Maret. Realisasi ekspor kerajinan batu padas pada Februari mencapai 129 ribu dollar AS dari 8,148 m3, terus 700 ribu dollar dari 176.199 pcs. Sedang pada Maret nilainya 28 ribu dollar AS dari 3,6 ribu m3 dan 696 ribu dollar dari 179,8 ribu pcs.
“Handcraft atau kerajinan tetap merupakan salah satu unggulan ekspor kita ( Bali),” ujar Kadis Perindag Bali I Putu Astawa. *K17
Komentar