Bikin Usaha Sendiri, Jual Kaos Berlukis Dewa Lewat Medsos
Gede Agus Mertayasa menderita lumpuh dan sulit bicara akibat kecelakaan saat berusia 1,5 tahun. Dengan segala keterbatasan fisiknya, dia masih sempat sekolah sampai tamat SMP
I Gede Agus Mertayasa, Pemuda Lumpuh dan Tak Bisa Bicara Asal Desa Buduk, Kecamatan Mengwi
DENPASAR, NusaBali
Tidak ada yang menginginkan hidup dalam keterbatasan fisik. Namun, tidak ada juga yang bisa melawan takdir Tuhan. Ini dirasakan betul oleh I Gede Agus Mertayasa, 21, pemuda asal Banjar Bernasi, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi, Badung yang menderita lumpuh dan sulit bicara sejak usia 1,5 tahun, akibat kecelakaan. Meski lumpuh, pemuda berusia 21 tahun ini tetap bikin usaha sendiri dengan jualan baju kaos berisi lukisan Dewa, melalui media sosial.
Ditemui NusaBali saat promo lukisannya di Happy Puppy Karaoke, Jalan gatot Subroto Denpasar, Selasa (21/5), Gede Agus Mertayasa didampingi kedua orangtuanya, I Ketut Sudana dan Ni Made Rosanti. Ibundanya, Made Rosanti, terlihat berulangkali menyeka air mata putranya yang lumpuh dan sulit bicara ini.
Kepada NusaBali, Made Rosanti menceritakan bagaimana penderitaan yang dialami putranya sulungnya ini. Masalahnya, Agus Mertayasa bukan hanya tak mampu bergerak dan sulit bicara, tapi makan pun kesulitan. Setiapkali ingin menelan makanan dan minuman, Agus Mertayasa harus dalam posisi mendongak.
Menurut Made Rosanti, kelumpuhan yang diderita Agus Mertayasa berawal dari kecelakaan kecil di bale banjar saat berusia 1,5 tahun. Kala itu, Agus Mertayasa terjatuh saat diempu oleh kakeknya. Kecelakaan itu berakibat fatal, di mana Agus Mertayasa jadi lumpuh dan sulit bicara.
“Sudah di-scan, rontgen pinggang, tulang punggung, pokoknya pengobatan medis kami usahakan. Hasil medisnya normal. Namun, setelah dilakukan upaya medis selama 7 bulan, dokter dan perawat menyarankan kami untuk dilakukan pengobatan tradisional. Sebab, secara medis hasilnya normal-normal saja,” kenang Made Rosanti.
Pengobatan tradisional pun kemudian dijalani Agus Mertayasa. Termasuk menjalani pijat tradisional dan terapi pasir di pantai. Namun, hasilnya tetap nihil. Rosanti mengatakan, setelah mengalami kecelakaan di usia 1,5 tahun, Agus Mertayasa mulanya sulit berjalan, namun belum lumpuh total.
“Waktu sekolah SD, anak saya ini masih bisa jalan sedikit-sedikit, masih mampu pindah-pindah tempat duduk kalau di kelas. Tapi, saat masuk SMP, anak saya sudah tidak bisa gerak lagi. Dia harus pakai kursi roda. Sekolahnya pun harus antar jemput,” cerita Rosanti.
Begitu pula masalah bicara. Menurut Rosanti, saat sekolah SD, Agus Mertayasa masih bisa berbicara, meski suaranya tidak jelas. Namun, menjelang masuk SMP, Agus Mertayasa tidak bisa lagi bicara sepatah kata pun dan itu berlangsung sampai saat ini. Agus Mertayasa hanya menggunakan media tulisan untuk berkomunikasi dengan keluarganya.
“Kalau dia minta apa pun, pasti ditulis lewat HP-nya. Kalau nggak lewat HP, ya tulisan biasa. Sebagai ibunya, saya shock melihat kondisi anak menderita seperti ini,” kata Rosanti sembari kembali menyeka air matanya.
Meski demikian, Rosanti dan suaminya, I Ketut Sudana, tetap tegar berada di sisi Agus Mertayasa. Meereka harus membagi waktu dengan pekerjaan masing-masing. Rosanti sendiri sehari-harinya jualan canang, sementara sang suami bekerja sebagai buruh bangunan.
Menyadari putra sulungnya yang lumpuh ini punya kelebihan melukis sejak seklah TK, kata Rosanti, Agus Mertayasa lantas disekolahkan di SMP Seni Ukir Tangeb, Kelurahan Abianbase, Kecamatan Mengwi, Badung. Setelah tamat SMP, Agus Mertayasa tidak melanjutkan sekolah. Dia memilih untuk mengisi diri dengan memanfaatkan kemampuan melukisnya.
Akhirnya, dengan bantuan seorang pelukis yang mendesain lukisannya ke dalam baju sablon, Agus Mertayasa kini punya penghasilan sendiri. Dari hasilnya berjualan baju kaos, Agus Mertayasa bahkan bisa membantu ekonomi keluarganya.
“Jualnya sampai ke Jawa, karena anak saya memanfaatkan media sosial. Jadi, ada yang mesan baju lewat media sosial. Dari semula nggak bisa ngirim barang lewat pos, sekarang sudah bisa. Astungkara dia bisa biayai adiknya les. Sebagai orangtua, saya bangga,” papar Rosanti sambil menangis.
Sementara itu, Agus Mertayasa menerima dengan ramah saat diwawancarai NusaBali melalui pesan WhatsApp (WA). Dia mengaku senang melukis Dewa, karena imajinasinya kuat akan hal-hal tersebut. Agus Mertayasa mengaku dapat ketenangan setelah melukis gambar Dewa.
Pada awalnya, dia hanya melukis menggunakan media kertas dan kanvas. Namun, lambat laun, setelah bertemu dan berbincang dengan seorang pelukis yang main ke rumahnya, terpikirlah untuk membuat usaha baju kaos bergambar Dewa. Dia pun pertama kali membuat baju kaos bergambar Dewa pada 2017.
“Saya tertarik menjual kaos, karena orang jadi lebih gampang mnikmatinya dan bisa dipakai. Awalnya, ada pelukis yang kebetulan nyablon baju. Dia main ke rumah dan mengambil salah satu lukisan saya untuk dicetak di baju. Terus, uang hasil penjualan bajunya dikasi ke saya. Sampai sekarang saya kerjasama dengan beliau. Saya ingin usaha sendiri, pengin cari uang juga. He..he..,” cerita teruna kelahiran 14 Agustus 1998 ini.
Sebagai manusia biasa, Agus Mertayasa mengaku pernah putus asa atas kondisinya. Dia merasa selalu merepotkan orang lain. Alasan ini pula yang membuatnya enggan melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Dia merasa kasihan orangtuanya kerepotan mengantar jemput ke sekolah.
Sejak lulus SMP Seni Ukir Tangeb, Agus mertayasa membeli sebuah HP baru. Dari situ dia banyak berhubungan dengan orang lewat media sosial. Banyak yang memberikannya dukungan dan semangat. Sekaligus ia mempromosikan hasil karya lukisan di akun instagram @mertayasa_14 dan akun facebook Agus Mertayasa.
“Saya pernah berpikir, buat apa sih saya hidup dalam kondisi kayak gini? Apa-apa ketergantungan sama orang lain. Bangun dari tempat tidur saja harus digendong. Tapi, sejak aktif di sosial media seperti facebook dan instagram, saya punya banyak teman yang mensupport dan kasi semangat,” kenang Agus Mertayasa.
Agus Mertayasa menjalani hidupnya dengan keikhlasan. Meski omzet penjualan baju kosnya kadang kembang kempis, namun dia tetap tidak patah semangat. Dia selalu aktif mempromosikan lukisan-lukisannya di media sosial. Dari hasil berjualan, dia pakai untuk membiayai les sang adik, Ni Nyoman Ratih Rosita Dewi. Selain itu, dia juga menyisihkan penghasilannya sedikit untuk ditabung. Sisanya dibelikan alat-alat melukis.
Meski omzetnya tidak menentu, namun Aus Mertayasa bangga bisa menghasilkan sesuatu dari keringatnya sendiri. “Omzetnya nggak tentu. Kadang ada yag cari lukisannya saja. Kadang sampai 3 bulan gak ada yang cari. Baju kaosnya juga gitu. Astungkara baru bisa bayarin adik les. Kadang kalau ada rezeki lebih, saya nabung dikit. Selain itu, saya gunakan untuk beli alatalat lukis lagi,” cerita Agus Mertayasa. *ind
Komentar