PBB Koservasi Lontar Usia 114 Tahun
Penyuluh Bahasa Bali (PBB) di Kabupaten Klungkung melakukan konservasi lontar di rumah I Wayan Suardiasa, di Banjar Sangging, Desa Kamasan, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, Jumat (14/6).
SEMARAPURA, NusaBali
Lontar yang disimpan pada Gedong Suci itu salah satunya berjudul Agastya Parwa Samapta berbahasa Kawi Kuno, dengan penanggalan naskah Anggara Kliwon, Julungwangi 1825 Caka atau 1905 atau sudah berumur 114 tahun.
Penyuluh Bahasa Bali asal Banjar Sangging Desa Kamasan, I Made Kurniawan mengatakan, jumlah lontar di rumah I Wayan Sudiarsa sebanyak 36 cakep lontar. Namun hanya 18 cakep lontar yang bisa diidentifikasi (50 persen) karena ada beberapa halaman yang hilang maupun dimakan rayap. “Untuk konservasi lontar ini diikuti sebanyak 28 orang penyuluh,” ujar Kurniawan, kepada NusaBali, Minggu (16/6).
Adapun 18 cakep tersebut, ditemukan berumur 114 tahun berjudul Agastya Parwa Samapta dengan berbahasa Kawi Kuno. Sedangkan 17 cakep lontar lainnya, masing-masing tentang Wariga, Kakawin Sutasoma, Nita Sastra dan Dharma Sunia, Gatot Kaca Sharaya, Geguritan Cecantungan, Usada, Wariga Ala Ayuning Padewasan, Tenung Saptawara Jati, Bhisma Parwa, Ajuna Wiwaha dan lainnya. “Lontar itu disimpan di Gedong Suci,” ujarnya. Dalam kesempatan itu juga hadir dari pihak Dinass Kebudayaan Provinsi Bali, untuk memberikan minyak sereh, alkohol dan alat-alat konservasi seperti kuas, tisu serta benang. “Disbud juga membantu sedikit proses konservasi,” katanya.
Sebelumnya PBB Klungkung mengkonservasi 70 cakep lontar di rumah Kadek Widiarta, 34, Banjar Kangin, Desa Satra, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, Senin (22/4). Lontar itu merupakan jenis Usada Rare yakni khusus untuk mengobati ganguan niskala pada anak-anak.*wan
Penyuluh Bahasa Bali asal Banjar Sangging Desa Kamasan, I Made Kurniawan mengatakan, jumlah lontar di rumah I Wayan Sudiarsa sebanyak 36 cakep lontar. Namun hanya 18 cakep lontar yang bisa diidentifikasi (50 persen) karena ada beberapa halaman yang hilang maupun dimakan rayap. “Untuk konservasi lontar ini diikuti sebanyak 28 orang penyuluh,” ujar Kurniawan, kepada NusaBali, Minggu (16/6).
Adapun 18 cakep tersebut, ditemukan berumur 114 tahun berjudul Agastya Parwa Samapta dengan berbahasa Kawi Kuno. Sedangkan 17 cakep lontar lainnya, masing-masing tentang Wariga, Kakawin Sutasoma, Nita Sastra dan Dharma Sunia, Gatot Kaca Sharaya, Geguritan Cecantungan, Usada, Wariga Ala Ayuning Padewasan, Tenung Saptawara Jati, Bhisma Parwa, Ajuna Wiwaha dan lainnya. “Lontar itu disimpan di Gedong Suci,” ujarnya. Dalam kesempatan itu juga hadir dari pihak Dinass Kebudayaan Provinsi Bali, untuk memberikan minyak sereh, alkohol dan alat-alat konservasi seperti kuas, tisu serta benang. “Disbud juga membantu sedikit proses konservasi,” katanya.
Sebelumnya PBB Klungkung mengkonservasi 70 cakep lontar di rumah Kadek Widiarta, 34, Banjar Kangin, Desa Satra, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, Senin (22/4). Lontar itu merupakan jenis Usada Rare yakni khusus untuk mengobati ganguan niskala pada anak-anak.*wan
Komentar