Mahasiswa Rantau Asal Palu Batal Mudik ke Kampung Halaman
Bencana gempa dan tsunami yang terjadi beberapa waktu lalu di kota Palu dan Kabupaten Donggala ternyata tidak hanya menjadi momok menakutkan bagi masyarakat yang bertempat tinggal disana, namun juga menyisakan trauma yang mendalam bagi mahasiswa asal Palu yang sedang menempuh pendidikan di kota orang.
Penulis : Laora Zoice Vawitha
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Udayana
Seorang mahasiswa asal Palu yang merantau ke Denpasar bernama Yoga Pratama mengungkapkan bahwa dia sangat terkejut dan panik saat mendengar pemberitaan bencana gempa di Palu yang disiarkan di media sosial dan televisi. Menghubungi keluarga terdekat yang berada di Palu adalah salah satu hal yang bisa dia lakukan, namun tidak membuahkan hasil. Sinyal dan jaringan internet yang terganggu pun semakin menambah kecemasan. Beberapa jam setelahnya tersiar kabar bahwa tsunami telah terjadi di kota itu dan menelan banyak korban jiwa. Saat itu dia masih tidak percaya bahwa kota kecilnya yang sedang beranjak maju telah dihancurkan oleh tsunami yang dahsyat.
“Jadi baru benar-benar dapat kabar dari mama dan dengar suara mama langsung itu sekitar empat hari setelah gempa.” ujar Yoga. Dia merasa beruntung mengetahui bahwa keluarga intinya masih dalam keadaan baik-baik saja. Namun hatinya tetap teriris mendengar kabar dari berbagai sumber bahwa sahabat-sahabat terdekatnya telah tertimbun di dalam tanah, orang-orang yang dikenal masih hilang dan tempat-tempat yang sering ia datangi telah rata dengan tanah. Keadaan memaksa Yoga dan mahasiswa perantau lainnya untuk berjuang membiayai hidup sendiri karena tidak ada harapan untuk mendapatkan kiriman dana dari orangtua.
Menjelang libur Lebaran, orang yang merantau ke luar kota biasanya akan mudik ke kampung halaman. Berkumpul dan bercengkarama dengan keluarga rasanya menjadi langkah yang tepat untuk menikmati waktu liburan. Namun tidak begitu dengan Yoga. Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana ini mengaku batal mudik di tahun ini.
Sebenarnya dalam hatinya ada niatan besar untuk pulang ke kampung halamannya dan bersilahturahmi dengan keluarga. Tetapi di samping melonjaknya harga tiket pesawat, dia juga khawatir kepulangannya ke Palu akan memperburuk keadaan. Mengingat peristiwa yang terjadi beberapa bulan lalu, pihak keluarga pasti membutuhkan banyak dana untuk memperbaiki rumah dan keperluan mereka disana.
Hal ini membuat Yoga berpikir seribu kali apakah kedatangannya meringankan beban atau malah menambah kesusahan bagi keluarga yang ada di Palu. Saat ini dia hanya bisa menghabiskan masa liburannya di Denpasar bersama teman-teman yang berasal dari Bali. Menurutnya itu sudah lebih dari cukup. Dia hanya berharap di kemudian hari tidak lagi mendengar kabar yang mengerikan itu dan segera dapat berkumpul dengan sanak saudaranya.*
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
1
Komentar