Ribuan Umat Hadiri Karya di Gunung Lebah
Ribuan krama dari wilayah Ubud, Gianyar, dan sekitarnya, menghadiri puncak Karya Pujawali, Buda Kliwon Sinta, Rabu (15/5) sore, bertepatan Hari Suci Pagerwesi, di Pura Kahyangan Jagat Gunung Lebah, Ubud.
GIANYAR, Nusabali
Prosesi ini dihadiri juga Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace. Karya diawali prosesi Melasti Ida Batara di Pantai Masceti, Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Soma Pon Sinta, Senin (13/5). Ritual dengan kurban utama seekor kerbau tersebut dilaksanakan pasca lima tahun lalu pelaksanaan Karya Tawur Panca Wali Krama lan Pedudusan Agung di pura setempat tahun 2014. Puncak karya disertai prosesi pratima Ida Batara tedun (turun) ke Balai Peselang.
Pangrajeng Karya Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De menjelaskan, krama yang pedek tangkil (hadir) saat karya di pura ini selalu ramai. Karena puncak karya bersamaan dengan Pagerwesi. Selain itu, kesadaran umat yang kian meningkat, terlebih pura khayangan jagat ini diyakini sebagai pusaran dari kesuburan jagat. ‘’Pura ini selain sungsungan jagat Ubud, juga sungsungan subak di wilayah Ubud dan sekitarnya,’’ jelas tokoh Puri Agung Ubud ini.
Karya ini akan disertai prosesi Ngeremek, Saniscara Pon Sinta, Sabtu (18/5). Ida Batara Masineb pada Buda Pahing Landep, Rabu (22/5). Sebagaimana diketahui, sesuai catatan sejarah, pura khayangan jagat yang diempon sameton Puri Saren Ubud ini merupakan salah satu petilasan kedatangan Ida Rsi Markandya ke tanah Bali. Menurut Markandeya Purana, sebelum bernama Pura Gunung Lebah, pura ini bernama Pura Payogan. Nama Payogan karena lokasi ini merupakan salah satu tempat Maha Rsi Markandya melakukan tapa yoga. Selanjutnya atas anugerah dari Ida Batari Dewi Danu di Batur, Kintamani, Bangli, nama tempat payogan ini menjadi Pura Gunung Lebah. Maka pura ini pun kini menjadi Pura Payogan Agung Gunung Lebah.
Selain membangun Pura Gunung Lebah, Maha Rsi Markandya juga menjadi pioner pembangunan subak (sistem irigasi subak) di Bali. *Isa
Pangrajeng Karya Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De menjelaskan, krama yang pedek tangkil (hadir) saat karya di pura ini selalu ramai. Karena puncak karya bersamaan dengan Pagerwesi. Selain itu, kesadaran umat yang kian meningkat, terlebih pura khayangan jagat ini diyakini sebagai pusaran dari kesuburan jagat. ‘’Pura ini selain sungsungan jagat Ubud, juga sungsungan subak di wilayah Ubud dan sekitarnya,’’ jelas tokoh Puri Agung Ubud ini.
Karya ini akan disertai prosesi Ngeremek, Saniscara Pon Sinta, Sabtu (18/5). Ida Batara Masineb pada Buda Pahing Landep, Rabu (22/5). Sebagaimana diketahui, sesuai catatan sejarah, pura khayangan jagat yang diempon sameton Puri Saren Ubud ini merupakan salah satu petilasan kedatangan Ida Rsi Markandya ke tanah Bali. Menurut Markandeya Purana, sebelum bernama Pura Gunung Lebah, pura ini bernama Pura Payogan. Nama Payogan karena lokasi ini merupakan salah satu tempat Maha Rsi Markandya melakukan tapa yoga. Selanjutnya atas anugerah dari Ida Batari Dewi Danu di Batur, Kintamani, Bangli, nama tempat payogan ini menjadi Pura Gunung Lebah. Maka pura ini pun kini menjadi Pura Payogan Agung Gunung Lebah.
Selain membangun Pura Gunung Lebah, Maha Rsi Markandya juga menjadi pioner pembangunan subak (sistem irigasi subak) di Bali. *Isa
1
Komentar