Penyuluh Bahasa Bali Temukan Lontar Sesana Lengkap Terjemahan
Sebuah lontar cukup unik kembali ditemukan Penyuluh Bahasa Bali (PBB) di Buleleng saat melakukan konservasi lontar, Selasa (28/5), di rumah Ketut Putu Astita, Lingkungan Paketan, Kelurahan Paket Agung, Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Lontar itu adalah lontar jenis sesana yang berjudul Purwadhigama Sesana. Uniknya, lontar ini disertai terjemahan dari berbahasa Jawa Kuno menjadi Bahasa Bali. Menurut ahli waris lontar, Ketut Putu Astita, selama ini sebagai penerus, dirinya tidak pernah membuka dan membaca puluhan cakep lontar yang tersimpan di rumahnya. Ia dan keluarganya hanya tahu mengupacarai benda yang dianggapnya keramat itu saat Hari Raya Saraswati. “Lontar ini memang kami warisi dan dibuat di zaman kakek dan buyut saya dulu. Kalau kami tidak terlalu tahu soal lontar sehingga takut membukanya, beruntung ada adik-adik penyuluh ini,” jelas Astita.
Dalam konservasi itu, PBB menemukan 78 cakep lontar yang kondisinya cukup baik, meski berdebu karena lama tak dibuka. Hanya 10 persen yang tata letaknya tak beraturan karena talinya putus sehingga perlu penataan ulang. Koordinator Konservasi Lontar di Kecamatan Buleleng, Ida Bagus Ari Wijaya mengatakan dari puluhan cakep lontar yang dikonservasi di rumah Astita, tergolong cukup lengkap. “Kalau digolongkan seperti katalog Gedong Kirtya, dari kategori I sampai V ada disini, jadi cukup lengkap. Seperti kategori I meliputi mantra dan puja, kategori II lontar Sesana, kategori III kelompok lontar Wariga. Kategori IV lontar karya sastra baik kekawin, kidung atau geguritan dan kategori V adalah kelompok lontar Babad,” kata dia.
Ari Wijaya menyebutkan, lontar berjudul Purwadigama Sesana itu membahas tentang moral dan etika keagamaan, dilengkapi terjemahan ke Bahasa Bali. Biasanya, lontar jenis Sesana yang ditulis menggunakan aksara Bali dengan Bahasa Jawa Kuno itu tak memiliki terjemahan. Namun pada lontar Purwadigama Sesana milik keluarga Astita dilengkapi dengan terjemahan dalam Bahasa Bali, sehingga lebih mudah diartikan dan dipahami. “Yang lengkap dengan terjemahan Bahasa Bali ini memang tumben saya temukan. Biasanya lontar-lontar Sesana yang lain itu tanpa terjemahan. Kalau yang ada terjemahannya biasanya kelompok kekawin, kidung dan geguritan,” imbuh Ari Wijaya. Selain lontar sesana, juga ditemukan lontar berusia 149 tahun berjudul Pangawisesan Bhagawan Cintya Widhi, yang membahas tentang cara memproteksi diri secara niskala.
Dari sejumlah temuan tersebut, Ari Wijaya mengaku bersama PBB mengajukan digitalisasi lontar unik setelah mendapatkan izin pemilik. Selain itu, akan dialakukan alih aksara dan penerjemahannya jika memang diminta oleh pemilik. *k23
Dalam konservasi itu, PBB menemukan 78 cakep lontar yang kondisinya cukup baik, meski berdebu karena lama tak dibuka. Hanya 10 persen yang tata letaknya tak beraturan karena talinya putus sehingga perlu penataan ulang. Koordinator Konservasi Lontar di Kecamatan Buleleng, Ida Bagus Ari Wijaya mengatakan dari puluhan cakep lontar yang dikonservasi di rumah Astita, tergolong cukup lengkap. “Kalau digolongkan seperti katalog Gedong Kirtya, dari kategori I sampai V ada disini, jadi cukup lengkap. Seperti kategori I meliputi mantra dan puja, kategori II lontar Sesana, kategori III kelompok lontar Wariga. Kategori IV lontar karya sastra baik kekawin, kidung atau geguritan dan kategori V adalah kelompok lontar Babad,” kata dia.
Ari Wijaya menyebutkan, lontar berjudul Purwadigama Sesana itu membahas tentang moral dan etika keagamaan, dilengkapi terjemahan ke Bahasa Bali. Biasanya, lontar jenis Sesana yang ditulis menggunakan aksara Bali dengan Bahasa Jawa Kuno itu tak memiliki terjemahan. Namun pada lontar Purwadigama Sesana milik keluarga Astita dilengkapi dengan terjemahan dalam Bahasa Bali, sehingga lebih mudah diartikan dan dipahami. “Yang lengkap dengan terjemahan Bahasa Bali ini memang tumben saya temukan. Biasanya lontar-lontar Sesana yang lain itu tanpa terjemahan. Kalau yang ada terjemahannya biasanya kelompok kekawin, kidung dan geguritan,” imbuh Ari Wijaya. Selain lontar sesana, juga ditemukan lontar berusia 149 tahun berjudul Pangawisesan Bhagawan Cintya Widhi, yang membahas tentang cara memproteksi diri secara niskala.
Dari sejumlah temuan tersebut, Ari Wijaya mengaku bersama PBB mengajukan digitalisasi lontar unik setelah mendapatkan izin pemilik. Selain itu, akan dialakukan alih aksara dan penerjemahannya jika memang diminta oleh pemilik. *k23
Komentar