BBMKG Imbau Waspada Gelombang Tinggi Saat Arus Balik
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menghimbau kepada masyarakat akan adanya hujan deras, gelombang tinggi dan angin kencang dalam beberapa hari kedepan.
MANGUPURA, NusaBali
Hal ini disebabkan oleh fase basah dari aktivitas gelombang atmosfer Madden Jullian Oscillation (MJO) yang disertai dengan perlambatan angin, pembentukan pusaran dan belokan angin di beberapa wilayah Indonesia termasuk Bali.
Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar, Iman Faturahman menerangkan dari hasil analisa dan pantauan oleh pihaknya, bahwa beberapa hari kedepan tepatnya pada periode arus balik mudik lebaran 2019 akan adanya potensi cuaca buruk. Sehingga sepatutnya masyarakat maupun para pelaku yang bergerak dibidang pelayaran atau wisata bahari untuk mewaspadai berbagai potensi tersebut. “Dari prakiraan kita memang cuaca buruk itu akan terjadi pada 6 Juni sampai 10 Juni. Hal ini juga bersamaan dengan arus balik lebaran 2019. Sehingga, sangat penting untuk semua pihak ketahui dalam mengambil langkah antisipasi di lapangan untuk mengurangi resiko yang terjadi,” terangnya, Jumat (7/6) siang.
Lebih jauh dijelaskannya, bahwa cuaca buruk tersebut disebabkan oleh fenomena Maden Jullian Oscillation yang akan melintasi sebagain besar wilayah Indonesia. Dari pantauan kondisi atmosfer terkini, terdapat indikasi fase basah dari aktivitas gelombang atmosfer MJO yang dapat disertai dengan perlambatan angin, pembentukan pusaran dan belokan angin di beberapa titik yang dapat berdampak pada peningkatan kondisi cuaca signifikan di beberapa wilayah di Indonesia. “Kalau untuk hujan lebat, Bali memang tidak terdampak karena fase basah tadi sedikit menjauh. Tapi, indikasi lainnya seperti angin kencang dan gelombang tinggi itu ada,” jelasnya.
Disisi lain, untuk gelombang tinggi dari fenomena MJO ini, terjadi di sejumlah perairan seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT dan wilayah lainnya. Nah, untuk perkiraan gelombang, khusus di Selat Bali bagian Selatan itu terjadi antara kisaran 2,5 hingga 4,0 meter. Sehingga, Iman mengimbau masyarakat agar waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem tersebut seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, serta potensi gangguan transportasi laut akibat angin kencang dan gelombang tinggi. “Ini yang memang kita harus waspadai, terutama angkutan laut yang mengangakut pemudik saat arus balik lebaran 2019 ini,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga berharap para nelayan dan para pelaku wisata bahari untuk terus memantau dan mentaati setiap imbauan dan juga larangan yang dikeluarkan oleh pihaknya, sehingga resiko kecelakaan bisa diantisipasi. “Tentunya kita berharap masyarakat yang bergerak di sana (nelayan dan pelaku wisata bahari) agar mewaspadai gelombang tinggi. Cuaca ini kita perkirakan akan berlalu dengan cepat, karena fenomena MJO ini sifatnya melintas saja,” ujarnya seraya berharap koordinasi dengan semua pihak ditingkatkan.*dar
Hal ini disebabkan oleh fase basah dari aktivitas gelombang atmosfer Madden Jullian Oscillation (MJO) yang disertai dengan perlambatan angin, pembentukan pusaran dan belokan angin di beberapa wilayah Indonesia termasuk Bali.
Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar, Iman Faturahman menerangkan dari hasil analisa dan pantauan oleh pihaknya, bahwa beberapa hari kedepan tepatnya pada periode arus balik mudik lebaran 2019 akan adanya potensi cuaca buruk. Sehingga sepatutnya masyarakat maupun para pelaku yang bergerak dibidang pelayaran atau wisata bahari untuk mewaspadai berbagai potensi tersebut. “Dari prakiraan kita memang cuaca buruk itu akan terjadi pada 6 Juni sampai 10 Juni. Hal ini juga bersamaan dengan arus balik lebaran 2019. Sehingga, sangat penting untuk semua pihak ketahui dalam mengambil langkah antisipasi di lapangan untuk mengurangi resiko yang terjadi,” terangnya, Jumat (7/6) siang.
Lebih jauh dijelaskannya, bahwa cuaca buruk tersebut disebabkan oleh fenomena Maden Jullian Oscillation yang akan melintasi sebagain besar wilayah Indonesia. Dari pantauan kondisi atmosfer terkini, terdapat indikasi fase basah dari aktivitas gelombang atmosfer MJO yang dapat disertai dengan perlambatan angin, pembentukan pusaran dan belokan angin di beberapa titik yang dapat berdampak pada peningkatan kondisi cuaca signifikan di beberapa wilayah di Indonesia. “Kalau untuk hujan lebat, Bali memang tidak terdampak karena fase basah tadi sedikit menjauh. Tapi, indikasi lainnya seperti angin kencang dan gelombang tinggi itu ada,” jelasnya.
Disisi lain, untuk gelombang tinggi dari fenomena MJO ini, terjadi di sejumlah perairan seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT dan wilayah lainnya. Nah, untuk perkiraan gelombang, khusus di Selat Bali bagian Selatan itu terjadi antara kisaran 2,5 hingga 4,0 meter. Sehingga, Iman mengimbau masyarakat agar waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem tersebut seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, serta potensi gangguan transportasi laut akibat angin kencang dan gelombang tinggi. “Ini yang memang kita harus waspadai, terutama angkutan laut yang mengangakut pemudik saat arus balik lebaran 2019 ini,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga berharap para nelayan dan para pelaku wisata bahari untuk terus memantau dan mentaati setiap imbauan dan juga larangan yang dikeluarkan oleh pihaknya, sehingga resiko kecelakaan bisa diantisipasi. “Tentunya kita berharap masyarakat yang bergerak di sana (nelayan dan pelaku wisata bahari) agar mewaspadai gelombang tinggi. Cuaca ini kita perkirakan akan berlalu dengan cepat, karena fenomena MJO ini sifatnya melintas saja,” ujarnya seraya berharap koordinasi dengan semua pihak ditingkatkan.*dar
Komentar