Logistik Korban Banjir Konawe Disebar dari Udara
Lumpur Tebal Hambat Distribusi
JAKARTA, NusaBali
Pasca banjir yang terjadi di Konawe Utara beberapa waktu lalu, distribusi bantuan terus berdatangan, salah satunya datang dari Aksi Cepat Tanggap (ACT). Namun bantuan yang dikirimkan harus terhambat karena akses jalan dipenuhi lumpur tebal.
Koordinator tim Disaster Emergency Response (DER)-ACT, Kusmayadi mengatakan mobil dobel kabin yang didatangkan ACT terjebak lumpur tebal. Namun dengan peralatan seadanya warga sekitar bahu-membahu membantu mobil keluar dari lumpur.
"Medan lumpur tebal menjadi hambatan kami untuk mendistribusikan bantuan ke Walalindu," jelas Kusmayadi, dalam keterangan tertulis, seperti dilansir detik, Sabtu (15/6).
Ia menjelaskan Desa Walalindu di Kecamatan Asera adalah salah satu desa yang terisolir setelah banjir bandang menerjang Konawe Utara. Tim DER-ACT pun mengirimkan bantuan logistik untuk masyarakat terdampak banjir bandang.
Di Kecamatan Asera tak hanya Desa Walalindu yang terdampak banjir bandang. Desa Longeo Utama juga terdampak parah. Banjir yang menerjang Asera, Konawe Utara berasal dari meluapnya Sungai Lalindu. Ratusan rumah pun dikabarkan hancur terbawa arus banjir.
Sementara itu menurutnya, terisolirnya beberapa desa di Kecamatan Asera diakibatkan dari terputusnya akses utama, yaitu jembatan penghubung desa yang membentang di atas Sungai Lalindu. Jembatan ini hancur terbawa derasnya arus banjir.
"Saat ini warga dibantu relawan dan tim evakuasi gabungan membuat jembatan darurat yang baru dapat dilintasi pejalan kaki dan kendaraan roda dua," tambahnya.
Sampai saat ini tim DER-ACT terus bersiaga di Konawe Utara untuk membantu warga jika ada banjir susulan. Posko Kemanusiaan ACT juga sudah berdiri di beberapa titik, serta dapur umum yang sampai kemarin terus didirikan di berbagai desa yang terdampak parah. Pelayanan medis dari ACT juga sudah diberikan untuk masyarakat terdampak. Ia pun melaporkan saat ini kondisi mereka beberapa sudah ada yang mengeluhkan sakit.
Disebar dari Udara Mengingat sulitnya medan untuk dilalui kendaraan, bantuan logistik untuk korban banjir disalurkan lewat atas udara. Sejumlah wilayah terisolir dan membuat petugas TNI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terpaksa harus menyalurkan bantuan dengan cara dilemparkan dari atas udara.
Dandim 1417 Kendari, Letkol Fajar mengatakan pendistribusian dengan cara dilempar dari atas udara karena tidak adanya tempat pendaratan.
"Hari ini kita lakukan pendistribusian dengan cara dilempar dari udara karena di Desa Landawe, Kecanatan Oheo, ini tidak ada tempat pendaratan yang layak," terangnya, Sabtu (15/6).
Seperti diketahui tiga kabupaten di Sulawesi Tenggara terkena banjir bandang. Di tiga kabupaten tersebut terdapat ratusan Kepala Keluarga (KK) umat Hindu yang menjadi korban. Akibatnya, mereka terpaksa mengungsi ke tempat yang aman sambil menunggu bantuan, salah satunya dari Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI).
Tercatat ada 134 KK di desa Ambulanu dan 126 di desa Ambopi, kabupaten Konawe yang mengungsi. Sedangkan di kabupaten Kolaka Timur dan Konawe Selatan, mereka belum mendapatkan data. *
Koordinator tim Disaster Emergency Response (DER)-ACT, Kusmayadi mengatakan mobil dobel kabin yang didatangkan ACT terjebak lumpur tebal. Namun dengan peralatan seadanya warga sekitar bahu-membahu membantu mobil keluar dari lumpur.
"Medan lumpur tebal menjadi hambatan kami untuk mendistribusikan bantuan ke Walalindu," jelas Kusmayadi, dalam keterangan tertulis, seperti dilansir detik, Sabtu (15/6).
Ia menjelaskan Desa Walalindu di Kecamatan Asera adalah salah satu desa yang terisolir setelah banjir bandang menerjang Konawe Utara. Tim DER-ACT pun mengirimkan bantuan logistik untuk masyarakat terdampak banjir bandang.
Di Kecamatan Asera tak hanya Desa Walalindu yang terdampak banjir bandang. Desa Longeo Utama juga terdampak parah. Banjir yang menerjang Asera, Konawe Utara berasal dari meluapnya Sungai Lalindu. Ratusan rumah pun dikabarkan hancur terbawa arus banjir.
Sementara itu menurutnya, terisolirnya beberapa desa di Kecamatan Asera diakibatkan dari terputusnya akses utama, yaitu jembatan penghubung desa yang membentang di atas Sungai Lalindu. Jembatan ini hancur terbawa derasnya arus banjir.
"Saat ini warga dibantu relawan dan tim evakuasi gabungan membuat jembatan darurat yang baru dapat dilintasi pejalan kaki dan kendaraan roda dua," tambahnya.
Sampai saat ini tim DER-ACT terus bersiaga di Konawe Utara untuk membantu warga jika ada banjir susulan. Posko Kemanusiaan ACT juga sudah berdiri di beberapa titik, serta dapur umum yang sampai kemarin terus didirikan di berbagai desa yang terdampak parah. Pelayanan medis dari ACT juga sudah diberikan untuk masyarakat terdampak. Ia pun melaporkan saat ini kondisi mereka beberapa sudah ada yang mengeluhkan sakit.
Disebar dari Udara Mengingat sulitnya medan untuk dilalui kendaraan, bantuan logistik untuk korban banjir disalurkan lewat atas udara. Sejumlah wilayah terisolir dan membuat petugas TNI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terpaksa harus menyalurkan bantuan dengan cara dilemparkan dari atas udara.
Dandim 1417 Kendari, Letkol Fajar mengatakan pendistribusian dengan cara dilempar dari atas udara karena tidak adanya tempat pendaratan.
"Hari ini kita lakukan pendistribusian dengan cara dilempar dari udara karena di Desa Landawe, Kecanatan Oheo, ini tidak ada tempat pendaratan yang layak," terangnya, Sabtu (15/6).
Seperti diketahui tiga kabupaten di Sulawesi Tenggara terkena banjir bandang. Di tiga kabupaten tersebut terdapat ratusan Kepala Keluarga (KK) umat Hindu yang menjadi korban. Akibatnya, mereka terpaksa mengungsi ke tempat yang aman sambil menunggu bantuan, salah satunya dari Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI).
Tercatat ada 134 KK di desa Ambulanu dan 126 di desa Ambopi, kabupaten Konawe yang mengungsi. Sedangkan di kabupaten Kolaka Timur dan Konawe Selatan, mereka belum mendapatkan data. *
Komentar