Karyanya Ditemukan di Perpustakaan Belanda dan Australia
Temuan karya I Made Pasek di perpustakaan dalam dan luar negeri, membuktikan dirinya sudah menulis di rentang tahun 1913-1916.
I Made Pasek, Pelopor Penulis Sastra Bali Modern asal Buleleng (1)
SINGARAJA, NusaBali
Nama almarhum I Made Pasek, mungkin tidak banyak orang tahu. Namun saat menyebut cerita Ni Diah Tantri, pasti sebagian besar orang Bali pernah mendengar. Ya I Made Pasek adalah penulis Sastra Bali Modern (SBM) pertamakali di Bali. Ia juga yang menerjemahkan cerita Ni Diah Tantri dari bahasa Kawi menjadi bahasa Bali Kepara.
Kiprahnya di dunia SBM baru terungkap pada tahun 2000, saat Dosen Universitas Udayana, Prof Darma Putra melakukan penelitian. Hasil penelitian Prof Darma Putra itu pun kemudian mematahkan fakta penulis SBM pertamakali yang dikenal Bali saat itu adalah I Wayan Gobyah. Ternyata dengan temuan buku karya I Made Pasek di sejumlah perpustakaan di dalam negeri hingga di Australia dalam bentuk mikro-film menyatakan sastrawan asal Lingkungan Paketan, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan/Kabupaten Buleleng sudah menulis pada tahun 1913-1916. Lebih awal dari karya-karya I Wayan Gobyah yang berangka tahun 1931.
Dosen Bahasa Bali Unud, Gede Gita Purnama yang akan melanjutkan penelitian Prof Darma Putra ditemui belum lama ini di rumah almarhum I Made Pasek mengatakan, dirinya juga sudah mulai memburu keberadaan buku yang dibuat oleh I Made Pasek. Selain di Australia, buku karya I Made Pasek juga ditemukan di Gedong Krtya, Purpustakaan Nasional hingga Perpustakaan Leiden, Belanda.
Gede Gita Purnama mengaku sejauh ini baru menemukan 13 buku karya I Made Pasek yang diterbitkan antara tahun 1913-1922. Buku-buku tersebut paling banyak berbentuk cerpen, selain juga ada semacam buku panduan pegangan guru.
Dalam penelitiannya, Gita menemukan fakta baru terkait SBM yang ditulis I Made Pasek. Ia pun memiliki pemikiran, I Made Pasek dulu adalah orang Bali yang menjadi menteri guru di Bali. Menteri guru yang dimaksudkan semacam tutor atau guru kepala. “Jadi beliau sempat belajar di Bandung, Kweekschool. Sekolah pertama di Indonesia, bersama beberapa orang Bali seperti I Ranta, Ketut Nasa dan Pak Kajeng, cuman yang aktif menulis itu I Made Pasek,” kata Gita Purnama.
Sebagai seorang menteri guru ia juga menulis tata cara mengajar bahasa Bali di Sekolah, yang merupakan buku panduan guru-guru di sekolah. Buku panduan mengajar itu ditemukan Gita Purnama di perpustakaan nasional. Buku I Made Pasek ini termasuk buku koleksi langka Perpusnas, sehingga tak mudah diakses, yang menjadikan tak banyak orang tahu kiprahnya.
Buku-buku yang sudah ditemukan di sejumlah sumber oleh Gita Purnama itu merupakan percetakan di Batavia dan Semarang. Pihaknya pun mengaku akan menelusuri berapa banyak jumlah buku yang dicetak saat itu dan bagaimana asal mulanya bisa sampai di Belanda dan Australia. Namun sebaran buku I Made Pasek hingga ke penjuru dunia diakui karena perdagangan di era kolonial Belanda saat itu sangat kompleks. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Nama almarhum I Made Pasek, mungkin tidak banyak orang tahu. Namun saat menyebut cerita Ni Diah Tantri, pasti sebagian besar orang Bali pernah mendengar. Ya I Made Pasek adalah penulis Sastra Bali Modern (SBM) pertamakali di Bali. Ia juga yang menerjemahkan cerita Ni Diah Tantri dari bahasa Kawi menjadi bahasa Bali Kepara.
Kiprahnya di dunia SBM baru terungkap pada tahun 2000, saat Dosen Universitas Udayana, Prof Darma Putra melakukan penelitian. Hasil penelitian Prof Darma Putra itu pun kemudian mematahkan fakta penulis SBM pertamakali yang dikenal Bali saat itu adalah I Wayan Gobyah. Ternyata dengan temuan buku karya I Made Pasek di sejumlah perpustakaan di dalam negeri hingga di Australia dalam bentuk mikro-film menyatakan sastrawan asal Lingkungan Paketan, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan/Kabupaten Buleleng sudah menulis pada tahun 1913-1916. Lebih awal dari karya-karya I Wayan Gobyah yang berangka tahun 1931.
Dosen Bahasa Bali Unud, Gede Gita Purnama yang akan melanjutkan penelitian Prof Darma Putra ditemui belum lama ini di rumah almarhum I Made Pasek mengatakan, dirinya juga sudah mulai memburu keberadaan buku yang dibuat oleh I Made Pasek. Selain di Australia, buku karya I Made Pasek juga ditemukan di Gedong Krtya, Purpustakaan Nasional hingga Perpustakaan Leiden, Belanda.
Gede Gita Purnama mengaku sejauh ini baru menemukan 13 buku karya I Made Pasek yang diterbitkan antara tahun 1913-1922. Buku-buku tersebut paling banyak berbentuk cerpen, selain juga ada semacam buku panduan pegangan guru.
Dalam penelitiannya, Gita menemukan fakta baru terkait SBM yang ditulis I Made Pasek. Ia pun memiliki pemikiran, I Made Pasek dulu adalah orang Bali yang menjadi menteri guru di Bali. Menteri guru yang dimaksudkan semacam tutor atau guru kepala. “Jadi beliau sempat belajar di Bandung, Kweekschool. Sekolah pertama di Indonesia, bersama beberapa orang Bali seperti I Ranta, Ketut Nasa dan Pak Kajeng, cuman yang aktif menulis itu I Made Pasek,” kata Gita Purnama.
Sebagai seorang menteri guru ia juga menulis tata cara mengajar bahasa Bali di Sekolah, yang merupakan buku panduan guru-guru di sekolah. Buku panduan mengajar itu ditemukan Gita Purnama di perpustakaan nasional. Buku I Made Pasek ini termasuk buku koleksi langka Perpusnas, sehingga tak mudah diakses, yang menjadikan tak banyak orang tahu kiprahnya.
Buku-buku yang sudah ditemukan di sejumlah sumber oleh Gita Purnama itu merupakan percetakan di Batavia dan Semarang. Pihaknya pun mengaku akan menelusuri berapa banyak jumlah buku yang dicetak saat itu dan bagaimana asal mulanya bisa sampai di Belanda dan Australia. Namun sebaran buku I Made Pasek hingga ke penjuru dunia diakui karena perdagangan di era kolonial Belanda saat itu sangat kompleks. *k23
Komentar