Bupati Suwirta Cabut dari Gerindra
Ketua DPC Gerindra Klungkung, Wayan Baru, kritik Bupati Suwirta kirim surat undur diri lewat perantara
Mengaku Dituding Pengkhianat karena Ketemu Presiden Jokowi
SEMARAPURA, NusaBali
Inilah klimaks kisruh percakapan di Grup WhatsApp (WA) DPC Gerindra Klungkung yang memojokkan Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, karen dianggap tidak membantu para caleg dari partainya di Pileg 2019. Bupati Suwirta putuskan mundur sebagai kader Gerindra per 23 Mei 2019.
Pengunduran diri Bupati Suwirta dari Gerindra tersebut dituangkan dalam surat pernyataan resmi di atas materai Rp 6.000. Surat pengunduran diri itu ditujukan kepada Ketua DPC Gerindra Klungkung, I Wayan Baru. Bupati Suwirta kirim surat tersebut melalui seorang perantara ke Sektretariat DPC Gerindra Klungkung di Jalan Ngurah Rai Semarapura, Kamis (23/5) siang pukul Rp 14.30 Wita.
Surat pengunduran diri Bupati Suwirta diterima langsung oleh Ketua Bidang Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) DPC Gerindra Klungkung, I Ketut Juliarta---yang sebelumnya mengeluarkan Bupati Suwirta dari Grup WA DPC Gerindra Klungkung. Bersamaan dengan pengundiran dirinya, Bupati Suwirta pun kembalikan Kartu Tanda Anggota (KTA) Partai Gerindra.
Menurut Bupati Suwirta, dia pilih mengutus orang antarkan surat ke Kantor DPC Gerindra Klungkung, karena dirinya sensitif. “Hari ini (kemarin) saya menyatakan mundur dari Gerindra. Surat pernyatataan sudah saya tandatangani. Kenapa saya tidak ke Kantor DPC Gerindra, ya karena saya orangnya sensitif. Saya tidak tega melihat situasi ini, saya juga tahu diri,” ujar Suwirta dalam keterangan persnya di Semarapura, Kamis sore.
Suwirta menegaskan, keputusan mundur dari Gerindra ini dilakukan tanpa tekanan dari pihak mana pun, tidak dipengaruhi oleh siapa pun. “Ini merupakan sikap pribadi, jangan mengkambinghitamkan siapa pun saat keputusan saya ambil. Saya dikasi jalan dan mereka tidak menghendaki saya ada di tempat itu,” tandas Bupati Klungkung dua kali periode (2013-2018, 2018-2023) asal Banjar Ceningan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida ini.
Disinggung mengenai 6 screenshoot percakapan di Grup WA Parta Gerindra Bali dan DPC Gerindra Klungkung yang beredar luas dan isinya memojokkan dirinya, Suwirta mengaku sudah membaca screenshoot tersebut. Suwirta pun berharap kepada teman-teman di Gerindra untuk tidak lagi menyalahkan siapa yang mengedarkan screenshoot tersebut. Tapi, Suwirta mengingatkan semua harus berpikir, kenapa itu bisa terjadi?
Terus terang, Suwirta mengaku kaget dirinya dikeluarkan dari Grup WA DPC Gerindra klungkung. “Saya tiba-tiba ingin komen di Grup WA Gerindra, tahu-tahu saya sudah dikeluarkan. Saya kaget bukan main. Akhirnya, saya berkesimpulan politik itu dinamis dan hak seseorang tidak bisa dipaksakan. Makanya, saya menganggap apa yang mereka lakukan adalah jalan bagi saya. Sebab, mereka ngasi jalan, ya saya ikuti,” papar Bupati yang pernah sukses mendandani Koperasi Pasar Srinadi Klungkung ini.
Bupati Suwirta sadar, mungkin selama ini dirinya dinilai tidak bisa berbuat banyak untuk Partai Gerindra. Sebab, dia menjadi Bupati Klungkung dari awalnya bukan sebagai orang partai, sehingga pikirannya lebih banyak untuk masyarakat dan birokrasi.
“Makanya, dengan kejadian ini, mereka (Gerindra) ngasi jalan, saya harus tahu diri, karena saya bukan anggota partai yang militan. Saya tidak pernah ngurus partai, kadang-kadang teman ngumpul, saya tidak sempat. Jangan sampai saya ada di sana, nanti terjadi perbincangan yang kurang bagus, justru saya yang jadi masalah,” tutur Bupati Klungkung pertama asal kawasan seberang Nusa Penida ini.
Menurut Suwirta, dikeluarkan oleh teman-temannya di Grup WA Gerindra menjadi alasan kuat kenapa dirinya harus mundur dari partai besutan Prabowo Subianto tersebut. Dikeluarkan dari Grup WA adalah terjemahan bahwa dirinya tidak lagi dibutuhkan di Gerindra. “Saya dikeluarkan dari Grup WA, itu yang paling saya sayangkan. Kalau urusan di provinsi, masih bisa saya maklumi, karena situasional,” katanya.
Suwirta pun mengucapkan terimakasih kepada teman-temannya di Gerindra, yang sejak awal sudah berjuang bersama-sama atas niat niat baik untuk membangun Klungkung. “Tentu saya juga minta maaf karena saya harus melakukan langkah ini. Saya tetap baik kok sama mereka,” sergah Suwirta.
“Pak Wayan Baru (Ketua DPC Gerindra yang kini menjabat ketua DPRD Klungkung 2014-2019, Red)) adalah sahabat saya dari dulu. Beliau saya ajak negen tain siap (pikul tahi ayam). Kemudian, Ketut Juliarta juga teman saya yang saya ajak berjuang,” imbuhnya.
Pada bagian lain, Suwirta mengaku dibilang penghianat saat ketemu Presiden Jokowi. Menurut Suwirta, pertemuannya dengan Jokowi terjadi di Istana, 22 April 2019, bersama sejumlah bupati dari Bali. Itu merupakan kesempatannya untuk menyampaikan program-progam di Klungkung. Saat ke Istana, Suwirta posisinya sebagai Bupati Klungkung, bukan sebagai kader partai.
"Wah, itu kan peluang saya untuk bertemu Presiden dan saya menempatkan diri sebagai bupati, bukan sebagai kader partai. Duit kita perlu untuk membangun. Walau ada duit di pusat, tapi komunikasi nggak ada, terus bagaimana kita? Jangan sampai orang bilang Klungkung miskin sombong. Saya mencari itu, saya lakukan itu untuk membangun Klungkung. Jadi, ya saya kaget-kaget juga," katanya saat dihubungi detikcom per telepon kemarin.
Lantas, ke mana Suwirta akan gabung setelah keluar dari Gerindra? Menurut Suwirta, memang ada partai lain yang mendekati dirinya. Namun, dirinya tetap pada pendirian untuk tidak ke mana-mana, terlebih karena masih fokus melaksanakan tugas sebagai Bupati Klungkung periode kedua selama 4,5 tahun ke depan. ”Saya masih tetap pada pendirian saya: tidak ke mana-mana,” tandas Suwirta.
Sementara itu, Ketua DPC Gerindra Klungkung, Wayan Baru, mengatakan dalam berorgansasi, wajar ada yang masuk dan ada yang keluar. Sah-sah saja Bupati Suwirta keluar dari Gerindra, karena itu haknya. “Cuma, kurang elegan seorang bupati mengirim surat pengundiran diri lewat perantara orang lain. Seolah-olah bupati tidak menghargai partai, padahal dia sudah dua kali periode dijadikan bupati oleh Gerindra,” ujar Wayan Baru saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Semarapura, Kamis kemarin.
Wayan Baru mengingatkan, okelah orang lain berbicara memilih figur, tapi ada mekanisme dan aturan. Kalau tanpa rekomendasi partai, siapa pun tidak bisa mencalokan diri ke Pilkada, kecuali maju lewat jalur Independen. “Ibarat naik kendaraan dari Klungkung ke Denpasar, kan lambat sampainya kalau ditempuh dengan jalan kaki,” sindir Ketua DPRD Klungkung 2014-2019 ini.
Mengenai alasan Bupati Suwirta keluar dari Gerindra karena dikeluarkan dari Grup WA, menurut Wayan Baru, itu tidak ada hubungannya dengan tidak dibutuhkan lagi di Gerindra. Kalau memang tidak dibutuhkan lagi, tentu Wayan Baru selaku Ketua DPC Gerindra akan panggil Suwirta dan mengatakan bahwa tidak membutuhkannya lagi. “Kalau masalah ini, saya ngomong apa juga tidak ada. Tolonglah bicara profesional. jangan menafsirkan dengan berandai-andai,” pintanya.
Di sisi lain, Ketua Bidang OKK DPC Gerindra Klungkung, Ketut Juliarta, mengaku dirinya langsung bergegas ke Sekretariat DPC Gerindra, Kamis siang, begitu dapat informasi ada surat pernyataan pengunduran diri Bupati Suwirta. “Saya kira beliau (Suwirta) sendiri yang datang. Sebagai pengurus, saya kecewa-lah dengan Pak Nyoman Suwirta. Kita sudah dua kali mengusung beliau, sekarang malah mundur dengan mengirim surat,” sesal Juliarta di Semarapura, kemarin sore. *wan
Komentar