Pemilik Rumah Gelar Mabayuh Karang, Desa Adat Gelar Paruman
Hasil paruman Desa Pakraman Batuan di antaranya, apabila pelaku terungkap, wajib menanggung biaya upacara.
GIANYAR, NusaBali
Sehari pasca-peristiwa penebasan yang merenggut nyawa Dewa Gede Artawan di kawasan Banjar Dentiyis, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, keluarga pemilik rumah di Gang Kabetan, Banjar Dentiyis, Desa Batuan, I Made Wandiana, 37, menggelar upacara mabayuh karang. Sementara pihak Desa Pakraman Batuan menggelar paruman di Pura Desa Batuan, pada Saniscara Kliwon Wayang, Sabtu (4/6).
Ceceran darah di lokasi meninggalnya Dewa Gede Artawan, yakni areal parkir kediaman Wandiana, sudah dibersihkan. Tetapi police line masih terpasang.
Ditemui NusaBali, Wandiana menuturkan setelah jenazah korban dievakuasi, darah yang berceceran langsung dibersihkan. Namun malam harinya, Jumat (3/6), semalam suntuk keluarganya tidak bisa tidur, karena merasakan sesuatu yang tidak nyaman. “Syukur keluarga dan tetangga menemani, rumah jadi lebih ramai,” ucapnya.
Sesaat setelah kejadian, Wandiana bersama istri, Ni Nyoman Sukartini, 36, melukat ke Griya, untuk pembersihan dan agar lebih tenang. “Istri saya yang melihat pertama kejadian kemarin. Dia sangat shock,” imbuh pria dua anak ini.
Selain membersihkan darah, pihak keluarga juga melaksanakan upacara mabayuh karang pada Saniscara Kliwon Wayang, Sabtu kemarin, agar suasana di pekarangan lebih tenang, sebelum diadakan upacara pecaruan. Untuk upacara pecaruan masih menunggu petunjuk dari pihak desa.
Menurut Wandiana, keluarga korban penebasan Dewa Gede Artawan, 31, asal Banjar Payuk, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Bangli, sempat datang ke rumahnya menyampaikan bahwa saat ini belum bisa melaksanakan upacara penebusan, diyakini arwah korban masih di lokasi. Upacara penebusan belum bisa dilaksanakan karena di banjar korban masih ada upacara. “Kami belum bisa macaru, sebelum ada upacara penebusan,” jelas Wandiana.
Sebelum terjadi peristiwa penebasan dan korbannya lari hingga menghembuskan napas terakhir di pekarangan rumahnya, Wandiana memiliki perasaan yang tidak enak. Namun dia tidak tahu penyebabnya. “Tiyang polih ngipi rebut bojog (saya sempat bermimpi direbut monyet),” tuturnya.
Meskipun demikian tidak ada kepikiran akan terjadi sesuatu. Di sekitar rumah yang dihuni oleh enam orang, yakni orangtua Wandiana, istri serta kedua anaknya, sekarang ini masih dijaga oleh pihak kepolisian. Satu peleton anggota Dalmas Polres Gianyar berjaga di lokasi, disertai dengan kegiatan patroli.
Sementara itu, ditemui di lokasi berbeda Bendesa Desa Pakraman Batuan I Made Jabur, 75, menjelaskan dengan adanya kejadian ini, otomatis akan diadakan pecaruan desa, lantaran sudah ada keletehan. Untuk itu para prajuru serta krama melakukan paruman, dilaksanakan Sabtu (4/6) di Pura Desa Batuan. Setelah paruman baru akan meminta petunjuk kepada pendeta. “Seperti apa nanti pelaksanaannya, kami meminta petunjuk dulu,” ungkap Bendesa Jabur.
Menurutnya, atas kejadian ini, biaya upacara nanti ditanggung oleh desa. Jikalau pelaku terungkap, yang bersangkutan harus menanggung biaya tersebut. Selain itu dalam paruman, akan disampaikan agar masyarakat tetap tenang. Diharapkan pula nantinya krama Desa Bantuan tidak terlibat dengan ormas-ormas. “Kami tegaskan tidak ada baliho ormas terpasang di wilayah Batuan,” tegas Bendesa Jabur.
Demi menjaga keamanan, jajaran Polres Gianyar melaksanakan patroli serta razia di titik-titik rawan. Seizin Kapolres Gianyar AKBP Waluya SIK, Kabag Ops Polres Gianyar Kompol I Ketut Dana mengungkapkan ada tujuh titik di tiap-tiap Polsek sesuai dengan kerawananan masing-masing. Razia digelar di perbatasan dengan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung yaitu di Ketewel, Batubulan, dan Ubud. Kegiatan razia utamanya untuk antisipasi senjata tajam maupun senjata api. “Sampai saat ini tidak ditemukan senjata tajam maupun senjata api,” kata Kompol Dana.
Razia jajaran Polres Gianyar diback-up 1 peleton anggota Sat Brimob Polda Bali. “Upaya kami untuk menjaga wilayah hukum Gianyar agar kondusif,” ucapnya saat memimpin razia di Jalan Raya Celuk, Sukawati.
Sebelumnya, bentrok yang diduga melibatkan ormas hingga merenggut korban nyawa, kembali terjadi. Korbannya adalah Dewa Gede Artawan, 31, anggota ormas yang tewas bersimbah darah ditebas tiga orang bercadar di Gang Kabetan, Banjar Dentiyis, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Jumat (3/6) siang. Selain korban Dewa Gede Arta-wan, dua rekannya yang naik motor berboncengan juga terluka setelah motornya diserempet mobil saat bersamaan.
Saat diserang tiga orang bercadar menggunakan senjata pedang, Jumat siang sekitar pukul 14.00 Wita, korban Dewa Gede Artawan, asal Banjar Payuk, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Bangli, dalam perjalanan pulang dari Banjar Sengguan Kangin, Kelurahan/Kecamatan Gianyar. Korban bersama 7 rekannya yang naik 4 motor berboncengan dengan mengenakan pakaian adat madya, sebelumnya melayat ke rumah Ketua DPC Laskar Bali Nyoman Alit Sutarya alias Alit Rama di Banjar Sengguan Kangin, karena orangtuanya meninggal.
Informasi di lapangan, dari rumah duka di Banjar Sengguan Kangin, kelurahan Gianyar, korban Desa Gede Artawan sebetulnya bersama rombongan besar yang dikawal petugas untuk balik ke Denpasar. Namun, korban bersama 6 rekannya pilih jalur terpisah tanpa pengawalan, dengan naik 7 motor. Mereka melaju beriringan.
Begitu melintas di Jalan Raya Batuan, salah satu motor yang berada paling belakang dan dinaiki berboncengan I Made Arsana, 32, dan Nyoman Ngurah Budiadnyana, 37, diserempet oleh sebuah mobil, hingga mereka jatuh. Kedua korban penyerempetan asal Banjar Tubuh, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, ini pun terluka.
Melihat dua rekannya jatuh, korban Dewa Artawan yang tinggal di Sanur, Denpasar Selatan, pun turun. Nah, saat turun itulah, tiba-tiba muncul tiga orang bercadar, yang diduga sudah membuntutinya sejak awal dari belakang. Salah satu dari tiga pria bercadar itu menghunus pedang. Mereka langsung mengejar korban Dewa Artawan.
Korban Dewa Artawan langsung berlari ke arah utara, kemudian masuk ke rumah salah satu warga di Gang Kabetan, Banjar Dentiyis, Desa Batuan. Di pekarangan rumah milik keluarga I Made Wandiana, 37 (seorang wiraswasta) inilah korban Dewa Artawan dikeroyok hingga tewas bersimbah darah ditebas pedang. Saat kejadian, hanya istri pemilik rumah, Ni Nyoman Sukartini, 36, yang berada di TKP. Sedangkan suaminya sedang pergi.
Saksi Sukartini sempat melihat bagaimana korban ditebas beberapa kali dengan pedang oleh orang bercadar saat sudah terkapar di areal parkir sebelah selatan Bale Dangin. Melihat adegan mengerikan seperti itu, sang nyonya rumah kontan berteriak minta tolong. Bersamaan dengan itu, tiga penyerang bercadar langsung kabur melewati gang. Kemudian, setelah tiba di jalan raya, tiga pria bercadar naik ke mobil yang sudah menunggunya. 7 cr62
Komentar