Bikin Jembatan Gantung untuk Bantu Anak Sekolah di Sumba Timur
Dengan dibangunnya jembatan gantung yang digagas Komang Triska Ananda Dilivianugraha Priantara, anak-anak sekolah di Desa Kiritana, Sumba Timur kini tak lagi harus menyeberangi Sungai Lambanapu selebar 68 meter yang dihuni buaya
I Komang Triska Ananda Dilivianugraha Priantara, Pemuda Gianyar yang Bikin Gerakan Sosial Mengagumkan
DENPASAR, NusaBali
Seorang putra Bali asal Gianyar, I Komang Triska Ananda Dilivianugraha Priantara, 21, memprakarsai sebuah gerakan yang amat bermanfaat bagi masyarakat di Desa Kiritana, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pemuda berusia 21 tahun ini menggalang dana untuk membangun jembatan gantung bagi masyarakat setempat. Dengan jembatan gantung tersebut, anak-anak Desa Kiritana kini tak lagi harus berangkat ke sekolah menyeberangai Sungai Lambanapu yang amat berbahaya dan dikenal sebagai habitat binatang buas buaya.
Komang Triska Ananda Dilivianugraha Priantara merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Drs I Made Rika dan Dra Ni Putu Purnawati, pasutri asalDesa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar yang lama merantau ke luar Bali. Mahasiswa S1 President University Jakarta (Jurusan Hubungan Internasional) ini punya pengalaman kerja sebagai State-Owned Entreprises Specialist at The President Post. Saat ini, Triska Nanda bergabung di Komunitas Relawan Bali.
Selama ini, Komang Triska Ananda yang kelahiran Dilli, Timor Leste, 13 Juli 1998, kerap berkunjung ke Indonesia Timur. Dia juga sempat berkunjung ke Sumba akhir 2017 silam, untuk menjadi salah satu anggota dewan juri dalam Pemilihan Duta Wisata Indonesia Provinsi NTT. Saat itulah dia melihat realita sosial dan pendidikan yang begitu memprihatinkan di daerah tersebut, termasuk kawasan Desa Kiritana, Sumba Timur.
Dari situ, Triska Nanda mencetuskan ide untuk membantu carikan solusi bagi anak-anak sekolah di Desa Kiritana, yang sudah selama 73 tahun harus berjibaku menyeberangi Sungai Lambanapu yang berbahaya untuk pulang pergi ke sekolahnya. “Nanda melihat sekumpulan anak SD beriringan menuju ke sekolahnya yang harus menempuh perjalanan melewati bukit tandus sepanjang 9-10 kilometer, diselingi melewati sungai yang jadi habitat buaya terbesar di Sumba,” kenang Triska Nanda saat dikonfirmasi NusaBali via email, Rabu (22/5) lalu.
Menurut Triska Nanda, buaya yang menghuni Sungai Lambanapu sempat beberapa kali menelan korban nyawa. Namun, masyarakat tidak punya pilihan lain kecuali melintasinya, terlebih anak-anak sekolah juga harus berkutat dengan sungai selebar 68 meter itu untuk menjangkau sekolahnya. Berangkat dari masalah tersebut, tercetuslah ide untuk menggalang dana buat pembangunan jembatan gantung. Penggalangan dana dilakukan Triska Nanda melalui tagar #KitaUntukLambanapu untuk mengakomodasi transportasi masyarakat dan para pelajar di sana.
Gerakan Triska Nanda ini sempat viral hingga menjadi perhatian banyak kalangan. Salah satunya, karena Triska Nanda masih tergolong sangat muda, namun berani aktif mengurusi pemerataan pembangunan di Indonesia. Dalam gerakan ini, Triska Nanda menggandeng kitabisa.com untuk menggalang donasi dari para donatur. Selain itu, dia juga bekerja sama dengan kalangan pemuda Desa Kiritana. Gerakan mereka mendapat dukungan dari Bupati Sumba Timur.
Target dana sebesar Rp 510 juta pun terpenuhi, sehingga dibangunlah jembatan gantung sepanjang 68 meter di atas Sungai Lambanapu. Namun, ternyata pembangunan jembatan gantung menghabiskan dana sebesar Rp 1,6 miliar. Artinya, masih terjadi kekurangan dana mencapai Rp 1 miliar lebih.
Beruntung, kata Triska Nanda, ada sebuah Non Governmnet Organization (NGO), semacam LSM, asal Eropa yang bersedia membantu dari segi alat-alat konstruksi, material, dan landscaping tata pembangunan jembatan. Pembangunan jembatan gantung sepanjang 68 meter itu pun tuntas dibangun selama 1,5 tahun, sejak Juli 2018 hingga diresmikan pada Valentine Day 14 Februari 2019 lalu.
“Jadi, penantian masyarakat Desa Kiritana selama 73 tahun akhirnya membuahkan hasil. Masyakarat setempat sangat bersyukur, karena melalui jembatan gantung di atas Sungai Lambanapu ini, mereka tidak lagi harus memutar jauh kembali jika ingin ke daerah seberang. Para orangtua pun menjadi lebih lega melepas anaknya untuk bepergian ke sekolah,” tutur alumnus SMA Negeri 7 Denpasar ini.
Triska Nanda mengisahkan, selama proyek jembatan gantung berjalan, banyak tantangan yang harus dihadapinya. Permasalahan itu mulai dari penyebaran informasi, masalah legalisasi, hingga birokrasi. Namun, di balik semua itu, Triska Nanda merasa tertandang dan selalu bersemangat. Apalagi, dia melihat bantuan terus mengalir dan relawan yang selalu setia untuk membantu terwujudnya gagasan jembatan gantung tersebut.
Setelah sukses mewujudkan jembatan gantung di atas Sungai Lambanapu yang cukup membantu masyarakat Desa Kiritana, Sumba Timur, Triska Nanda dan rekan-rekannya kembali menggalan kerakan khusus. Mereka sedang menggalang dana untuk pasutri penyandang difabel di kawasan Buleleng. “Kami fokus menggalang bantuan untuk masyarakat desa-desa yang membutuhkannya. Kami juga memperhatikan para difabel, dengan harapan terciptanya kehidupan yang lebih baik,” papar adik dari I Gede Eka Prajna Priantara dan Ni Made Dwina Ayuningtyas Priantara, yang sempat meraih penghargaan sebagai Penulis Terbaik berjudul ‘Kinerja Presiden Jokowi’ yang digelar Kantor Staf Kepresidenan tahun 2017 ini. *cr41
Komentar