Dua Tahun 'Menghilang', Pulang Bawa Ilmu Hidroponik
Bukan hanya berhasil ‘menenangkan diri’ pasca kalah Pileg, tapi dipelajarinya ilmu hidropnik yang di kemudian hari disumbangkan bagi masyarakat.
SINGARAJA, NusaBali
NAMA Ni Luh Tiwik Ismarheningrum, sudah tidak asing lagi di kancah perpolitikan Buleleng. Kurun waktu 2004-2014, Ni Luh Tiwik Ismarheningrum dikenal sebagai sosok perempuan tangguh. Ni Luh Tiwik Ismarheningrum yang akrap disapa Tiwik, menjadi perempuan pertama yang memimpin Partai Golkar Buleleng, di tengah gonjang-ganjing kepengurusan Partai Golkar Pusat.
Tiwik menduduki posisi Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Buleleng, periode 2004-2009. Tiwik juga tercatat sebagai perempuan pertama yang menduduki kursi Wakil Ketua DPRD Buleleng, periode 2009-2014. Namun setelah periode 2009-2014, nama Tiwik lantas ‘menghilang’ bak ditelan bumi. Nama Tiwik yang kerap muncul di sejumlah media cetak maupun online sebagai narasumber berita, tidak pernah lagi muncul. Ternyata, istri dari Dirut BPR Indra Chandra Singaraja, Ketut Wiratjana ini memilih ‘mengasingkan’ diri ke Jogjakarta. “Saya memang sempat terpuruk saat mengetahui saya tidak lolos lagi ke DPRD Buleleng pada Pemilu 2014 lalu. Bersyukur waktu itu anak ketiga saya melahirkan anak pertamanya di Jogyakarta. Jadi saya ke Jogjakarta ikut mengasuh cucu,” ujar Tiwik yang ditemui belum lama ini.
Tiwik memiliki tiga putri masing-masing Putu Astri Merina, tinggal di Bintaro Jakarta bersama suami, kemudian Desy Erina tinggal di Buleleng bersama suami, dan Desy Erika, tinggal di Jogjakarta bersama suaminya.
Nah, putri ketiganya Desy Erika melahirkan anak pertamanya di tahun 2014 yang menjadi cucu dari Tiwik. Bertepatan dengan kelahiran cucunya itu, Tiwik sedang dalam kondisi terpuruk karena tidak lolos ke gedung DPRD Buleleng untuk periode 2014-2019. Sehingga Tiwik memilih menghibur diri bersama cucunya di Jogjakarta.
Selama di Jogjakarta, Tiwik berusaha menghapus hasil Pemilu 2014. Selama ikut mengasuh cucu, Tiwik justru menemukan pengalaman baru yang sesuai dengan bidang keilmuannya sebagai Sarjana Pertanian. Di Jogja, Tiwik belajar banyak tentang tanaman hidroponik yang sedang naik daun. Tanaman hidroponik ini adalah tanaman tanpa media tanah. Hampir setahun Tiwik menggeluti tanaman hidroponik.
Tiwik pun paham kelebihan dari tanaman itu, sehingga ia berfikir sangat cocok dikembangkan di Buleleng. “Banyak kelebihan dari tanaman Hidroponik, sehingga cocok dikembangkan karena ada peluang penyediaan sayuran sehat karena bebas pestisida, pemanfaatan lahan sempit, pemanfaatan barang bekas, bisa meningkatkan pendapatan rumah tangga dengan berjualan sayur hidroponik,” jelas Tiwik yang kini kembali aktif sebagai Wakil Ketua PHRI Buleleng.
Karena alasan itu, Tiwik memilih pulang ke Buleleng di tahun 2015. Begitu kembali ke Buleleng, Tiwik langsung membentuk Kelompok Hidroponik Buleleng (KHB) bersama Putu Budiasa yang kini menjabat sebagai Perbekel Dencarik, Kecamatan Banjar. “Kami sudah memiliki kebun percontohan di Angkirangan Moringa, Dencarik Farm,” ungkap pengelola Angsoka Hotel, milik orangtuanya ini.
Bersama kelompoknya KHB, Tiwik terus berupaya menyebar virus hidroponik dengan melakukan pelatihan-pelatihan ke sejumlah desa dan lembaga. Terakhir, pelatihan hidroponik menyasar anak-anak SMAN 1 Singaraja (Smansa). Tiwik pun dipercaya menjadi pembimbing dalam pengembangan tanaman hidroponik di Smansa. “Kebunnya bisa dilihat di belakang bangunan,” ujarnya.
Tiwik yang juga alumnus Smansa tahun 1985, dipercaya menjadi Ketua Koperasi Delima yang didirikan oleh Alumnus SMANSA angkatan 1985. Koperasi ini tidak hanya simpan pinjam, melainkan sudah merambah ke sektor riil seperti perdagangan dan transportasi. “Alasan saya mau jadi Ketua Koperasi, karena saya ingin membantu masyarakat membuka lapangan kerja,” katanya.
Banyak kegiatan yang digeluti Tiwik sepulang dari Jogja. Tiwik juga ikut mendirikan Koperasi Produsen Tri Hita Karana bersama Gusti Bagus Sumertana. Koperasi ini bergerak di pengembangan tanaman kelor. Tiwik juga fasih menyebut manfaat tanaman Kelor. “Kelor lagi diminati karena berbagai manfaat, sehingga tanaman ini sering disebut miracle trees, peluang pasar terbuka lebar bisa ekspor,” kata Tiwik.
Bersama Koperasi Tri Hita Karana, Tiwik juga menyebarkan informasi manfaat tanaman kelor, sekaligus mengajak membudidayakan tanam kelor. Karena, melalui Koperasi Tri Hita Karana, sudah ada investor yang siap mengembangkan tanaman kelor di atas lahan 5.000 hektare. Saat ini yang sudah siap baru 3.000 hektare.
Tiwik pun bertekad, bersama koperasi yang dibentuk terus berusaha mengembangkan tanaman hidroponik dan kelor mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. *Sud
Tiwik menduduki posisi Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Buleleng, periode 2004-2009. Tiwik juga tercatat sebagai perempuan pertama yang menduduki kursi Wakil Ketua DPRD Buleleng, periode 2009-2014. Namun setelah periode 2009-2014, nama Tiwik lantas ‘menghilang’ bak ditelan bumi. Nama Tiwik yang kerap muncul di sejumlah media cetak maupun online sebagai narasumber berita, tidak pernah lagi muncul. Ternyata, istri dari Dirut BPR Indra Chandra Singaraja, Ketut Wiratjana ini memilih ‘mengasingkan’ diri ke Jogjakarta. “Saya memang sempat terpuruk saat mengetahui saya tidak lolos lagi ke DPRD Buleleng pada Pemilu 2014 lalu. Bersyukur waktu itu anak ketiga saya melahirkan anak pertamanya di Jogyakarta. Jadi saya ke Jogjakarta ikut mengasuh cucu,” ujar Tiwik yang ditemui belum lama ini.
Tiwik memiliki tiga putri masing-masing Putu Astri Merina, tinggal di Bintaro Jakarta bersama suami, kemudian Desy Erina tinggal di Buleleng bersama suami, dan Desy Erika, tinggal di Jogjakarta bersama suaminya.
Nah, putri ketiganya Desy Erika melahirkan anak pertamanya di tahun 2014 yang menjadi cucu dari Tiwik. Bertepatan dengan kelahiran cucunya itu, Tiwik sedang dalam kondisi terpuruk karena tidak lolos ke gedung DPRD Buleleng untuk periode 2014-2019. Sehingga Tiwik memilih menghibur diri bersama cucunya di Jogjakarta.
Selama di Jogjakarta, Tiwik berusaha menghapus hasil Pemilu 2014. Selama ikut mengasuh cucu, Tiwik justru menemukan pengalaman baru yang sesuai dengan bidang keilmuannya sebagai Sarjana Pertanian. Di Jogja, Tiwik belajar banyak tentang tanaman hidroponik yang sedang naik daun. Tanaman hidroponik ini adalah tanaman tanpa media tanah. Hampir setahun Tiwik menggeluti tanaman hidroponik.
Tiwik pun paham kelebihan dari tanaman itu, sehingga ia berfikir sangat cocok dikembangkan di Buleleng. “Banyak kelebihan dari tanaman Hidroponik, sehingga cocok dikembangkan karena ada peluang penyediaan sayuran sehat karena bebas pestisida, pemanfaatan lahan sempit, pemanfaatan barang bekas, bisa meningkatkan pendapatan rumah tangga dengan berjualan sayur hidroponik,” jelas Tiwik yang kini kembali aktif sebagai Wakil Ketua PHRI Buleleng.
Karena alasan itu, Tiwik memilih pulang ke Buleleng di tahun 2015. Begitu kembali ke Buleleng, Tiwik langsung membentuk Kelompok Hidroponik Buleleng (KHB) bersama Putu Budiasa yang kini menjabat sebagai Perbekel Dencarik, Kecamatan Banjar. “Kami sudah memiliki kebun percontohan di Angkirangan Moringa, Dencarik Farm,” ungkap pengelola Angsoka Hotel, milik orangtuanya ini.
Bersama kelompoknya KHB, Tiwik terus berupaya menyebar virus hidroponik dengan melakukan pelatihan-pelatihan ke sejumlah desa dan lembaga. Terakhir, pelatihan hidroponik menyasar anak-anak SMAN 1 Singaraja (Smansa). Tiwik pun dipercaya menjadi pembimbing dalam pengembangan tanaman hidroponik di Smansa. “Kebunnya bisa dilihat di belakang bangunan,” ujarnya.
Tiwik yang juga alumnus Smansa tahun 1985, dipercaya menjadi Ketua Koperasi Delima yang didirikan oleh Alumnus SMANSA angkatan 1985. Koperasi ini tidak hanya simpan pinjam, melainkan sudah merambah ke sektor riil seperti perdagangan dan transportasi. “Alasan saya mau jadi Ketua Koperasi, karena saya ingin membantu masyarakat membuka lapangan kerja,” katanya.
Banyak kegiatan yang digeluti Tiwik sepulang dari Jogja. Tiwik juga ikut mendirikan Koperasi Produsen Tri Hita Karana bersama Gusti Bagus Sumertana. Koperasi ini bergerak di pengembangan tanaman kelor. Tiwik juga fasih menyebut manfaat tanaman Kelor. “Kelor lagi diminati karena berbagai manfaat, sehingga tanaman ini sering disebut miracle trees, peluang pasar terbuka lebar bisa ekspor,” kata Tiwik.
Bersama Koperasi Tri Hita Karana, Tiwik juga menyebarkan informasi manfaat tanaman kelor, sekaligus mengajak membudidayakan tanam kelor. Karena, melalui Koperasi Tri Hita Karana, sudah ada investor yang siap mengembangkan tanaman kelor di atas lahan 5.000 hektare. Saat ini yang sudah siap baru 3.000 hektare.
Tiwik pun bertekad, bersama koperasi yang dibentuk terus berusaha mengembangkan tanaman hidroponik dan kelor mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. *Sud
1
Komentar