Dua Relawan Asing Bantu Mengajar di Yayasan
Dua relawan asing atau volunteer, Chloe, 23, dan 23, bantu mengajar di Yayasan Lascarya Parama Seva, Banjar Darma Winangun, Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu, Karangasem.
AMLAPURA, NusaBali
Chole dari Prancis mengajar gratis selama tiga bulan sedangkan Bethany dari Inggris selama satu bulan. Kedua relawan asing ini menuntaskan masa mengajarnya hingga akhir Mei 2019. Pengelola Yayasan Lascarya Parama Seva, I Made Putu Kawi Suardana, mengungkapkan, setelah dua relawan asing ini mengakhiri masa pengabdiannya, akan disusul relawan lainnya pada bulan Juni. Menurutnya, baru kali ini memiliki relawan yang mengajar bahasa Inggris secara gratis cukup lama hingga tiga bulan. Sebelumnya relawan yang datang rata-rata mengajar selama dua minggu hingga satu bulan. “Kami merasa terbantu ada relawan yang datang silih berganti bahkan ada yang bersedia mengajar bahasa Inggris hingga tiga bulan,” ungkap Kawi Suardana, Kamis (23/5).
Kawi Suardana mengungkapkan, yayasan memiliki 127 siswa dari tingkat SD hingga SMA dan masih kekurangan banyak guru. Sehingga untuk mengisi kekosongan itu, ia sering ambil bagian sebagai guru, juga mengajak istri dan anak-anaknya sebagai guru. “Ini kan pengabdian yang sukarela, makanya membutuhkan relawan sebagai tenaga pendidikan dan bantuan fasilitas pendidikan. Makanya kami juga sering ikut mengajar. Kami mendirikan yayasan agar di saat pensiun nanti punya kegiatan bidang pendidikan,” jelas Kawi Suardana.
Dari 127 siswa itu secara umum terbagai dua kelompok, kelompok sunshie sebanyak 53 siswa dan kelompok pre school sebanyak 74 siswa. Siswa sebelum TK sebanyak 1 kelas, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang menaungi kelompok bermain dan TK sebanyak 3 kelas, siswa yang telah duduk di kelas I dan kelas II SD sebanyak 2 kelas, kelas A menampung siswa kelas IV-VI SD sebanyak 3 kelas, kelas B siswanya yang telah sekolah kelas VII-IX SMP sebanyak 2 kelas, kelas C yang tengah belajar di SMA/SMK sebanyak 1 kelas. Siswa yang tergabung tidak dipungut biaya, biaya operasionalnya ditanggung pengelola. Para siswa dapat buku dan pensil, sumbangan dari relawan.
Yayasan ini dibangun tahun 2012. Awalnya anak-anak sekolah di lingkungan tempat tinggalnya yang ikut belajar. Hingga tahun 2019 mampu mendirikan 12 kelas di lahan miliknya secara bertahap. Aktivitas di luar jam sekolah yakni majajahitan canang, yoga, dan belajar bahasa Inggris. “Anak-anak bisa belajar bahasa Inggris secara langsung, bisa praktek langsung. Itu sangat berguna untuk mereka menunjang pembelajarannya di sekolah masing-masing terutama yang telah duduk di bangku SMP dan SMA. Apalagi tinggal di daerah pariwisata,” katanya. Disebutkan, relawan yang datang silih berganti, bahkan beberapa telah jadi langganan, datangnya setiap tahun. *k16
Kawi Suardana mengungkapkan, yayasan memiliki 127 siswa dari tingkat SD hingga SMA dan masih kekurangan banyak guru. Sehingga untuk mengisi kekosongan itu, ia sering ambil bagian sebagai guru, juga mengajak istri dan anak-anaknya sebagai guru. “Ini kan pengabdian yang sukarela, makanya membutuhkan relawan sebagai tenaga pendidikan dan bantuan fasilitas pendidikan. Makanya kami juga sering ikut mengajar. Kami mendirikan yayasan agar di saat pensiun nanti punya kegiatan bidang pendidikan,” jelas Kawi Suardana.
Dari 127 siswa itu secara umum terbagai dua kelompok, kelompok sunshie sebanyak 53 siswa dan kelompok pre school sebanyak 74 siswa. Siswa sebelum TK sebanyak 1 kelas, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang menaungi kelompok bermain dan TK sebanyak 3 kelas, siswa yang telah duduk di kelas I dan kelas II SD sebanyak 2 kelas, kelas A menampung siswa kelas IV-VI SD sebanyak 3 kelas, kelas B siswanya yang telah sekolah kelas VII-IX SMP sebanyak 2 kelas, kelas C yang tengah belajar di SMA/SMK sebanyak 1 kelas. Siswa yang tergabung tidak dipungut biaya, biaya operasionalnya ditanggung pengelola. Para siswa dapat buku dan pensil, sumbangan dari relawan.
Yayasan ini dibangun tahun 2012. Awalnya anak-anak sekolah di lingkungan tempat tinggalnya yang ikut belajar. Hingga tahun 2019 mampu mendirikan 12 kelas di lahan miliknya secara bertahap. Aktivitas di luar jam sekolah yakni majajahitan canang, yoga, dan belajar bahasa Inggris. “Anak-anak bisa belajar bahasa Inggris secara langsung, bisa praktek langsung. Itu sangat berguna untuk mereka menunjang pembelajarannya di sekolah masing-masing terutama yang telah duduk di bangku SMP dan SMA. Apalagi tinggal di daerah pariwisata,” katanya. Disebutkan, relawan yang datang silih berganti, bahkan beberapa telah jadi langganan, datangnya setiap tahun. *k16
1
Komentar