Usaha Hortikultura Sambut Musim Liburan
Kalangan pebisnis hortikultura, melakukan antisipasi dengan mempersiapkan produk hortikultura, khususnya buah untuk klien mereka, yakni kalangan industri pariwisata. Antara lain, hotel, restoran, juga pasar swalayan dan lainnya.
DENPASAR, NusaBali
Antisipasi dengan menyetok tersebut, untuk menjamin pasokan kepada industri pariwisata tetap terjamin. Pasalnya, libur panjang Lebaran dan juga liburan tahun ajaran baru, akan berimbas seret pengiriman produk hortikultura dari Jawa.
“Ketika liburan panjang, kita (pebisnis) memang agak kesulitan,” ujar Ketua DPD Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali, I Wayan Sugiarta, Senin (27/5).
Di pihak lain, selaku vendor atau suplier, pebisnis horti harus menjaga pasokan, menjamin kebutuhan industri. “Jika tak mampu menyediakan, bisa pecat alias putus kontrak kerjasama,” ungkap Sugiarta. Itulah yang mesti disiasati kalangan pelaku usaha bisnis horti, sehingga bisnis tidak terganggu. “Ini merupakan ujian, mampu atau tidak menjamin pasokan dalam libur panjang, paling tidak sepekan,” ujarnya.
Karena itulah, menyediakan atau menstok barang, untuk sementara merupakan solusi. Tentu dengan berbagai kemungkinan risiko. Kalau berlebihan, terancam merugi karena jika lewat waktu, buah atau produk sayur-mayuran tentu membusuk. Sementara jika kekurangan, pihak industri tentu komplain. “Semoga semua sesuai rencana,” ujar Sugiarta, Ketua DPD Aspehorti asal Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Untuk diketahui, sebagian kebutuhan bahan baku food atau kuliner industri pariwisata di Bali, dipasok dari luar daerah, khususnya Jawa, yakni beberapa kota di Jawa Timur, di antaranya Malang dan Banyuwangi. Yang paling banyak didrop, semangka, pepaya, nenas dan melon. Walaupun jenis buah tersebut, melon dan semangka juga diproduksi di Bali, namun tidak mampu memenuhi kebutuhan, baik masyarakat dan industri pariwisata. “Kebutuhan per hari memang tinggi,” kata Sugiarta.
Dia mencontohkan, pihaknya. Untuk setiap hari Sugiarta menyuplai rata-rata 0,5 ton buah pepaya, 400 kilogram melon, 200 kilogram nenas. Itu baru dari seorang pebisnis, belum terhitung para pelaku bisnis horti lainnya. “Jadi buah yang harus stok, sedang sayur-sayuran relatif aman, karena di Bedugul dan tempat lain masih bisa menyangga,” kata Sugiarta. *k17
“Ketika liburan panjang, kita (pebisnis) memang agak kesulitan,” ujar Ketua DPD Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali, I Wayan Sugiarta, Senin (27/5).
Di pihak lain, selaku vendor atau suplier, pebisnis horti harus menjaga pasokan, menjamin kebutuhan industri. “Jika tak mampu menyediakan, bisa pecat alias putus kontrak kerjasama,” ungkap Sugiarta. Itulah yang mesti disiasati kalangan pelaku usaha bisnis horti, sehingga bisnis tidak terganggu. “Ini merupakan ujian, mampu atau tidak menjamin pasokan dalam libur panjang, paling tidak sepekan,” ujarnya.
Karena itulah, menyediakan atau menstok barang, untuk sementara merupakan solusi. Tentu dengan berbagai kemungkinan risiko. Kalau berlebihan, terancam merugi karena jika lewat waktu, buah atau produk sayur-mayuran tentu membusuk. Sementara jika kekurangan, pihak industri tentu komplain. “Semoga semua sesuai rencana,” ujar Sugiarta, Ketua DPD Aspehorti asal Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Untuk diketahui, sebagian kebutuhan bahan baku food atau kuliner industri pariwisata di Bali, dipasok dari luar daerah, khususnya Jawa, yakni beberapa kota di Jawa Timur, di antaranya Malang dan Banyuwangi. Yang paling banyak didrop, semangka, pepaya, nenas dan melon. Walaupun jenis buah tersebut, melon dan semangka juga diproduksi di Bali, namun tidak mampu memenuhi kebutuhan, baik masyarakat dan industri pariwisata. “Kebutuhan per hari memang tinggi,” kata Sugiarta.
Dia mencontohkan, pihaknya. Untuk setiap hari Sugiarta menyuplai rata-rata 0,5 ton buah pepaya, 400 kilogram melon, 200 kilogram nenas. Itu baru dari seorang pebisnis, belum terhitung para pelaku bisnis horti lainnya. “Jadi buah yang harus stok, sedang sayur-sayuran relatif aman, karena di Bedugul dan tempat lain masih bisa menyangga,” kata Sugiarta. *k17
1
Komentar