Senior Golkar Dituding Berperilaku 'Kompor'
Kader Senior Diminta Contoh Akbar Tanjung
DENPASAR, NusaBali
Serangan bertubi-tubi kepada Plt Ketua DPD I Golkar Bali Gede Sumarjaya Linggih (Demer) yang memberangus 6 Ketua DPD II Golkar Bali diganti dengan Pelaksana Tugas (Plt) membuat gerah kubu dan loyalis Demer. Anggota Pemenangan Pemilu Wilayah Bali, DPP Partai Golkar Dewa Made Widiasa Nida menuding senior Golkar tidak hanya menghakimi Demer secara pribadi dan dalam kapasitas sebagai simbol partai di Bali. Namun senior Golkar berperilaku seperti ‘kompor’ memanas-manasi suasana di internal yang membuat gaduh.
Dewa Nida kepada NusaBali dihubungi saat pertemuan halal bihalal di Kantor Kementerian Perindustrian, Kamis (13/6) siang kemarin mengatakan, mereka yang mengaku kader senior justru memberikan pendidikan politik kepada kader yang tidak benar, karena berperilaku menghakimi dan menjadi kompor, dengan memanasi suasana. Hal tersebut bisa berdampak dengan soliditas partai yang sudah terjaga. “Senior-senior Golkar kok menghakimi, bahkan saya lihat kayak kompor saja mereka, suka memanasi suasana partai yang sudah kondusif,” ujar mantan Ketua DPD II Golkar Kabupaten Klungkung ini.
Karena, kata Dewa Nida, para Ketua DPD II Golkar Kabupaten yang di-Plt sudah menempuh jalur Mahkamah Partai. Hal tersebut lebih elegan dan membuat Golkar kondusif. “Jangan menjadi kompor, situasi sudah kondusif, karena para Ketua DPD II yang di Plt sudah menempuh jalur organisasi. Itu lebih baik ketimbang berdebat dan berkoar-koar di koran. Biarkan mekanisme berjalan dong,” sindir Dewa Nida.
Menurut Dewa Nida mereka yang mengaku-ngaku sebagai kader senior harusnya tidak komentar yang tidak masuk akal menyangkut hasil pleno DPD I Golkar Bali yang mengganti 6 Ketua DPD II Kabupaten menjadi Plt. “Sekarang ini kan sudah berproses ke Mahkamah Partai, ya biarkan proses itu berjalan. Seharusnya kader-kader senior Golkar yang selama ini sangat saya hormati mencermati, memahami kronologis persoalan, kenapa sampai ada penunjukan Pak Demer sebagai Plt Ketua DPD I Golkar Bali, dan sampai ada keputusan mem-Plt 6 Ketua DPD II Golkar Kabupaten. DPP Golkar sudah mencermati semuanya sehingga mengambil keputusan yang tepat,” ujar politisi asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung ini.
Dewa Nida mencontohkan Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Golkar Akbar Tanjung yang diwawancara NusaBali, masalah Golkar di Bali terkait dengan masalah Plt Ketua DPD II cenderung bijaksana. Akbar Tanjung mengatakan akan menelusuri dulu prosesnya, kronologisnya. “Ini baru kader senior, sesepuh panutan dan bijak. Bukan asal bunyi saja. Kader senior harusnya menjaga partai ini menjadi teduh, adem, tidak paham cerita malah komentar yang tidak faktual,” tegas mantan Wakil Ketua DPRD Klungkung ini.
Pernyataan yang sangat menyakitkan bagi Dewa Nida adalah ketika meminta Demer menanggalkan jabatan anggota DPR RI, kalau hendak menjadi Ketua DPD I Golkar Bali. “Dikira gampang merebut kursi DPR RI? Kalau seorang ketua partai tidak duduk di legislatif-eksekutif partai tidak punya bargaining lho. Partai tidak memiliki wibawa. Pak Demer itu susah payah berebut DPR RI karena ingin membesarkan Partai Golkar, astungkara Golkar bisa naik suaranya di Bali pada Pileg 17 April 2019 dibawah kepemimpinan Pak Demer dan mempertahankan 2 kursi DPR RI. Sekarang akan ada Pilkada 2020, kita harusnya fokus untuk Pilkada,” ujar Dewa Nida.
Senior- senior Golkar Bali menurut Dewa Nida akan lebih elegan dan lebih dihormati kalau bisa bersikap seperti Akbar Tanjung. Tidak ngalur ngidul sembarangan. “Para Ketua DPD II yang di Plt sudah ada yang datang ke DPD I untuk dialog, lebih bagus begitu. Kenapa para senior tidak melakukan hal yang sama. Duduk bersama, rembug dengan kepala dingin. Tidak menghakimi dan memvonis kader sendiri. Kalau begini cara kader senior, malah dipertanyakan nilai PDLT (prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidak tercela) di Partai Golkar. Masyarakat akan memberikan penilaian negatif terhadap kader senior, nama partai kena imbasnya,” tegas Dewa Nida.
Dewa Nida juga meminta kader dan Ketua DPD II Golkar Kabupaten yang menempuh jalur organisasi bisa bersikap legowo menerima keputusan organisasi. Dewa Nida menyebutkan dirinya sebagai Ketua DPD II Golkar Klungkung dicopot karena dualisme Golkar yakni Munas Ancol yang dipimpin Agung Laksono dengan Golkar hasil Munas Bali yang dipimpin Aburizal Bakrie. “Saya dicopot sebagai Ketua DPD II Golkar Klungkung tanpa proses apapun juga. Tanpa klarifikasi, tanpa ada peringatan. Tetapi saya legowo, tidak protes. Sekarang ini kader-kader Golkar saya juga redam, supaya tidak meladeni protes berlebihan,” tegas mantan Sekretaris DPD I Golkar Bali versi Munas Ancol ini.
Sebelumnya senior Golkar Ida Tjokorda Pemecutan XI yang notabene anggota dewan pertimbangan DPD I Golkar Bali dan Anak Agung Ngurah Rai Wiranata tokoh Puri Kesiman meminta Demer fokus mengurus partai. Ketika Demer menjadi Ketua DPD I Golkar Bali, Demer diminta tanggalkan kursi DPR RI. Saat itulah senior Golkar Tjok Pemecutan akan mendukung. Sementara Rai Wiranata mendukung Demer kalau mencabut SK Plt 6 Ketua DPD II Golkar Kabupaten. *nat
Dewa Nida kepada NusaBali dihubungi saat pertemuan halal bihalal di Kantor Kementerian Perindustrian, Kamis (13/6) siang kemarin mengatakan, mereka yang mengaku kader senior justru memberikan pendidikan politik kepada kader yang tidak benar, karena berperilaku menghakimi dan menjadi kompor, dengan memanasi suasana. Hal tersebut bisa berdampak dengan soliditas partai yang sudah terjaga. “Senior-senior Golkar kok menghakimi, bahkan saya lihat kayak kompor saja mereka, suka memanasi suasana partai yang sudah kondusif,” ujar mantan Ketua DPD II Golkar Kabupaten Klungkung ini.
Karena, kata Dewa Nida, para Ketua DPD II Golkar Kabupaten yang di-Plt sudah menempuh jalur Mahkamah Partai. Hal tersebut lebih elegan dan membuat Golkar kondusif. “Jangan menjadi kompor, situasi sudah kondusif, karena para Ketua DPD II yang di Plt sudah menempuh jalur organisasi. Itu lebih baik ketimbang berdebat dan berkoar-koar di koran. Biarkan mekanisme berjalan dong,” sindir Dewa Nida.
Menurut Dewa Nida mereka yang mengaku-ngaku sebagai kader senior harusnya tidak komentar yang tidak masuk akal menyangkut hasil pleno DPD I Golkar Bali yang mengganti 6 Ketua DPD II Kabupaten menjadi Plt. “Sekarang ini kan sudah berproses ke Mahkamah Partai, ya biarkan proses itu berjalan. Seharusnya kader-kader senior Golkar yang selama ini sangat saya hormati mencermati, memahami kronologis persoalan, kenapa sampai ada penunjukan Pak Demer sebagai Plt Ketua DPD I Golkar Bali, dan sampai ada keputusan mem-Plt 6 Ketua DPD II Golkar Kabupaten. DPP Golkar sudah mencermati semuanya sehingga mengambil keputusan yang tepat,” ujar politisi asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung ini.
Dewa Nida mencontohkan Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Golkar Akbar Tanjung yang diwawancara NusaBali, masalah Golkar di Bali terkait dengan masalah Plt Ketua DPD II cenderung bijaksana. Akbar Tanjung mengatakan akan menelusuri dulu prosesnya, kronologisnya. “Ini baru kader senior, sesepuh panutan dan bijak. Bukan asal bunyi saja. Kader senior harusnya menjaga partai ini menjadi teduh, adem, tidak paham cerita malah komentar yang tidak faktual,” tegas mantan Wakil Ketua DPRD Klungkung ini.
Pernyataan yang sangat menyakitkan bagi Dewa Nida adalah ketika meminta Demer menanggalkan jabatan anggota DPR RI, kalau hendak menjadi Ketua DPD I Golkar Bali. “Dikira gampang merebut kursi DPR RI? Kalau seorang ketua partai tidak duduk di legislatif-eksekutif partai tidak punya bargaining lho. Partai tidak memiliki wibawa. Pak Demer itu susah payah berebut DPR RI karena ingin membesarkan Partai Golkar, astungkara Golkar bisa naik suaranya di Bali pada Pileg 17 April 2019 dibawah kepemimpinan Pak Demer dan mempertahankan 2 kursi DPR RI. Sekarang akan ada Pilkada 2020, kita harusnya fokus untuk Pilkada,” ujar Dewa Nida.
Senior- senior Golkar Bali menurut Dewa Nida akan lebih elegan dan lebih dihormati kalau bisa bersikap seperti Akbar Tanjung. Tidak ngalur ngidul sembarangan. “Para Ketua DPD II yang di Plt sudah ada yang datang ke DPD I untuk dialog, lebih bagus begitu. Kenapa para senior tidak melakukan hal yang sama. Duduk bersama, rembug dengan kepala dingin. Tidak menghakimi dan memvonis kader sendiri. Kalau begini cara kader senior, malah dipertanyakan nilai PDLT (prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidak tercela) di Partai Golkar. Masyarakat akan memberikan penilaian negatif terhadap kader senior, nama partai kena imbasnya,” tegas Dewa Nida.
Dewa Nida juga meminta kader dan Ketua DPD II Golkar Kabupaten yang menempuh jalur organisasi bisa bersikap legowo menerima keputusan organisasi. Dewa Nida menyebutkan dirinya sebagai Ketua DPD II Golkar Klungkung dicopot karena dualisme Golkar yakni Munas Ancol yang dipimpin Agung Laksono dengan Golkar hasil Munas Bali yang dipimpin Aburizal Bakrie. “Saya dicopot sebagai Ketua DPD II Golkar Klungkung tanpa proses apapun juga. Tanpa klarifikasi, tanpa ada peringatan. Tetapi saya legowo, tidak protes. Sekarang ini kader-kader Golkar saya juga redam, supaya tidak meladeni protes berlebihan,” tegas mantan Sekretaris DPD I Golkar Bali versi Munas Ancol ini.
Sebelumnya senior Golkar Ida Tjokorda Pemecutan XI yang notabene anggota dewan pertimbangan DPD I Golkar Bali dan Anak Agung Ngurah Rai Wiranata tokoh Puri Kesiman meminta Demer fokus mengurus partai. Ketika Demer menjadi Ketua DPD I Golkar Bali, Demer diminta tanggalkan kursi DPR RI. Saat itulah senior Golkar Tjok Pemecutan akan mendukung. Sementara Rai Wiranata mendukung Demer kalau mencabut SK Plt 6 Ketua DPD II Golkar Kabupaten. *nat
1
Komentar