Pasar Darurat Mulai Dibangun
Kawasan Terminal Banyuasri Jadi Krodit
SINGARAJA, NusaBali
Pembangunan pasar darurat untuk menampung ratusan pedagang Pasar Bayuasri, di Kelurahan Banyuasri, Kecamatan Buleleng, mulai dikerjakan. Pembangunan itu berbarengan dengan pemindahan pedagang pasar tumpah dari lambung Barat ke lambung Timur areal Terminal Banyuasri, sejak Sabtu (18/5).
Pantauan Minggu (19/5) pagi, terlihat sejumlah pekerja tengah membangun pasar darurat di lambung Barat areal Terminal, termasuk beberapa di lambung Timur Terminal, serta di Jalan Samudra Singaraja. Pasar darurat ini terdiri dari bangunan kios dan los. Untuk kios dibangun sebanyak 148 unit, sedangkan untuk los sekitar 300 unit.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Dagprin) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparto mengatakan, pembangunan 148 kios itu diperuntukkan bagi 92 pedagang yang selama ini menempati ruko yang ada di bangunan luar Pasar Banyuasri, dan 56 pedagang yang menempati kios yang ada di dalam Pasar Banyuasri.
Untuk ukuran kios bagi 92 pedagang dibuat 3 meter x 4 meter, sedangkan kios bagi 56 pedagang dibuat 3 meter x 3 meter. “Kalau kiosnya dibangun semi permanen, karena relokasinya ini sampai dua tahun. Sehingga bangunan dari batako itu nanti akan dipasang roling door. Kalau losnya dibangun dengan tiang saja,” terangnya.
Lebih lanjut dikatakan, pengerjaan bangunan pasar darurat, sesuai kontrak hanya 45 hari dengan anggaran sebesar Rp 1 miliar lebih. Sehingga perkiraan seluruh bangunan kios dan los rampung dikerjakan akhir Juni 2019. Selanjutnya seluruh pedagang di Pasar Banyuasri baik yang menempati ruko dan kios dan los akan dipindahkan pada awal Juli 2019. “Pemindahan para pedagang dari Pasar Banyuasri ke pasar darurat akan kami lakukan sekitar awal Juli. Karena setelah pemindahan itu, bangunan Pasar Banyuasri mulai dikerjakan,” jelas Suparto.
Sementara, akibat pembangunan pasar darurat tersebut, seluruh pedagang pasar tumpah sekitar 318 pedagang yang tadinya berjualan di lambung Barat areal Terminal Banyuasri, kini telah dipindahkan ke lambung Timur areal Terminal. Hanya saja, lokasi yang disediakan kurang memadai. Sehinga akses sirkulasi pembeli maupun pedagang yang membawa barang dagangan sangat sempit. Perusahaan Daerah (PD) Pasar telah membuat lapak berukuran 1 meter x 1,5 meter. Di antara lapak para pedagang itu, ada jalan sebagai akses keluar masuk pembeli berukuran 1 meter. “Kalau berpapasan antar orang masih bisa. Tetapi kalau ada pedagang yang membawa barang dagangan, ini yang menjadi masalah. Apalagi kebiasaan pedagang menaruh barang dagangan melewati garis lapak yang disediakan, sehingga mempersempit lagi jalan yang ada,” ujar pedagang yang ditemui saat pengundian lapak.
Sementara Dirut PD Pasar, Made Agus Yudiarsana mengakui, ukuran lapak yang disiapkan lebih kecil dibanding lapak sebelumnya. Namun, pihaknya telah berusaha menyidiakan lapak dengan areal yang ada. Disebutkan, tadinya pihaknya memikirkan jumlah lapak sesuai dengan jumlah pedagang sebanyak 318 orang. Tetapi di antara jumlah pedagang ada yang memiliki lebih dari satu lapak, sehingga kami harus mengukur ulang areal yang ada. “Ini sebenarnya sudah berulangkali kami setting, karena kami harus memikirkan juga akses pembeli, dan akses kendaraan masuk sesuai permintaan dari Dinas Perhubungan. Sehingga nanti akses kendaraan masuk hanya satu arah saja,” jelasnya.
Terhadap kondisi tersebut, baik Kepala Dagprin, Ketut Suparto dan Dirut PD Pasar Agus Yudiarsana sama-sama meminta agar semua pedagang dan warga dapat memahami kondisi tersebut. Selain memang karena keterbatasan lahan, kondisi itu sifatnya hanya sementara karena pemerintah akan membuatkan yang lebih baik yakni Pasar Banyuasri yang dibangun ulang dengan konsep semi modern. *k19
Pantauan Minggu (19/5) pagi, terlihat sejumlah pekerja tengah membangun pasar darurat di lambung Barat areal Terminal, termasuk beberapa di lambung Timur Terminal, serta di Jalan Samudra Singaraja. Pasar darurat ini terdiri dari bangunan kios dan los. Untuk kios dibangun sebanyak 148 unit, sedangkan untuk los sekitar 300 unit.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Dagprin) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparto mengatakan, pembangunan 148 kios itu diperuntukkan bagi 92 pedagang yang selama ini menempati ruko yang ada di bangunan luar Pasar Banyuasri, dan 56 pedagang yang menempati kios yang ada di dalam Pasar Banyuasri.
Untuk ukuran kios bagi 92 pedagang dibuat 3 meter x 4 meter, sedangkan kios bagi 56 pedagang dibuat 3 meter x 3 meter. “Kalau kiosnya dibangun semi permanen, karena relokasinya ini sampai dua tahun. Sehingga bangunan dari batako itu nanti akan dipasang roling door. Kalau losnya dibangun dengan tiang saja,” terangnya.
Lebih lanjut dikatakan, pengerjaan bangunan pasar darurat, sesuai kontrak hanya 45 hari dengan anggaran sebesar Rp 1 miliar lebih. Sehingga perkiraan seluruh bangunan kios dan los rampung dikerjakan akhir Juni 2019. Selanjutnya seluruh pedagang di Pasar Banyuasri baik yang menempati ruko dan kios dan los akan dipindahkan pada awal Juli 2019. “Pemindahan para pedagang dari Pasar Banyuasri ke pasar darurat akan kami lakukan sekitar awal Juli. Karena setelah pemindahan itu, bangunan Pasar Banyuasri mulai dikerjakan,” jelas Suparto.
Sementara, akibat pembangunan pasar darurat tersebut, seluruh pedagang pasar tumpah sekitar 318 pedagang yang tadinya berjualan di lambung Barat areal Terminal Banyuasri, kini telah dipindahkan ke lambung Timur areal Terminal. Hanya saja, lokasi yang disediakan kurang memadai. Sehinga akses sirkulasi pembeli maupun pedagang yang membawa barang dagangan sangat sempit. Perusahaan Daerah (PD) Pasar telah membuat lapak berukuran 1 meter x 1,5 meter. Di antara lapak para pedagang itu, ada jalan sebagai akses keluar masuk pembeli berukuran 1 meter. “Kalau berpapasan antar orang masih bisa. Tetapi kalau ada pedagang yang membawa barang dagangan, ini yang menjadi masalah. Apalagi kebiasaan pedagang menaruh barang dagangan melewati garis lapak yang disediakan, sehingga mempersempit lagi jalan yang ada,” ujar pedagang yang ditemui saat pengundian lapak.
Sementara Dirut PD Pasar, Made Agus Yudiarsana mengakui, ukuran lapak yang disiapkan lebih kecil dibanding lapak sebelumnya. Namun, pihaknya telah berusaha menyidiakan lapak dengan areal yang ada. Disebutkan, tadinya pihaknya memikirkan jumlah lapak sesuai dengan jumlah pedagang sebanyak 318 orang. Tetapi di antara jumlah pedagang ada yang memiliki lebih dari satu lapak, sehingga kami harus mengukur ulang areal yang ada. “Ini sebenarnya sudah berulangkali kami setting, karena kami harus memikirkan juga akses pembeli, dan akses kendaraan masuk sesuai permintaan dari Dinas Perhubungan. Sehingga nanti akses kendaraan masuk hanya satu arah saja,” jelasnya.
Terhadap kondisi tersebut, baik Kepala Dagprin, Ketut Suparto dan Dirut PD Pasar Agus Yudiarsana sama-sama meminta agar semua pedagang dan warga dapat memahami kondisi tersebut. Selain memang karena keterbatasan lahan, kondisi itu sifatnya hanya sementara karena pemerintah akan membuatkan yang lebih baik yakni Pasar Banyuasri yang dibangun ulang dengan konsep semi modern. *k19
Komentar