Penggalian Situs Tanjung Ser Dilanjutkan
Tim Peneliti Balai Arkeologi Buru Fosil Bukti Peradaban
SINGARAJA, NusaBali
Balai Arkeologi (Balar) Denpasar, melalui tim penelitinya kembali melakukan penggalian di situr Tanjung Ser, wilayah Banjar Dinas/Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Mereka kembali melanjutkan pencarian terkait peninggalan benda dan bukti sejarah lainnya, untuk membuktikan di lokasi tersebut pernah ada peradaban manusia. Penggalian dan identifikasi temuan yang berlangsung sejak tanggal 23-31 Mei, memburu fosil (kerangka manusia purba,red) sebagai bukti otentik peradaban budaya.
Tim peneliti Balar Denpasar yang dibantu sejumlah staf Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng kembali melakukan galian di lahan yang sudah sempat diobservasi dan digali di tahun-tahun sebelumnya. Yang terbaru di tahun 2018 juga sempat digali dua lubang dengan temuan sejumlah pecahan gerabah dan cangkang kerang hasil sampah dapur.
Pada penggalian tahun ini tim peneliti Balar membuka dua kotak berukuran 2x2 meter dengan kedalaman kurang lebihs atu setengah meter. Galian tersebut sempat beberapa kali dibuka tak jauh dari galian ke lima di tahun 2018 lalu. Tim pun sempat menutup kembali kotak galian saat upaya penggalian dilakukan berdasarkan kaki bukit yakni melintang dari arah Selatan dan Utara dari galian sebelumnya, karena tidak ditemukan banyak galian. Namun setelah dilakukan penggalian linier dengan gari pantai (Barat-Timur), tim kembali menemukan sejumlah artefak, berupa pecahan gerabah, piring dan juga kulit kerang dari kelas Gastropoda.
Ketua Tim Peneliti Tanjung Ser, I Wayan Suantika, ditemui di lokasi penggalian, Kamis (30/5) kemarin menuturkan, penggalian dan penelitian Tanjung Ser dilanjutkan kembali karena pihaknya mengaku sangat optimis menemukan bukti peradaban yang sangat utama yakni kerangka manusianya. Keyakinan itu ia dapati setelah beberapa kali melakukan penelitian dan penggalian di situs Tanjung Ser dengan temuan yang sangat banyak.
“Sementara ini yang baru kami temukan adalah alat sehari-hari yang digunakan dalam peradaban. Saya punya keyakinan dengan temuan alat peradaban ada pelaku budayanya yakni manusia, nah ini yang belum kita temukan dan perlu dicari untuk memperkuat asumsi kami. Ini tinggal menunggu waktu saya untuk menemukan kuburnya,” jelas Suantika.
Ia pun menjelaskan jika penelitian dan penggalian situs Tanjung Ser sudah dimulai sejak tahun 2001 lalu. Situs ini ditemukan olehnya saat tak sengaja menemukan temuan permukaan berupa arca Dewi dan arca Nandhi di Banjar Yeh Panes, Desa Pemuteran di tahun 2000. Ia kemudian melakukan survei dan menemukan situs Tanjung Ser yang tak jauh dari temuan arca itu dengan temuan pecahan gerabah dan kerang saat pengolahan lahan jagung oleh masyarakat sekitar.
Temuan itu kemudian ditindaklanjuti dengan penggalian. Proses penelitian dan identifikasi tersebut saat itu tak mengecewakan. Ia dan sejumlah peneliti Balar Denpasar menemukan banyak pecahan tinggalan alat peradaban seperti pecahan gerabah, piring, tembikar hingga cangkang kerang.
Meski sempat terputus lama, Suantika dan peneliti Balar kemudian melanjutkan misinya pada tahun 2018 lalu. Saat itu juga ditemukan ratusan keping pecahan gerabah dan cangkang kerang. Tak berbeda dari temuan tahun lalu, memasuki hari terakhir penggalian, ratusan pecahan gerabah, piring dan cangkang kerang juga ditemukan di kedalaman di bawah 40 sentimeter.
Pola hias pada pecahan itu pun sangat beragam, mulai dari pola garis, terajala (cap menyerupai jala,red), pola cungkil hingga pola gores. “Dari temuan ini kami simpulkan dari temuan benda di lapisan dalah di kedalaman 40 sentimeter ke bawah, umurnya sekitar 2.500 tahun lalu atau 500 tahun sebelum masehi. Ini merupakan alat kebutuhan sehari-hari masyarakat yang bermukim di sini. Dengan temuan sebanyak ini kami optimis disini ada peradaban,” imbuh dia.*k23
Balai Arkeologi (Balar) Denpasar, melalui tim penelitinya kembali melakukan penggalian di situr Tanjung Ser, wilayah Banjar Dinas/Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Mereka kembali melanjutkan pencarian terkait peninggalan benda dan bukti sejarah lainnya, untuk membuktikan di lokasi tersebut pernah ada peradaban manusia. Penggalian dan identifikasi temuan yang berlangsung sejak tanggal 23-31 Mei, memburu fosil (kerangka manusia purba,red) sebagai bukti otentik peradaban budaya.
Tim peneliti Balar Denpasar yang dibantu sejumlah staf Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng kembali melakukan galian di lahan yang sudah sempat diobservasi dan digali di tahun-tahun sebelumnya. Yang terbaru di tahun 2018 juga sempat digali dua lubang dengan temuan sejumlah pecahan gerabah dan cangkang kerang hasil sampah dapur.
Pada penggalian tahun ini tim peneliti Balar membuka dua kotak berukuran 2x2 meter dengan kedalaman kurang lebihs atu setengah meter. Galian tersebut sempat beberapa kali dibuka tak jauh dari galian ke lima di tahun 2018 lalu. Tim pun sempat menutup kembali kotak galian saat upaya penggalian dilakukan berdasarkan kaki bukit yakni melintang dari arah Selatan dan Utara dari galian sebelumnya, karena tidak ditemukan banyak galian. Namun setelah dilakukan penggalian linier dengan gari pantai (Barat-Timur), tim kembali menemukan sejumlah artefak, berupa pecahan gerabah, piring dan juga kulit kerang dari kelas Gastropoda.
Ketua Tim Peneliti Tanjung Ser, I Wayan Suantika, ditemui di lokasi penggalian, Kamis (30/5) kemarin menuturkan, penggalian dan penelitian Tanjung Ser dilanjutkan kembali karena pihaknya mengaku sangat optimis menemukan bukti peradaban yang sangat utama yakni kerangka manusianya. Keyakinan itu ia dapati setelah beberapa kali melakukan penelitian dan penggalian di situs Tanjung Ser dengan temuan yang sangat banyak.
“Sementara ini yang baru kami temukan adalah alat sehari-hari yang digunakan dalam peradaban. Saya punya keyakinan dengan temuan alat peradaban ada pelaku budayanya yakni manusia, nah ini yang belum kita temukan dan perlu dicari untuk memperkuat asumsi kami. Ini tinggal menunggu waktu saya untuk menemukan kuburnya,” jelas Suantika.
Ia pun menjelaskan jika penelitian dan penggalian situs Tanjung Ser sudah dimulai sejak tahun 2001 lalu. Situs ini ditemukan olehnya saat tak sengaja menemukan temuan permukaan berupa arca Dewi dan arca Nandhi di Banjar Yeh Panes, Desa Pemuteran di tahun 2000. Ia kemudian melakukan survei dan menemukan situs Tanjung Ser yang tak jauh dari temuan arca itu dengan temuan pecahan gerabah dan kerang saat pengolahan lahan jagung oleh masyarakat sekitar.
Temuan itu kemudian ditindaklanjuti dengan penggalian. Proses penelitian dan identifikasi tersebut saat itu tak mengecewakan. Ia dan sejumlah peneliti Balar Denpasar menemukan banyak pecahan tinggalan alat peradaban seperti pecahan gerabah, piring, tembikar hingga cangkang kerang.
Meski sempat terputus lama, Suantika dan peneliti Balar kemudian melanjutkan misinya pada tahun 2018 lalu. Saat itu juga ditemukan ratusan keping pecahan gerabah dan cangkang kerang. Tak berbeda dari temuan tahun lalu, memasuki hari terakhir penggalian, ratusan pecahan gerabah, piring dan cangkang kerang juga ditemukan di kedalaman di bawah 40 sentimeter.
Pola hias pada pecahan itu pun sangat beragam, mulai dari pola garis, terajala (cap menyerupai jala,red), pola cungkil hingga pola gores. “Dari temuan ini kami simpulkan dari temuan benda di lapisan dalah di kedalaman 40 sentimeter ke bawah, umurnya sekitar 2.500 tahun lalu atau 500 tahun sebelum masehi. Ini merupakan alat kebutuhan sehari-hari masyarakat yang bermukim di sini. Dengan temuan sebanyak ini kami optimis disini ada peradaban,” imbuh dia.*k23
Komentar