Bisnis Layang-layang Mulai Semarak
Bisnis kerajinan layangan atau layang-layang mulai menggeliat dan Semarak. Hal tersebut menyusul mulainya musim ‘melayangan’, yang puncaknya pada bulan Juli-Agustus.
DENPASAR, NusaBali
Para penjual pun mulai memajang beragam jenis layang-layang. Dari jenis layangan radisional hingga yang kreasi.
Ni Nyoman Sariani, 45, pedagang layang-layang di Banjar Tengah, Kelurahan Sempidi, Mengwi, Badung, mengiyakan mulai ramainya penjualan layang-layang. “Niki ini baru awal-awal. Puncaknya nanti Juli-Agustus,” ujarnya sambil sibuk melayani pembeli di toko di jalan raya Sempidi, Selasa (21/5).
Meski baru mengawali, namun pembelian layang-layang juga mulai marak. Pembelian tidak saja secara eceran, namun juga dalam bentuk grosiran. Pembelian eceran, dilakukan warga, terutama anak-anak bersama orangtubta, yang berasal dari lingkungan banjar Tengah, Denpasar dan kawasan Sempidi, Mengwi dan sekitarnya.
“Anak-anak kan memang umumnya yang paling suka bermain layangan,” lanjut Sariani. Sedang pembelian secara grosiran banyak dari luar Sempidi . Diantaranya dari Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung. Dari Gianyar dan sekitarnya. Kintamani, Bangli. Tentu saja beberapa di kota Denpasar . “Mereka membeli untuk dijual kembali,” ungkap Sariani.
Adapun jenis layang-layang yang dijual adalah layang-layang jenis bebean (ikan), layang pecuk (tekuk berbentuk mata), layang bukal (kelelawar), layang cotek, kupu dan capung dan layang ketupat. Sedang jenis layang kreasi, diantaranya layang-layang klepuk (burung hantu), layang-layang burung rajawali dan beberapa jenis layang kreasi lainnya, yang bahannya kain.
“Jenis layang kreasi dipasok dari beberapa sentra kerajinan layang kreasi seperti dari Sanur,” tambah Sariani.
Hal senada disampaikan Jero Netriasih, 42, perajin sekaligus penjual layang-layang, lainnya. “Selain layang-layang lokal, juga pasokan dari Jawa, untuk jenis layang-layang kecil dari kertas,” ujar Jero Netriasih.
Pasokan layang-layang dari luar daerah, termasuk dari Jawa, untuk menutupi kekurangan pasokan. Itu karena kalau mendekati musim puncak melayangan, pembelian meningkat banyak. “Kalau dari perajin di sini (di Sempidi) tak mencukupi, sehingga sebagian layang-layang juga dipasok dari luar Sempidi.
Perlu diketahui Sempidi adalah sentra kerajinan layang-layang. Hal itu ditandai sebaran toko dan tempat pembuatan layang-layang di pinggir jalan utama Sempidi. Menurut Jero Netriasih dan Ni Nyoman Sariani, ada puluhan keluarga, yang menjadikan kerajinan layangan sebagai mata pencaharian pokok. Juga ada yang menjadikan pembuatan layang-layang sebagai pekerjaan tambahan.
Harga sebuah layang-layang memang terjangkau. Untuk layang- layang ikan, harganya berkisar Rp 3000 sampai Rp 7000, dengan bahan plastik. Sedang layangan kreasi berbahan kain, Rp 30 ribu sampai Rp 60 ribu. *K17.
Ni Nyoman Sariani, 45, pedagang layang-layang di Banjar Tengah, Kelurahan Sempidi, Mengwi, Badung, mengiyakan mulai ramainya penjualan layang-layang. “Niki ini baru awal-awal. Puncaknya nanti Juli-Agustus,” ujarnya sambil sibuk melayani pembeli di toko di jalan raya Sempidi, Selasa (21/5).
Meski baru mengawali, namun pembelian layang-layang juga mulai marak. Pembelian tidak saja secara eceran, namun juga dalam bentuk grosiran. Pembelian eceran, dilakukan warga, terutama anak-anak bersama orangtubta, yang berasal dari lingkungan banjar Tengah, Denpasar dan kawasan Sempidi, Mengwi dan sekitarnya.
“Anak-anak kan memang umumnya yang paling suka bermain layangan,” lanjut Sariani. Sedang pembelian secara grosiran banyak dari luar Sempidi . Diantaranya dari Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung. Dari Gianyar dan sekitarnya. Kintamani, Bangli. Tentu saja beberapa di kota Denpasar . “Mereka membeli untuk dijual kembali,” ungkap Sariani.
Adapun jenis layang-layang yang dijual adalah layang-layang jenis bebean (ikan), layang pecuk (tekuk berbentuk mata), layang bukal (kelelawar), layang cotek, kupu dan capung dan layang ketupat. Sedang jenis layang kreasi, diantaranya layang-layang klepuk (burung hantu), layang-layang burung rajawali dan beberapa jenis layang kreasi lainnya, yang bahannya kain.
“Jenis layang kreasi dipasok dari beberapa sentra kerajinan layang kreasi seperti dari Sanur,” tambah Sariani.
Hal senada disampaikan Jero Netriasih, 42, perajin sekaligus penjual layang-layang, lainnya. “Selain layang-layang lokal, juga pasokan dari Jawa, untuk jenis layang-layang kecil dari kertas,” ujar Jero Netriasih.
Pasokan layang-layang dari luar daerah, termasuk dari Jawa, untuk menutupi kekurangan pasokan. Itu karena kalau mendekati musim puncak melayangan, pembelian meningkat banyak. “Kalau dari perajin di sini (di Sempidi) tak mencukupi, sehingga sebagian layang-layang juga dipasok dari luar Sempidi.
Perlu diketahui Sempidi adalah sentra kerajinan layang-layang. Hal itu ditandai sebaran toko dan tempat pembuatan layang-layang di pinggir jalan utama Sempidi. Menurut Jero Netriasih dan Ni Nyoman Sariani, ada puluhan keluarga, yang menjadikan kerajinan layangan sebagai mata pencaharian pokok. Juga ada yang menjadikan pembuatan layang-layang sebagai pekerjaan tambahan.
Harga sebuah layang-layang memang terjangkau. Untuk layang- layang ikan, harganya berkisar Rp 3000 sampai Rp 7000, dengan bahan plastik. Sedang layangan kreasi berbahan kain, Rp 30 ribu sampai Rp 60 ribu. *K17.
Komentar