OJK Sebut Bank Siap Tekan Bunga Kredit
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai perbankan nasional siap menurunkan suku bunga kredit bila Bank Indonesia (BI) memangkas tingkat suku bunga acuannya (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR).
JAKARTA, NusaBali
Sebab, penurunan bunga acuan merupakan harapan banyak pihak. "Iya (akan menurunkan bunga kredit). Semua berharap dengan bunga turun kan jadi lebih kondusif untuk pengusaha," ungkap Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, seperti dilansir cnnindonesia, Kamis (13/6).
Kendati begitu, ia belum ingin mengelaborasi seperti apa dampak penurunan bunga acuan BI bila benar dilakukan terhadap kinerja sektor perbankan secara menyeluruh. Ia tampak tak ingin mendahului para petinggi bank sentral nasional.
Oleh karenanya, ia menekankan agar komunikasi transmisi perubahan bunga acuan terhadap bunga kredit biar dilakukan sepenuhnya oleh BI. "Ya nanti tanya BI, komunikasi kalau kebijakan suku bunga biarkan BI," katanya.
Berbeda dengan Wimboh, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk atau BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan penurunan bunga acuan BI tak serta merta bisa langsung diikuti perbankan. Sebab, secara bisnis, bank perlu melihat kondisi sumber likuiditas dari simpanan atau deposito.
"Kami butuh monitor pergerakan deposito dulu. Kalau justru menurun, maka tidak berani turunkan bunga (kredit)," katanya.
Jahja menilai BI belum perlu menurunkan tingkat suku bunga acuannya. Menurutnya, lebih baik bank sentral nasional menunggu kepastian penurunan bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve lebih dulu.
"Sebaiknya tunggu The Fed karena likuiditas bagus, tapi tidak berlebih," pungkasnya. Sebelumnya, Wimboh menilai sudah saatnya BI menurunkan tingkat bunga acuan. Penilaian diberikan terkait penurunan suku bunga acuan yang sudah dilakukan sejumlah bank sentral negara lain demi menjaga pertumbuhan ekonomi mereka.
Menurutnya, penurunan tingkat suku bunga acuan bisa menjadi stimulus bagi dunia usaha di tengah ketidakpastian dan penurunan pertumbuhan ekonomi global belakangan ini.
"Dunia sudah mengarah ke penurunan suku bunga. Tidak ada negara yang berpikir untuk menaikkan suku bunga, satu per satu tinggal waktunya saja," ujarnya. *
Kendati begitu, ia belum ingin mengelaborasi seperti apa dampak penurunan bunga acuan BI bila benar dilakukan terhadap kinerja sektor perbankan secara menyeluruh. Ia tampak tak ingin mendahului para petinggi bank sentral nasional.
Oleh karenanya, ia menekankan agar komunikasi transmisi perubahan bunga acuan terhadap bunga kredit biar dilakukan sepenuhnya oleh BI. "Ya nanti tanya BI, komunikasi kalau kebijakan suku bunga biarkan BI," katanya.
Berbeda dengan Wimboh, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk atau BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan penurunan bunga acuan BI tak serta merta bisa langsung diikuti perbankan. Sebab, secara bisnis, bank perlu melihat kondisi sumber likuiditas dari simpanan atau deposito.
"Kami butuh monitor pergerakan deposito dulu. Kalau justru menurun, maka tidak berani turunkan bunga (kredit)," katanya.
Jahja menilai BI belum perlu menurunkan tingkat suku bunga acuannya. Menurutnya, lebih baik bank sentral nasional menunggu kepastian penurunan bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve lebih dulu.
"Sebaiknya tunggu The Fed karena likuiditas bagus, tapi tidak berlebih," pungkasnya. Sebelumnya, Wimboh menilai sudah saatnya BI menurunkan tingkat bunga acuan. Penilaian diberikan terkait penurunan suku bunga acuan yang sudah dilakukan sejumlah bank sentral negara lain demi menjaga pertumbuhan ekonomi mereka.
Menurutnya, penurunan tingkat suku bunga acuan bisa menjadi stimulus bagi dunia usaha di tengah ketidakpastian dan penurunan pertumbuhan ekonomi global belakangan ini.
"Dunia sudah mengarah ke penurunan suku bunga. Tidak ada negara yang berpikir untuk menaikkan suku bunga, satu per satu tinggal waktunya saja," ujarnya. *
Komentar