Satu Keluarga Keracunan Makanan, 1 Tewas
Satu keluarga di Mojokerto keracunan makanan usai rekreasi libur lebaran di Telaga Sarangan, Magetan.
MOJOKERTO, NusaBali
Dari 5 orang yang keracunan, satu di antaranya tewas dalam perjalanan ke rumah sakit. Kelima korban keracunan ini adalah pasangan suami istri Wagimin (66) dan Tiah (58), anak serta menantu Wagimin, Nova Anggraeni (36) dan Heri Estianto (53). Keempat korban asal Jalan Watudakon, Kelurahan Pulorejo, Kecamatan Prajurit Kulon, Mojokerto. Satu korban lainnya Juma'atin (64), saudara Wagimin asal Gedangan, Kutorejo, Kabupaten Mojokerto.
Salah seorang korban Nova Anggraeni mengatakan, sebelum mengalami gejala keracunan, dia mengisi libur lebaran dengan rekreasi ke Telaga Sarangan di Magetan, Sabtu (8/6). Sebanyak 14 orang dalam satu keluarganya ikut ke Telaga Sarangan menggunakan 2 mobil.
Sampai di lokasi pukul 20.00 WIB, lanjut Nova, dirinya makan bersama di kawasan wisata Telaga Sarangan. Saat itu makanan yang disantap mulai dari nasi rawon, rujak, semangka, teh celup, kopi kemasan, hingga aneka kue lebaran. Aneka makanan itu dibawa dari rumah.
"Sekitar dua jam setelah makan-makan itu mereka baru terasa sakit. Pusing, mual, muntah dan diare," kata Nova di IGD RSI Sakinah, Jalan RA Basuni, Kecamatan Sooko, Mojokerto, Senin seperti dilansir detik (10/6).
Dari 14 orang yang ikut makan bersama di Telaga Sarangan, kata Nova, hanya 5 orang yang mengalami gejala keracunan. Yaitu dirinya, Wagimin, Heri, Tiah dan Juma'atin. Ayah kandung Nova, Wagimin tak sadarkan diri setelah mengalami muntaber lebih dari 10 kali. Sementara anak-anak Nova tak mengalami gejala keracunan.
Kepala IGD RSI Sakinah Dr Fitria Intan Beladina menjelaskan, kelima korban baru dibawa ke rumah sakit siang kemarin sekitar pukul 10.00 WIB. Sayangnya, Wagimin sudah tak bernyawa saat sampai di ruang IGD. Sehingga korban tak sempat mendapatkan perawatan medis.
"Satu pasien kondisi datang sudah meninggal, yang empat keluhan muntah, diare dan pusing. Yang meninggal juga keluhannya muntah dan diare lebih dari 10 kali," terangnya.
Sejak mengalami gejala keracunan pada Sabtu malam, menurut Dr Fitria, kelima korban belum sekali pun mendapatkan penanganan medis. Mereka hanya minum obat yang dibeli dari warung. Para korban baru dibawa ke RSI Sakinah setelah mengetahui kondisi Wagimin memburuk.
Saat ini tinggal Nova, Heri dan Juma'atin yang menjalani perawatan di RSI Sakinah. Menurut Dr Fitira, Tiah memaksa pulang untuk mengurus pemakaman suaminya. Ketiga korban kini sedang diobservasi sembari mendapatkan obat anti muntah dan diare agar tak mengalami dehidrasi.
Dinas Kesehatan Mojokerto melakukan penyidikan epidemologi kasus keracunan yang dialami satu keluarga. Petugas menduga penyebab keracunan adalah sambal petis yang sudah basi.
"Kemungkinan basinya di sambal petis. Mereka membawa sambal petis untuk dimakan dengan tahu. Sambal itu dibuat Rabu (5/6)," ungkapnya.
Sayangnya untuk memastikan makanan yang mengandung zat berbahaya penyebab keracunan, terkendala sudah tidak adanya sisa makanan. Sehingga Dinas Kesehatan tidak mendapatkan sampel untuk diteliti di laboratorium. *
Salah seorang korban Nova Anggraeni mengatakan, sebelum mengalami gejala keracunan, dia mengisi libur lebaran dengan rekreasi ke Telaga Sarangan di Magetan, Sabtu (8/6). Sebanyak 14 orang dalam satu keluarganya ikut ke Telaga Sarangan menggunakan 2 mobil.
Sampai di lokasi pukul 20.00 WIB, lanjut Nova, dirinya makan bersama di kawasan wisata Telaga Sarangan. Saat itu makanan yang disantap mulai dari nasi rawon, rujak, semangka, teh celup, kopi kemasan, hingga aneka kue lebaran. Aneka makanan itu dibawa dari rumah.
"Sekitar dua jam setelah makan-makan itu mereka baru terasa sakit. Pusing, mual, muntah dan diare," kata Nova di IGD RSI Sakinah, Jalan RA Basuni, Kecamatan Sooko, Mojokerto, Senin seperti dilansir detik (10/6).
Dari 14 orang yang ikut makan bersama di Telaga Sarangan, kata Nova, hanya 5 orang yang mengalami gejala keracunan. Yaitu dirinya, Wagimin, Heri, Tiah dan Juma'atin. Ayah kandung Nova, Wagimin tak sadarkan diri setelah mengalami muntaber lebih dari 10 kali. Sementara anak-anak Nova tak mengalami gejala keracunan.
Kepala IGD RSI Sakinah Dr Fitria Intan Beladina menjelaskan, kelima korban baru dibawa ke rumah sakit siang kemarin sekitar pukul 10.00 WIB. Sayangnya, Wagimin sudah tak bernyawa saat sampai di ruang IGD. Sehingga korban tak sempat mendapatkan perawatan medis.
"Satu pasien kondisi datang sudah meninggal, yang empat keluhan muntah, diare dan pusing. Yang meninggal juga keluhannya muntah dan diare lebih dari 10 kali," terangnya.
Sejak mengalami gejala keracunan pada Sabtu malam, menurut Dr Fitria, kelima korban belum sekali pun mendapatkan penanganan medis. Mereka hanya minum obat yang dibeli dari warung. Para korban baru dibawa ke RSI Sakinah setelah mengetahui kondisi Wagimin memburuk.
Saat ini tinggal Nova, Heri dan Juma'atin yang menjalani perawatan di RSI Sakinah. Menurut Dr Fitira, Tiah memaksa pulang untuk mengurus pemakaman suaminya. Ketiga korban kini sedang diobservasi sembari mendapatkan obat anti muntah dan diare agar tak mengalami dehidrasi.
Dinas Kesehatan Mojokerto melakukan penyidikan epidemologi kasus keracunan yang dialami satu keluarga. Petugas menduga penyebab keracunan adalah sambal petis yang sudah basi.
"Kemungkinan basinya di sambal petis. Mereka membawa sambal petis untuk dimakan dengan tahu. Sambal itu dibuat Rabu (5/6)," ungkapnya.
Sayangnya untuk memastikan makanan yang mengandung zat berbahaya penyebab keracunan, terkendala sudah tidak adanya sisa makanan. Sehingga Dinas Kesehatan tidak mendapatkan sampel untuk diteliti di laboratorium. *
1
Komentar