Istri Ketua KPU Cianjur Mengaku Disekap
Polisi duga penyekapan itu tidak ada kaitan dengan Pemilu
JAKARTA, NusaBali
Yanti, istri Ketua KPU Cianjur, Hilman Wahyudi mengaku disekap dua orang tidak dikenal (OTK) bertopeng yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya di Kampung Karangtengah, Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur.
Dadang Bunyamin (39), tetangga korban mengatakan sekitar pukul 02.00 WIB, Jumat (24/5), Hilman baru pulang dan menceritakan istrinya menelepon mengaku disekap.
“Pak Hilman ini minta tolong, akhirnya bersama warga kita datangi lokasi rumahnya saat datang ke sana pelakunya sudah melarikan diri," kata Dadan kepada wartawan di lokasi.
Menurut pengakuan Yanti, kata Dadan, dua pelaku yang menyekapnya memintanya untuk menghubungi suaminya agar segera pulang. "Bu Yanti sedang di kamar, tiba-tiba dua orang bepenutup wajah masuk ke dalam dan mengikat kedua tangannya setelah itu dibawa ke belakang rumah, saat itu pelaku memintanya untuk menelepon suaminya," cerita Dadan.
Begitu mendapat kabar penyekapan itu, Dadan dan warga lainnya bersama petugas kepolisian menyusun strategi. Sebagian warga masuk lewat depan sementara lainnya lewat belakang rumah, mereka mengendap-endap dan masuk ke dalam rumah tersebut.
"Kami bagi-bagi tugas, ada yang lewat depan dan saya sendiri lewat belakang yang dekat sawah untuk menyelamatkan korban sekaligus mengepung pelakunya. Sayangnya ketika kita masuk pelakunya sudah enggak ada, korban sendiri ditemukan dengan kondisi terikat di dekat tower penampung air di belakang rumah," lanjutnya seperti dilansir detik.
Yanti yang terlihat syok seusai mengalami kejadian tersebut menuturkan, saat itu selepas menunaikan shalat tarawih ia kaget mendapati dua orang masuk rumah.
"Masuknya lewat pintu depan karena pintu belum saya kunci. Mereka langsung masuk dan mengikat saya dengan tali tambang," tutur Yanti kepada wartawan, Jumat (24/5) dini hari. Dalam keadaan terikat, korban mengaku diseret ke bagian belakang rumah.
"Mereka sempat meminta saya untuk menelepon suami. Suami saat itu memang sedang ada urusan di luar rumah," tutur dia seperti dilansir kompas.
Sebelum dibawa ke belakang rumah, para pelaku sempat menanyakan keberadaan Hilman. Tidak ada barang berharga yang diambil, mereka pergi sebelum warga mengepung rumah korban.
"Tidak ada barang berharga yang hilang, mereka ciri-cirinya pakai topeng. Sempat nanyain posisi suami korban," ujar Dadan.
Dihubungi terpisah, Kapolres Cianjur AKBP Soliyah membenarkan kejadian tersebut. Pihaknya hingga saat ini masih melakukan penyelidikan dan mencari motif para pelaku. "Sementara masih lidik, kemungkinan tidak ada kaitan dengan Pemilu," kata Soliyah melalui pesan singkat.
Sementara itu Kasatreskrim Polres Cianjur AKP Budi Nuryanto yang memimpin langsung pengepungan rumah korban menceritakan peristiwa tersebut.
"Malam (Kamis) kebetulan kami sedang melakukan patroli. Saya dihubungi oleh Ketua KPU Cianjur Hilman Wahyudi yang melaporkan istrinya mengalami penyekapan. Saat itu juga saya dan anggota banting setir dan mendatangi TKP, waktu menunjukkan sekitar pukul 23.37 WIB," kata Budi melalui sambungan telepon, Jumat (24/5).
Dalam waktu 5 menit Budi dan anggotanya tiba di lokasi. Mereka masuk lewat pintu depan ke dalam ruangan tengah. Saat itu Yanti sudah bersama warga di belakang rumah. Sebab, kata Budi, selain polisi sejumlah warga juga masuk lewat belakang rumah dengan cara meloncat pagar.
"Kondisi saya tidak melihat langsung. Karena posisi saya dan anggota mengepung dan masuk rumah dari bagian depan. Saat itu hanya mendapat keterangan warga posisinya terikat di bagian tangan lalu melilit tubuh dan terbelit ke tiang air," tutur Budi. *
Dadang Bunyamin (39), tetangga korban mengatakan sekitar pukul 02.00 WIB, Jumat (24/5), Hilman baru pulang dan menceritakan istrinya menelepon mengaku disekap.
“Pak Hilman ini minta tolong, akhirnya bersama warga kita datangi lokasi rumahnya saat datang ke sana pelakunya sudah melarikan diri," kata Dadan kepada wartawan di lokasi.
Menurut pengakuan Yanti, kata Dadan, dua pelaku yang menyekapnya memintanya untuk menghubungi suaminya agar segera pulang. "Bu Yanti sedang di kamar, tiba-tiba dua orang bepenutup wajah masuk ke dalam dan mengikat kedua tangannya setelah itu dibawa ke belakang rumah, saat itu pelaku memintanya untuk menelepon suaminya," cerita Dadan.
Begitu mendapat kabar penyekapan itu, Dadan dan warga lainnya bersama petugas kepolisian menyusun strategi. Sebagian warga masuk lewat depan sementara lainnya lewat belakang rumah, mereka mengendap-endap dan masuk ke dalam rumah tersebut.
"Kami bagi-bagi tugas, ada yang lewat depan dan saya sendiri lewat belakang yang dekat sawah untuk menyelamatkan korban sekaligus mengepung pelakunya. Sayangnya ketika kita masuk pelakunya sudah enggak ada, korban sendiri ditemukan dengan kondisi terikat di dekat tower penampung air di belakang rumah," lanjutnya seperti dilansir detik.
Yanti yang terlihat syok seusai mengalami kejadian tersebut menuturkan, saat itu selepas menunaikan shalat tarawih ia kaget mendapati dua orang masuk rumah.
"Masuknya lewat pintu depan karena pintu belum saya kunci. Mereka langsung masuk dan mengikat saya dengan tali tambang," tutur Yanti kepada wartawan, Jumat (24/5) dini hari. Dalam keadaan terikat, korban mengaku diseret ke bagian belakang rumah.
"Mereka sempat meminta saya untuk menelepon suami. Suami saat itu memang sedang ada urusan di luar rumah," tutur dia seperti dilansir kompas.
Sebelum dibawa ke belakang rumah, para pelaku sempat menanyakan keberadaan Hilman. Tidak ada barang berharga yang diambil, mereka pergi sebelum warga mengepung rumah korban.
"Tidak ada barang berharga yang hilang, mereka ciri-cirinya pakai topeng. Sempat nanyain posisi suami korban," ujar Dadan.
Dihubungi terpisah, Kapolres Cianjur AKBP Soliyah membenarkan kejadian tersebut. Pihaknya hingga saat ini masih melakukan penyelidikan dan mencari motif para pelaku. "Sementara masih lidik, kemungkinan tidak ada kaitan dengan Pemilu," kata Soliyah melalui pesan singkat.
Sementara itu Kasatreskrim Polres Cianjur AKP Budi Nuryanto yang memimpin langsung pengepungan rumah korban menceritakan peristiwa tersebut.
"Malam (Kamis) kebetulan kami sedang melakukan patroli. Saya dihubungi oleh Ketua KPU Cianjur Hilman Wahyudi yang melaporkan istrinya mengalami penyekapan. Saat itu juga saya dan anggota banting setir dan mendatangi TKP, waktu menunjukkan sekitar pukul 23.37 WIB," kata Budi melalui sambungan telepon, Jumat (24/5).
Dalam waktu 5 menit Budi dan anggotanya tiba di lokasi. Mereka masuk lewat pintu depan ke dalam ruangan tengah. Saat itu Yanti sudah bersama warga di belakang rumah. Sebab, kata Budi, selain polisi sejumlah warga juga masuk lewat belakang rumah dengan cara meloncat pagar.
"Kondisi saya tidak melihat langsung. Karena posisi saya dan anggota mengepung dan masuk rumah dari bagian depan. Saat itu hanya mendapat keterangan warga posisinya terikat di bagian tangan lalu melilit tubuh dan terbelit ke tiang air," tutur Budi. *
Komentar