Sekolah Hindu Terhadang Krisis Guru
Kami masih kekurangan tenaga pendidik, dan memang sebagian besar tenaga pendidikan berstatus pengabdi.
Yayasan Pasraman Gurukula Bangli
BANGLI, NusaBali
Yayasan Pasraman Gurukula di Lingkungan/Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Bangli, salah satu lembaga sosial yang bergerak di bidang pendidikan bagi anak-anak kurang mampu di Kabupaten Bangli. Pasraman ini menaungi sekolah Tanam Kanak-kanak, SMP, SMA. Tidak hanya menerapkan pola pembejalaran di dalam kelas, pasraman ini juga melakukan pembelajaran melalui kegiatan ngayah di masyarakat.
Ketua Yayasan Pasraman Gurukula Bangli I Wayan Arsada mengungkapkan selama ini anak didiknya sering diminta untuk ngayah saat karya/pujawali, baik itu ngayah nabuh dan menari. Selain itu, anak didiknya juga sering dilibatkan dalam kegiatan seremonial. Dijelaskan, saat siswa ngayah banyak hal yang bisa dipelajari, seperti tata krama dengan masyarakat, komunikasi dengan orang baru-baru. “Secara tidak langsung mereka dapat pembelajaran saat ngayah di masyarakat. Pembelajaran tidak hanya di dalam kelas saja, namun ilmu yang diperoleh di kelas diimplementasi di lingkungan masyarakat,” ungkapnya.
Lanjutnya, para siswa tidak hanya ngayah di Bangli saja, tak jarang juga diminta ngayah di luar kabupaten. Diakui ketika musim upacara dalam seminggu para siswa bisa ngayah di tiga lokasi. Ditanya apakah kegiatan ngayah tidak mengganggu aktivitas pembelajaran, Wayan Arsada mengatakan untuk jadwal diatur. Ketika harus ngayah pagi hari maka kegiatan pembelajaran digeser pada sore hari. “Untuk jadwal diatur, agar bisa sama-sama jalan,” ujarnya.
Wayan Arsada mengatakan, kegiatan di Pasraman Gurukula lebih mendidik karakter para siswa. Para siswa diajarka untuk mandiri mulai dari memasak, bersih-bersih, membuat sarana upakara, bahkan siswa juga diajarkan untuk bertani dan berternak. “Memang siswa disini hampir seluruhnya adalah siswa kurang mampu. Namun ada beberapa siswa dari kalangan berada memilih pasraman ini karena mereka ingin belajar mandiri. Siswa-siswi disini tidak dipungut biaya apapun,” paparnya.
Hingga saat ini, siswa yang mengenyam pendidikan di tingkat SMP sebanyak 54 orang dan SMA 68 siswa serta ada pula yang sudah mahasiswa 10 orang. Disisi lain, kegiatan pedidikan di pasraman masih membutuhkan tenaga. Seperti diketahui beberapa orang guru harus mengampu mata pelajaran di luar ilmunya. “Ada guru, sebenarnya bukan basicnya Matematika, terpaksa mengambil mata pelajaran tersebut. Hal ini karena kami masih kekurangan tenaga pendidik, dan memang sebagian besar tenaga pendidikan berstatus pengabdi,” ungkapnya. Ia mengatakan guru yang ada 26 orang, di antaranya 1 PNS, 3 honor daerah dan sisanya guru non nafkah alias pengabdi.
Kondisi ini yang menjadikan salah satu kendala dalam pengembangan Yayasan Pasraman Gurukula. Ia pun berharap pemerintah bisa membantu untuk penenuhan tenaga pendidikan sesuai dengan kualifikasinya sehingga mutu pendidikan bisa ditingkatkan. Sementara itu, untuk kegiatan kesenian pihaknya harus meminta tolong pada guru di sekolah lain. Kebanyakan siswa belajar menari dan tabuh secara mandiri atau diarahkan oleh seniornya sesama siswa pesraman. “Jadi seniornya yang mengarahkan, mereka lebih banyak belajar mandiri. Meski demikian para siswa mampu untuk bersaing dan mampu menunjukkan garapanya,” ungkap Wayan Arsada.
Sambungnya, untuk kebutuhan makanan di pasraman sejauh ini belum ada donatur tetap. Tidak jarang pihak pengelola bon di koperasi di wilayah Kubu, Bangli. Sementara itu, untuk satu bulannya dibutuhkan 1,5 ton beras guna memenuhi kebutuhan makanan seluruh siswa. “Kami memang belum memiliki donatur tetap, hanya mengandalkan sumbangan yang tidak menentu. Kadang untuk memenuhi kebutuhan lauk, kami manfaatkan hasil pertanian diareal yayasan,” ujarnya.
Wayan Arsada menambahkan Yayasan Pasraman Gurukula memiliki visi ‘Terwujudnya sumber daya manusia Hindu yang berkualitas, berdaya saing tinggi dan tangguh. Visi ini dilandasi filosofi Vasudhaiva Kutumbakam. Maka pasraman ini tidak hanya jadi tempat belajar siswa dari Bangli atau Bali umumnya, namun ada sejumlah siswa berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Malang, Jawa Timur, Sulawesi, dan Sumantra. Selama menjadi pengelola yayasan, Wayan Arsada juga merasakan suka duka. Untuk suka, dirinya berkesempatan untuk mendidik anak-anak untuk menjadi generasi yang cerdas. Namun dirinya merasa beban tat kala tidak mampu untuk mengarahkan siswa agar menjadi lebih baik. Terlebih lagi ada beberapa siswa yang sebelumnya telah diberhetikan di sekolah lain, bahkan ada tersangkut kasus hukum. “Ini lah yang menjadi tantangan kami, bagaiamana kami mampu untuk merubah karakter siswa ini untuk menjadi lebih baik,” bebernya. Pihaknya pun harus bersikap tegas agar para siswa ini disiplin, dan bisa menjadi karakter yang lebih baik.
Yayasan Pasraman Gurukula juga sering dikunjungi volunteer atau relawan dari berbagai negara. Kehadiran para relawan ini untuk memberikan pendidikan bagi para siswa seperti bahasa inggri, bahasa jepang hingga teknologi. “Relawan ini memberikan pembelajaran sesuai dengan keahlianya, ini sangat berdampak bagi siswa kami. Mereka bisa menambah pengetahuan dengan orang-orang baru. Selain itu para relawan juga mengenal sisi dan keberadaan dari pasaraman ini,” tandasnya.7esa.
Komentar