Gung Astrid Tetap Berkiprah di Politik, Tutik Back to Basic
Dua Srikandi DPR RI asal Bali Tak Lolos ke Senayan
JAKARTA, NusaBali
Dua srikandi DPR RI dari dapil Bali, I Gusti Agung Putri Astrid Kartika alias Gung Astrid (PDIP) dan Ni Putu Tutik Kusuma Wardhani (Demokrat) tidak lolos kembali ke Senayan. Meski begitu, mereka akan menjalani tugas hingga masa jabatan berakhir pada September 2019 mendatang. Selepas dari DPR RI, keduanya mengaku akan menekuni kembali bidang masing-masing.
"Background saya pengusaha. Jadi saya akan back to basic. Saya juga Ketua Wanita Tani Bali. Dengan posisi itu, saya ingin menindaklanjuti program Gubernur Bali untuk memaksimalkan pertanian di Bali," ujar Tutik Kusuma Wardhani kepada NusaBali via handphone, Jumat (24/5).
Terkait tak adanya perempuan dari dapil Bali yang terpilih kembali di tingkat pusat, anggota Fraksi Demokrat ini mengakui, memang pertarungan sekarang begitu berat bagi para perempuan sehingga berpengaruh terhadap perolehan suara di pusat.
Putu Tutik merupakan Srikandi Demokrat asal Singaraja, Buleleng yang sempat menjabat Ketua Komisi II DPRD Bali 2009-2019. Putu Tutik duduk di kursi DPR RI periode 2014-2019 mengisi satu kursi lowong Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali yang tidak pernah diduduki Jero Wacik. Seperti diketahui Jero Wacik menjadi terpidana kasus korupsi.
Sementara Gung Astrid dari Fraksi PDIP menyatakan, sebenarnya caleg perempuan di Pileg 2019 ini sudah berusaha maksimal, termasuk dirinya yang telah mengerahkan berbagai upaya baik dari SDM, sosial, kultural dan ekonomi. Di lain sisi masyarakat juga sudah bisa menerima sosok anggota legistatif perempuan.
Namun saat penghitungan suara tidak cukup. Contohnya, Gung Astrid yang meraih suara 66.475 tidak bisa melenggang ke Senayan. Justru kalah dari peraih suara yang hanya mencapai 30 ribuan lebih, tetapi dia tetap berterimakasih kepada masyarakat yang memilihnya di Pileg kemarin.
"Partai saya mendapat enam kursi. Saat proses perhitungan kursi ke tujuh, ternyata perolehan suara saya tidak mencukupi. Namun yang meraih suara sekitar 30-an ribu lebih dari parpol lain bisa lolos," terang anggota DPR RI PAW dari Wayan Koster yang mengundurkan diri lantaran maju sebagai Calon Gubernur (Cagub) Bali di Pilgub 2018.
Penghitungan suara pemilihan legistatif sendiri menggunakan metode sainte lague.
Disinggung apakah penghitungan itu merugikan dirinya, perempuan yang duduk di Komisi VIII DPR RI ini mengatakan, hanya merasa aneh saja. Terlebih persaingan di pileg tidak hanya berasal dari parpol lain. Melainkan di internal juga cukup kuat. "Hal ini dirasakan oleh setiap calon di Bali maupun di daerah lain serta dari parpol lain pula," kata Srikandi Politik asal Puri Kapal Kekeran, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung ini. Oleh karena itu, Pileg 2019 menjadi pelajaran baginya. Dia pun, mengajak kaum perempuan lain untuk belajar politik dan tantangannya di parpol.
Selain itu juga harus menata diri lagi agar bisa lebih aktif dan melibatkan diri dalam kerja-kerja kepartaian. Dengan begitu kaum perempuan dapat meningkatkan kapasitas dirinya di kancah perpolitikan. Walau tak terpilih lagi, Gung Astrid akan merampungkan tugasnya sebagai anggota legislatif sampai berakhir jabatannya pada September 2019.
Selanjutnya dia akan tetap fokus di perpolitikan Bali. Menurutnya, banyak ruang-ruang yang perlu dikembangkan di Pulau Dewata. Tidak hanya di politik saja, tetapi di bidang sosial dan budaya. "Di Bali membutuhkan SDM yang bisa berkomunikasi menyampaikan aspirasi ke tingkat nasional dan dunia internasional. Saya siap menyuarakan dan memperjuangkan itu dengan cara apapun dan dengan posisi apapun," papar perempuan yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris Pusat Analisa dan Pengendalian Situasi DPP PDIP ini. *k22
"Background saya pengusaha. Jadi saya akan back to basic. Saya juga Ketua Wanita Tani Bali. Dengan posisi itu, saya ingin menindaklanjuti program Gubernur Bali untuk memaksimalkan pertanian di Bali," ujar Tutik Kusuma Wardhani kepada NusaBali via handphone, Jumat (24/5).
Terkait tak adanya perempuan dari dapil Bali yang terpilih kembali di tingkat pusat, anggota Fraksi Demokrat ini mengakui, memang pertarungan sekarang begitu berat bagi para perempuan sehingga berpengaruh terhadap perolehan suara di pusat.
Putu Tutik merupakan Srikandi Demokrat asal Singaraja, Buleleng yang sempat menjabat Ketua Komisi II DPRD Bali 2009-2019. Putu Tutik duduk di kursi DPR RI periode 2014-2019 mengisi satu kursi lowong Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali yang tidak pernah diduduki Jero Wacik. Seperti diketahui Jero Wacik menjadi terpidana kasus korupsi.
Sementara Gung Astrid dari Fraksi PDIP menyatakan, sebenarnya caleg perempuan di Pileg 2019 ini sudah berusaha maksimal, termasuk dirinya yang telah mengerahkan berbagai upaya baik dari SDM, sosial, kultural dan ekonomi. Di lain sisi masyarakat juga sudah bisa menerima sosok anggota legistatif perempuan.
Namun saat penghitungan suara tidak cukup. Contohnya, Gung Astrid yang meraih suara 66.475 tidak bisa melenggang ke Senayan. Justru kalah dari peraih suara yang hanya mencapai 30 ribuan lebih, tetapi dia tetap berterimakasih kepada masyarakat yang memilihnya di Pileg kemarin.
"Partai saya mendapat enam kursi. Saat proses perhitungan kursi ke tujuh, ternyata perolehan suara saya tidak mencukupi. Namun yang meraih suara sekitar 30-an ribu lebih dari parpol lain bisa lolos," terang anggota DPR RI PAW dari Wayan Koster yang mengundurkan diri lantaran maju sebagai Calon Gubernur (Cagub) Bali di Pilgub 2018.
Penghitungan suara pemilihan legistatif sendiri menggunakan metode sainte lague.
Disinggung apakah penghitungan itu merugikan dirinya, perempuan yang duduk di Komisi VIII DPR RI ini mengatakan, hanya merasa aneh saja. Terlebih persaingan di pileg tidak hanya berasal dari parpol lain. Melainkan di internal juga cukup kuat. "Hal ini dirasakan oleh setiap calon di Bali maupun di daerah lain serta dari parpol lain pula," kata Srikandi Politik asal Puri Kapal Kekeran, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung ini. Oleh karena itu, Pileg 2019 menjadi pelajaran baginya. Dia pun, mengajak kaum perempuan lain untuk belajar politik dan tantangannya di parpol.
Selain itu juga harus menata diri lagi agar bisa lebih aktif dan melibatkan diri dalam kerja-kerja kepartaian. Dengan begitu kaum perempuan dapat meningkatkan kapasitas dirinya di kancah perpolitikan. Walau tak terpilih lagi, Gung Astrid akan merampungkan tugasnya sebagai anggota legislatif sampai berakhir jabatannya pada September 2019.
Selanjutnya dia akan tetap fokus di perpolitikan Bali. Menurutnya, banyak ruang-ruang yang perlu dikembangkan di Pulau Dewata. Tidak hanya di politik saja, tetapi di bidang sosial dan budaya. "Di Bali membutuhkan SDM yang bisa berkomunikasi menyampaikan aspirasi ke tingkat nasional dan dunia internasional. Saya siap menyuarakan dan memperjuangkan itu dengan cara apapun dan dengan posisi apapun," papar perempuan yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris Pusat Analisa dan Pengendalian Situasi DPP PDIP ini. *k22
Komentar