Hoax Bertebaran, Diskominfo Geber Literasi Media
Hoax atau berita bohong kian hari kian bertebaran. Informasi-informasi menyesatkan dikonsumsi seiring perkembangan teknologi masa kini.
DENPASAR, NusaBali
Perang terhadap hoax coba dilawan oleh pemerintah provinsi Bali dengan mengedukasi masyarakat lewat dialogi literasi media yang mengundang sejumlah wartawan, Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari) dan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) di Kantor Dinas Komunikasi, Informasi, dan Statistik (Diskominfos) Provinsi Bali, Kamis (16/5).
Dalam dialog tersebut menghadirkan narasumber Ketua Komisi Informasi Gede Agus Astapa dan Sekjen PWI Provinsi Bali Emanuel Dewata Oja. “Kami terus melakukan literasi media, begitu juga di masing-masing kabupaten juga melaksanakan hal yang sama.Sehingga yang diharapkan nanti, masyarakat semakin cerdas memahami dan menganilis informasi berita maupun media sosial,” ujar Sekretaris Diskominfo Provinsi Bali, Agus Suryawan.
Menurutnya, kalau masyarakat sendiri sudah cerdas, secara berangsur hoax bisa dikurangi meskipun tidak mungkin dihapus. Minimal masyarakat bisa saring sebelum sharing. Untuk menghindari hoax, perlu dikenali ciri-cirinya. Seperti informasi yang berisi kalimat ‘viralkan’ atau ‘sebarkan’ itu patut dipertanyakan.
“Patut dipertanyakan, apakah sudah ada berita tersebut diberitakan di berita mainstream. Sumbernya harus jelas, dan biasaya beritanya tidak meresahkan. Yang lebih penting lagi, setiap berita pasti ada solusi dari berita atau persoalan yang diangkat,” ungkapnya.
Suryawan menambahkan, hoax berkembang sesuai tren yang sedang terjadi. Biasanya produksi hoax yang paling marak beredar terutama berkaitan dengan pemilihan presiden dan isu-isu politik yang berkembang pasca pemilu kemarin, “Isunya apakah pemilihan presiden, ada kasus ancaman ingin memenggal kepala presiden. Yang seperti ini kan tidak benar,” imbuhnya.
Tantangan memerangi hoax akan menjadi perhatian seiring recana Pemerintah Provinsi Bali yang akan memasang WiFi gratis di seluruh wilayah Pulau Dewata yang direncanakan lebih dari seribu titik. Seiring rencana tersebut, masyarakat Bali juga perlu diedukasi agar siap dan cerdas dalam menyeleksi informasi yang diterima. “Kita mengadakan literasi media salah satunya adalah untuk menangkal hoax ini. Yang kita inginkan, tidak hanya di kota yang bisa mengakses internet, tapi juga di desa. Ada 1.143 titik yang rencananya akan dipasang akses WiFi gratis yaitu di SMA/SMK, puskesmas dan desa pakraman se-Bali. Tentu pasti ada informasi positif dan negatif yang akan masuk. Efek negatif ini seminimal mungkin kita tekan dan pantau di lapangan,” katanya.
Adapun proges pemasangan akses WiFi gratis se-Bali realisasinya antara lain: puskesmas baru terpasang sebanyak 67 titik, obyek wisata sebanyak 39 titik, dan desa pakraman baru terpasang sebanyak 480 titik. Pihaknya optimis hingga akhir tahun 2019 terpasang tuntas sebanyak 1.143 titik. * ind
Dalam dialog tersebut menghadirkan narasumber Ketua Komisi Informasi Gede Agus Astapa dan Sekjen PWI Provinsi Bali Emanuel Dewata Oja. “Kami terus melakukan literasi media, begitu juga di masing-masing kabupaten juga melaksanakan hal yang sama.Sehingga yang diharapkan nanti, masyarakat semakin cerdas memahami dan menganilis informasi berita maupun media sosial,” ujar Sekretaris Diskominfo Provinsi Bali, Agus Suryawan.
Menurutnya, kalau masyarakat sendiri sudah cerdas, secara berangsur hoax bisa dikurangi meskipun tidak mungkin dihapus. Minimal masyarakat bisa saring sebelum sharing. Untuk menghindari hoax, perlu dikenali ciri-cirinya. Seperti informasi yang berisi kalimat ‘viralkan’ atau ‘sebarkan’ itu patut dipertanyakan.
“Patut dipertanyakan, apakah sudah ada berita tersebut diberitakan di berita mainstream. Sumbernya harus jelas, dan biasaya beritanya tidak meresahkan. Yang lebih penting lagi, setiap berita pasti ada solusi dari berita atau persoalan yang diangkat,” ungkapnya.
Suryawan menambahkan, hoax berkembang sesuai tren yang sedang terjadi. Biasanya produksi hoax yang paling marak beredar terutama berkaitan dengan pemilihan presiden dan isu-isu politik yang berkembang pasca pemilu kemarin, “Isunya apakah pemilihan presiden, ada kasus ancaman ingin memenggal kepala presiden. Yang seperti ini kan tidak benar,” imbuhnya.
Tantangan memerangi hoax akan menjadi perhatian seiring recana Pemerintah Provinsi Bali yang akan memasang WiFi gratis di seluruh wilayah Pulau Dewata yang direncanakan lebih dari seribu titik. Seiring rencana tersebut, masyarakat Bali juga perlu diedukasi agar siap dan cerdas dalam menyeleksi informasi yang diterima. “Kita mengadakan literasi media salah satunya adalah untuk menangkal hoax ini. Yang kita inginkan, tidak hanya di kota yang bisa mengakses internet, tapi juga di desa. Ada 1.143 titik yang rencananya akan dipasang akses WiFi gratis yaitu di SMA/SMK, puskesmas dan desa pakraman se-Bali. Tentu pasti ada informasi positif dan negatif yang akan masuk. Efek negatif ini seminimal mungkin kita tekan dan pantau di lapangan,” katanya.
Adapun proges pemasangan akses WiFi gratis se-Bali realisasinya antara lain: puskesmas baru terpasang sebanyak 67 titik, obyek wisata sebanyak 39 titik, dan desa pakraman baru terpasang sebanyak 480 titik. Pihaknya optimis hingga akhir tahun 2019 terpasang tuntas sebanyak 1.143 titik. * ind
1
Komentar