Rancang Terowongan di Tanjakan Pancasari-Wanagiri
Gubernur Koster Tinjau Proyek Shortcut Denpasar-Singaraja via Bedugul
SINGARAJA, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster rancang pembuatan jalan alternatif untuk ruas tanjakan puncak Desa Pancasari-Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng, yang kerap terjadi kemacetan. Salah satu alternatifnya adalah membuat terowongan di bawah bukit kawasan Pura Yeh Ketipat, Desa Wanagiri, sehingga jalur Denpasar-Singaraja via Bedugul menjadi lebih lancar dan nyaman.
Rencana membuat terowongan ini diungkapkan Gubernur Koster saat meninjau megaproyek Shortcut Denpasar-Singaraja, Jumat (7/6). Turut mendampingi Gubernur Koster adalah Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra, Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII I Ketut Dharmawahana, Kepala Dinas PU Provinsi Bali I Wayan Astawa Riadi, hing-ga Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali AA Ngurah Oka Sutha Diana.
Saat terjun kemarin, Gubernur Koster meninjau proyek shortcut di dua lokasi berbeda. Pertama, proyek Shortcut Titik 3-4 di wilayah Kecamatan Baturiti, Tabanan. Kedua, proyek Shortcut Titik 5-6 di wilayah Desa Wanagiri-Desa Pegayaman-Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Saat meninjau proyek Shortcut Titik 5-6 yang sedang dalam pengerjaan, Gubernur Koster sempat menanyakan kemungkinan membuat jalan alternatif di ruas tanjakan Desa Pancasari-Wanagiri, tempatnya di objek wisata habitat kera, kepada Kepala BBJN VIII Ketut Dharmawahana. Gubernur Koster menyebutkan, selain kurang nyaman, ruas tanjakan itu juga kerap menjadi pemicu kemacetan jalur Denpasar-Singaraja. “Ini sedang dipikirkan alternatifnya, kalau bisa ke depan biar tidak lewat jalur itu,” terang Koster.
Menurut Koster, perlu ada kajian teknis menyangkut topografi di kawasan tanjakan tersebut. Sebab, ada kemungkinan jalan alternatif itu dengan membuat terowongan di bawah bukit. “Wah kalau terowongan, ini perlu dikaji menyangkut topografinya. Tolong itu diperhatikan, biar bisa dikondisikan,” kata Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Selain itu, Koster juga berencana melanjutkan proyek Shortcut Titik 11-12 di kawasan Bangkiangsidem, Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada. Ini akan dilanjutkan setelah proyek Shortcut Titik 1-2, Shortcut Titik 3-4 Shortcut Titik 5-6, Shortcut Titik 7-8, dan Shortcut Titik 9-10 bisa dituntaskan tahun 2020. “Kalau bisa, kita pikirkan Shortcut Titik 11-12, karena di kawasan Bangkiangsidem itu jalannya sempit dan rawan juga,” papar Koster.
Koster menyebutkan, pemikiran untuk melanjutkan Shortcut Titik 11-12 ini muncul, setelah mendapat kepastian proyek Shortcut Titik 1-2, Shortcut Titik 3-4 Shortcut Titik 5-6, Shortcut Titik 7-8, dan Shortcut Titik 9-10 bisa dituntaskan di tahun 2020. Kepastian itu konon disampaikan langsung oleh Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, saat mendampingi Peresiden Jokowi ke Bali, 18 Mei 2019 lalu.
“Waktu itu, saya sempat mengingatkan kepada Menteri PUPR agar proyek Shortcut Singaraja-Mengwitani selesai tahun 2021. Tapi, respons beliau dengan sangat meyakinkan kalau penyelesaian proyek shortcut akan dipercepat menjadi tahun 2020. Saya sempat ragu dan saya tanyakan bagaimana dengan anggarannya, Pak Menteri menjawab akan menggeser anggaran untuk percepatan proyek Shortcut Singaraja-Mengwitani,” ungkap Koster.
Untuk diketahui Shortcut Titik 1-2 dan Titik 3-4 berada di wilayah Kabupaten Tabanan, dimulai dari Desa/Kecamatan Baturiti sampai Danau Beratan, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti. Sedangkan Shortcut Titik 5-6, Titik 7-8, dan Titik 9-10 berada di wilayah Kabupaten Buleleng, mulai dari kawasan Desa Wanagiri (Kecamatan Sukasada) hingga Jembatan Bangkiangsidem di Desa Ambengan (Kecamatan Sukasada).
Saat ini, tengah digarap Shortcut Titik 5-6 sepanjang 1,9 kilometer, dengan lebar badan jalan 9 meter untuk dua jalur. Pengerjaannya kini sudah mencapai 51 persen. Nantinya, ada jembatan sepanjang 210 meter dalam shortcut dengan jumlah 5 tikungan dan kemiringan maksimal 6 derajat ini. Titik 5 shortcut berada di Kilometer 57 wilayah Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng, tepatnya depan Pura Yeh Ketipat ke arah timur menuju Desa Pega-yaman. Sedangkan Titik 6 shortcut berada di Kilometer 59 perbatasan Desa Wanagiri-Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada. Shortcut Titik 5-6 ditargetkan sudah rampung per 31 Desember 2019 mendatang.
Setelah pengerjaan Shortcut Titik 5-6, nantinya akan dilanjut dengan penggarapan Shortcut Titik 3-4 di wilayah Kecamatan Baturiti. Shortcut Titik 3-4 juga dijadwalkan tuntas 31 Desember 2019 mendatang. Setelah itu, barulah dilanjut penggarapan Shortcut Titik 7-8, Titik 9-10, dan Titik 1-2. Seluruh proyek Shortcut Jalur Denpasar-Singaraja vis Bedugul ini ditarget rampung tahun 2021 mendatang.
Dikonfirmasi NusaBali terkait terkait upaya pembangunan jalan alternatif untuk ruas tanjakan Desa Pancasari-Desa Wanagiri, Jumat kemarin, Kepala BBPJN VIII Ketut Dharmawahana mengatakan masih perlu dilakukan survei dan mengkaji kondisi alam di kawasan tersebut. “Itu masih jauh, tapi nanti kami akan mengkaji lebih lanjut. Termasuk juga soal Shortcut di Bangkiangsidem,” terang Dharmawahana.
Sementara itu, Gubernur Koster berpesan kepada pelaksana proyek shortcut agar mereka mampu menjaga kualitas pembangunan. Selain itu, diingatkan pula untuk selalu dapat melakukan pendekatan yang santun kepada masyarakat yang terdampak proyek shortcut.
“Saya minta pihak balai dan kontraktor tetap komit melaksanakan tugas dengan menjaga kualitas pekerjaan. Dan, yang penting sekali, kalau kira-kira bersentuhan dengan masyarakat terkait dengan pekerjaan fisik, jangan sampai menimbulkan ketersinggungan di masyarakat,” pinta Koster saat tinjau proyek Shortcut Titik 5-6, Jumat kemarin.
Koster meminta pendekatan kepada masyarakat sejak dari awal sudah harus dilakukan dengan cara yang santun dan baik, sehingga mereka bisa memahami bahwa apa yang tengah dikerjakan oleh pemerintah, adalah untuk kebaikan masyarakat itu sendiri. “Apa yang dikerjakan oleh pemerintah ini bermanfaat bukan hanya untuk masyarakat di wilayah Buleleng dan Tabanan saja, tapi juga seluruh masyarakat. Bahkan, ini akan menjadi jalur wisata yang dapat membuat wisatawan lebih nyaman untuk berkunjung ke Bali dengan melewati jalur Singaraja-Denpasar," tandas mantan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali tiga kali periode ini.
Disebutkan, meski dana pembangunan shortcut jalan berasal dari APBN, namun Pemprov Bali telah menyiapkan Rp 230 miliar untuk pembebasan lahan dan membuatkan rumah pengganti buat tempat tinggal pemilik tanah yang terkena penggusuran. “Mereka dibuatkan rumah baru yang lebih bagus dari rumah aslinya, lengkap dengan sanggahnya dibangunin,” katanya.
Menurut Koster, ini cara yang beradab dalam menyelesaikan persoalan, sehingga masyarakat bisa menerima penggusuran untuk kepentingan pembangunan jalan. “Seperti yang tadi di Titik 3 itu, Pak Sudiarta senang sekali dia dapat jalan di depan rumahnya yang sangat luas dan mendapat rumah baru. Dengan tanah yang dibebaskan, total dia dapat Rp 4 miliar.”
Koster menyatakan, ini pendekatan baru yang dilakukan Pemprov Bali, karena melihat cara penanganan gejolak di masyarakat dalam pembangunan infrastruktur sering kurang beradab. “Masyarakat mendukung saja sudah bagus. Karena itu, konsekuensinya kebutuhan dasarnya seperti rumahnya yang harusnya dipindah, kita buatin rumah yang baru. Selama ini kan nggak, orang digusur kayak binatang saja. Kan nggak baik begitu,” tegas Koster. *k19
Rencana membuat terowongan ini diungkapkan Gubernur Koster saat meninjau megaproyek Shortcut Denpasar-Singaraja, Jumat (7/6). Turut mendampingi Gubernur Koster adalah Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra, Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII I Ketut Dharmawahana, Kepala Dinas PU Provinsi Bali I Wayan Astawa Riadi, hing-ga Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali AA Ngurah Oka Sutha Diana.
Saat terjun kemarin, Gubernur Koster meninjau proyek shortcut di dua lokasi berbeda. Pertama, proyek Shortcut Titik 3-4 di wilayah Kecamatan Baturiti, Tabanan. Kedua, proyek Shortcut Titik 5-6 di wilayah Desa Wanagiri-Desa Pegayaman-Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Saat meninjau proyek Shortcut Titik 5-6 yang sedang dalam pengerjaan, Gubernur Koster sempat menanyakan kemungkinan membuat jalan alternatif di ruas tanjakan Desa Pancasari-Wanagiri, tempatnya di objek wisata habitat kera, kepada Kepala BBJN VIII Ketut Dharmawahana. Gubernur Koster menyebutkan, selain kurang nyaman, ruas tanjakan itu juga kerap menjadi pemicu kemacetan jalur Denpasar-Singaraja. “Ini sedang dipikirkan alternatifnya, kalau bisa ke depan biar tidak lewat jalur itu,” terang Koster.
Menurut Koster, perlu ada kajian teknis menyangkut topografi di kawasan tanjakan tersebut. Sebab, ada kemungkinan jalan alternatif itu dengan membuat terowongan di bawah bukit. “Wah kalau terowongan, ini perlu dikaji menyangkut topografinya. Tolong itu diperhatikan, biar bisa dikondisikan,” kata Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Selain itu, Koster juga berencana melanjutkan proyek Shortcut Titik 11-12 di kawasan Bangkiangsidem, Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada. Ini akan dilanjutkan setelah proyek Shortcut Titik 1-2, Shortcut Titik 3-4 Shortcut Titik 5-6, Shortcut Titik 7-8, dan Shortcut Titik 9-10 bisa dituntaskan tahun 2020. “Kalau bisa, kita pikirkan Shortcut Titik 11-12, karena di kawasan Bangkiangsidem itu jalannya sempit dan rawan juga,” papar Koster.
Koster menyebutkan, pemikiran untuk melanjutkan Shortcut Titik 11-12 ini muncul, setelah mendapat kepastian proyek Shortcut Titik 1-2, Shortcut Titik 3-4 Shortcut Titik 5-6, Shortcut Titik 7-8, dan Shortcut Titik 9-10 bisa dituntaskan di tahun 2020. Kepastian itu konon disampaikan langsung oleh Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, saat mendampingi Peresiden Jokowi ke Bali, 18 Mei 2019 lalu.
“Waktu itu, saya sempat mengingatkan kepada Menteri PUPR agar proyek Shortcut Singaraja-Mengwitani selesai tahun 2021. Tapi, respons beliau dengan sangat meyakinkan kalau penyelesaian proyek shortcut akan dipercepat menjadi tahun 2020. Saya sempat ragu dan saya tanyakan bagaimana dengan anggarannya, Pak Menteri menjawab akan menggeser anggaran untuk percepatan proyek Shortcut Singaraja-Mengwitani,” ungkap Koster.
Untuk diketahui Shortcut Titik 1-2 dan Titik 3-4 berada di wilayah Kabupaten Tabanan, dimulai dari Desa/Kecamatan Baturiti sampai Danau Beratan, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti. Sedangkan Shortcut Titik 5-6, Titik 7-8, dan Titik 9-10 berada di wilayah Kabupaten Buleleng, mulai dari kawasan Desa Wanagiri (Kecamatan Sukasada) hingga Jembatan Bangkiangsidem di Desa Ambengan (Kecamatan Sukasada).
Saat ini, tengah digarap Shortcut Titik 5-6 sepanjang 1,9 kilometer, dengan lebar badan jalan 9 meter untuk dua jalur. Pengerjaannya kini sudah mencapai 51 persen. Nantinya, ada jembatan sepanjang 210 meter dalam shortcut dengan jumlah 5 tikungan dan kemiringan maksimal 6 derajat ini. Titik 5 shortcut berada di Kilometer 57 wilayah Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng, tepatnya depan Pura Yeh Ketipat ke arah timur menuju Desa Pega-yaman. Sedangkan Titik 6 shortcut berada di Kilometer 59 perbatasan Desa Wanagiri-Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada. Shortcut Titik 5-6 ditargetkan sudah rampung per 31 Desember 2019 mendatang.
Setelah pengerjaan Shortcut Titik 5-6, nantinya akan dilanjut dengan penggarapan Shortcut Titik 3-4 di wilayah Kecamatan Baturiti. Shortcut Titik 3-4 juga dijadwalkan tuntas 31 Desember 2019 mendatang. Setelah itu, barulah dilanjut penggarapan Shortcut Titik 7-8, Titik 9-10, dan Titik 1-2. Seluruh proyek Shortcut Jalur Denpasar-Singaraja vis Bedugul ini ditarget rampung tahun 2021 mendatang.
Dikonfirmasi NusaBali terkait terkait upaya pembangunan jalan alternatif untuk ruas tanjakan Desa Pancasari-Desa Wanagiri, Jumat kemarin, Kepala BBPJN VIII Ketut Dharmawahana mengatakan masih perlu dilakukan survei dan mengkaji kondisi alam di kawasan tersebut. “Itu masih jauh, tapi nanti kami akan mengkaji lebih lanjut. Termasuk juga soal Shortcut di Bangkiangsidem,” terang Dharmawahana.
Sementara itu, Gubernur Koster berpesan kepada pelaksana proyek shortcut agar mereka mampu menjaga kualitas pembangunan. Selain itu, diingatkan pula untuk selalu dapat melakukan pendekatan yang santun kepada masyarakat yang terdampak proyek shortcut.
“Saya minta pihak balai dan kontraktor tetap komit melaksanakan tugas dengan menjaga kualitas pekerjaan. Dan, yang penting sekali, kalau kira-kira bersentuhan dengan masyarakat terkait dengan pekerjaan fisik, jangan sampai menimbulkan ketersinggungan di masyarakat,” pinta Koster saat tinjau proyek Shortcut Titik 5-6, Jumat kemarin.
Koster meminta pendekatan kepada masyarakat sejak dari awal sudah harus dilakukan dengan cara yang santun dan baik, sehingga mereka bisa memahami bahwa apa yang tengah dikerjakan oleh pemerintah, adalah untuk kebaikan masyarakat itu sendiri. “Apa yang dikerjakan oleh pemerintah ini bermanfaat bukan hanya untuk masyarakat di wilayah Buleleng dan Tabanan saja, tapi juga seluruh masyarakat. Bahkan, ini akan menjadi jalur wisata yang dapat membuat wisatawan lebih nyaman untuk berkunjung ke Bali dengan melewati jalur Singaraja-Denpasar," tandas mantan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali tiga kali periode ini.
Disebutkan, meski dana pembangunan shortcut jalan berasal dari APBN, namun Pemprov Bali telah menyiapkan Rp 230 miliar untuk pembebasan lahan dan membuatkan rumah pengganti buat tempat tinggal pemilik tanah yang terkena penggusuran. “Mereka dibuatkan rumah baru yang lebih bagus dari rumah aslinya, lengkap dengan sanggahnya dibangunin,” katanya.
Menurut Koster, ini cara yang beradab dalam menyelesaikan persoalan, sehingga masyarakat bisa menerima penggusuran untuk kepentingan pembangunan jalan. “Seperti yang tadi di Titik 3 itu, Pak Sudiarta senang sekali dia dapat jalan di depan rumahnya yang sangat luas dan mendapat rumah baru. Dengan tanah yang dibebaskan, total dia dapat Rp 4 miliar.”
Koster menyatakan, ini pendekatan baru yang dilakukan Pemprov Bali, karena melihat cara penanganan gejolak di masyarakat dalam pembangunan infrastruktur sering kurang beradab. “Masyarakat mendukung saja sudah bagus. Karena itu, konsekuensinya kebutuhan dasarnya seperti rumahnya yang harusnya dipindah, kita buatin rumah yang baru. Selama ini kan nggak, orang digusur kayak binatang saja. Kan nggak baik begitu,” tegas Koster. *k19
Komentar