Pawai Budaya Meriahkan Pesta Siaga Pramuka di Ubud
280 siswa SD se- Kecamatan Ubud, Gianyar, mengikuti pawai budaya serangkaian kegiatan Pramuka Pesta Siaga di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Minggu (26/5).
GIANYAR, NusaBali
Para siswa SD perwakilan masing-masing gugus berjalan beriringan mengelilingi desa. Mereka mengelilingi Banjar Jukut Paku, Desa Singakerta dengan berjalan kaki sekitar 2 km, diiringi gambelan. Selain menampilkan beberapa tradisi yang ada di desanya masing-masing, mereka juga ada yang membawa rangda dan papranian layaknya sasuhunan yang tedun saat Hari Raya Galungan dan Kuningan. Ketua panitia kegiatan, I Made Netra saat ditemui di sela-sela kegiatan, mengatakan pramuka selain melatih ilmu bela negara, juga diajak mempertahankan seni dan budaya. Dikatakan, Pesta Siaga ini baru pertama kali diselenggarakan. “Ini pertama kali dilakukan, semoga tahun berikutnya bisa berlanjut. Selain melatih siswa tentang ilmu bela negara, kegiatan ini juga untuk melatih dan mempertahankan budaya yang mereka miliki. Sehingga masing-masing gugus memperlihatkan seni budayanya saat pawai budaya,” paparnya.
Ia mengatakan, kegiatan diawali dengan upacara bendera dilanjutkan dengan berlatih ilmu kedisiplinan hingga pengetahuan bela negara. Selanjutnya permainan dengan cara membaur dari tujuh gugus yang ada di kecamatan Ubud. Langkah itu sebagai wujud interaksi dan kesempatan saling mengenal satu sama lain meski beda gugus.
“Selesai acara kepramukaan, semuanya ganti pakaian menggunakan pakaian adat. Ada yang membawa barong, banten hingga umbul-umbul. Layaknya tradisi yang sudah berjalan di desa masing-masing. Memang ada kemiripan karena temanya bebas sehingga sebagain besar mereka membawa tradisi ngunya diiringi gambelan,” jelas pria asal Desa Peliatan, Ubud tersebut.
Alasan baru dilakukan Pesta Siaga itu, jelas Netra, karena keterbatasan anggaran. Tahun ini anggaran untuk kegiatan itu sekitar Rp 2,5 juta per gugus. Meski keterbatan dana, ia mengungkapkan untuk memberikan pendidikan karakter kepada siswa melalui kegiatan pramuka harus dilakukan.
“Meski dengan minim anggaran, kita harus tetap melakukan kegiatan ini. Karana dana sebesar Rp 2,5 juta itu kan termasuk sedikit. Sedangkan pesertanya terdiri atas tujuh gugus dengan masing-masing gugus 40 siswa,” ungkapnya.
“Kegiatan ini hanya berlangsung selama sehari, karena ini sebagai awal. Semoga tahun berikutnya bisa kegiatannya lebih terarah dan lebih dari satu hari. Karena ini sangat penting dalam membentuk karakter siswa,” imbuh Netra. *nvi
Ia mengatakan, kegiatan diawali dengan upacara bendera dilanjutkan dengan berlatih ilmu kedisiplinan hingga pengetahuan bela negara. Selanjutnya permainan dengan cara membaur dari tujuh gugus yang ada di kecamatan Ubud. Langkah itu sebagai wujud interaksi dan kesempatan saling mengenal satu sama lain meski beda gugus.
“Selesai acara kepramukaan, semuanya ganti pakaian menggunakan pakaian adat. Ada yang membawa barong, banten hingga umbul-umbul. Layaknya tradisi yang sudah berjalan di desa masing-masing. Memang ada kemiripan karena temanya bebas sehingga sebagain besar mereka membawa tradisi ngunya diiringi gambelan,” jelas pria asal Desa Peliatan, Ubud tersebut.
Alasan baru dilakukan Pesta Siaga itu, jelas Netra, karena keterbatasan anggaran. Tahun ini anggaran untuk kegiatan itu sekitar Rp 2,5 juta per gugus. Meski keterbatan dana, ia mengungkapkan untuk memberikan pendidikan karakter kepada siswa melalui kegiatan pramuka harus dilakukan.
“Meski dengan minim anggaran, kita harus tetap melakukan kegiatan ini. Karana dana sebesar Rp 2,5 juta itu kan termasuk sedikit. Sedangkan pesertanya terdiri atas tujuh gugus dengan masing-masing gugus 40 siswa,” ungkapnya.
“Kegiatan ini hanya berlangsung selama sehari, karena ini sebagai awal. Semoga tahun berikutnya bisa kegiatannya lebih terarah dan lebih dari satu hari. Karena ini sangat penting dalam membentuk karakter siswa,” imbuh Netra. *nvi
Komentar