Pie Susu, Baju Barong Favorit, Handicraft Sepi
Wisatawan Nusantara Libur Lebaran di Bali
DENPASAR, NusaBali
Pie Susu dan baru barong menjadi oleh-oleh paling dicari wisatawan domestik (Nusantara) yang membanjiri Bali dalam suasana libur Lebaran tahun ini. Selain merupakan produk khas, harga kedua produk tersebut relatif terjangkau. Sebaliknya souvenir, berupa handicraft (kerajinan) relatif sepi pembeli.
Hal tersebut disampaikan kalangan pengelola toko/pusat oleh-oleh khas Bali di Denpasar dan sekitarnya. “Itu saja, pie susu, baju barong. Kalau kerajinan agak jarang (jarang dicari),” ujar I Nengah Sukadana, bagian pemasaran pusat oleh-oleh Dewata Bali di Bypass I Gusti Ngurah Rai, kawasan Tohpati, Kesiman, Denpasar. “Jenis camilan kacang-kacangan juga laku,” lanjutnya.
Hal yang sama di pusat oleh-oleh lainnya. “Produk unggulan kami di sini pertama adalah pie susu, dengan edukasinya, bagaimana cara membuat produk dari bahan sampai proses pembuatan,” ujar Putu Agus Adiputra Wijaya, salah seorang bagian pemasaran pusat oleh-oleh Cening Ayu di kawasan Jalan Raya Celuk-Batubulan, Sukawati, Gianyar.
Selain produk pie susu, produk yang disediakan beragam. Di antaranya produk kopi, fesyen dan dan handicraft. “Yang paling banyak dicari pie susu,” ujar Agus Adiputra.
Dikatakan Agus Adiputra, dalam sehari lebih dari 100 boks pie susu yang terjual atau dibeli pengunjung yang notabene sebagian besar wisatawan, terutama wisatawan domestik.
Peningkatan pengunjung pada liburan kali ini, menurut Agus Adiputra berkisar 50 persen. Sedang dalam kondisi normal atau hari biasa, rata-rata pengunjung/wisatawan 5 bus.”Cuma di hari high season bisa sampai 20 bus, malah sempat 25 bus,”ungkapnya.
Meski belanja souvenir mengalami peningkatan, pada musim liburan kali ini, namun peningkatan tersebut dirasakan masih di bawah keramaian tahun lalu. “Terasa sekali bedanya. Mungkin penurunan sampai 30 persen dibanding tahun lalu,” ujar Nengah Sukadana. Kondisi seperti ini ditengarai karena masih suasana sekolah. “Di Jawa kan belum dapat raportan juga,” ujar Sukadana.
Yang jelas, suasana keramaian kunjungan kata Sukadana juga terjadi di tempat lain seperti di Tanah Lot, Tabanan. Pihaknya tahu hal tersebut, karena kontak langsung dengan sejumlah pihak pariwisata dan Tanah Lot. “Saya kan orang lapangan, jadi dapat info di sana (Tanah Lot), juga tidak terlalu ramai,” ujarnya. *k17
Hal tersebut disampaikan kalangan pengelola toko/pusat oleh-oleh khas Bali di Denpasar dan sekitarnya. “Itu saja, pie susu, baju barong. Kalau kerajinan agak jarang (jarang dicari),” ujar I Nengah Sukadana, bagian pemasaran pusat oleh-oleh Dewata Bali di Bypass I Gusti Ngurah Rai, kawasan Tohpati, Kesiman, Denpasar. “Jenis camilan kacang-kacangan juga laku,” lanjutnya.
Hal yang sama di pusat oleh-oleh lainnya. “Produk unggulan kami di sini pertama adalah pie susu, dengan edukasinya, bagaimana cara membuat produk dari bahan sampai proses pembuatan,” ujar Putu Agus Adiputra Wijaya, salah seorang bagian pemasaran pusat oleh-oleh Cening Ayu di kawasan Jalan Raya Celuk-Batubulan, Sukawati, Gianyar.
Selain produk pie susu, produk yang disediakan beragam. Di antaranya produk kopi, fesyen dan dan handicraft. “Yang paling banyak dicari pie susu,” ujar Agus Adiputra.
Dikatakan Agus Adiputra, dalam sehari lebih dari 100 boks pie susu yang terjual atau dibeli pengunjung yang notabene sebagian besar wisatawan, terutama wisatawan domestik.
Peningkatan pengunjung pada liburan kali ini, menurut Agus Adiputra berkisar 50 persen. Sedang dalam kondisi normal atau hari biasa, rata-rata pengunjung/wisatawan 5 bus.”Cuma di hari high season bisa sampai 20 bus, malah sempat 25 bus,”ungkapnya.
Meski belanja souvenir mengalami peningkatan, pada musim liburan kali ini, namun peningkatan tersebut dirasakan masih di bawah keramaian tahun lalu. “Terasa sekali bedanya. Mungkin penurunan sampai 30 persen dibanding tahun lalu,” ujar Nengah Sukadana. Kondisi seperti ini ditengarai karena masih suasana sekolah. “Di Jawa kan belum dapat raportan juga,” ujar Sukadana.
Yang jelas, suasana keramaian kunjungan kata Sukadana juga terjadi di tempat lain seperti di Tanah Lot, Tabanan. Pihaknya tahu hal tersebut, karena kontak langsung dengan sejumlah pihak pariwisata dan Tanah Lot. “Saya kan orang lapangan, jadi dapat info di sana (Tanah Lot), juga tidak terlalu ramai,” ujarnya. *k17
Komentar