Hobi Senam Kepala KSOP Padangbai Terbengkalai
Kepala Kesyahbandaraan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IV Padangbai, Ni Luh Putu Eka Suyasmin SE MM, hobi senam.
AMLAPURA, NusaBali
Namun hobi senamnya tidak berlanjut sejak menjabat Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Buleleng pada tahun 2017. Dia mengalami kesusahan mengatur waktu untuk olahraga selama Operasi Ketupat Agung dan Operasi Lilin karena memprioritaskan tugas.
Eka Suyasmin menyadari tugas-tugas menjadi prioritas sehingga sering pulang sore bahkan malam hari. “Hobi olahraga senam buat sementara saya tinggalkan. Padahal olahraga senam membuat badan jadi sehat dan bugar. Bertugas di kantor perlu fisik yang sehat,” jelas Eka Suyasmin, Minggu (16/6). Ibu tiga anak ini mengatakan, sebelum menjabat sebagai Kepala Kantor UPP Kelas III Buleleng dan Kepala KSOP Padangbai, hobi senam masih bisa dijalani secara teratur di salah satu studio senam.
Dijelaskan, kesibukan sebagai Kepala KSOP yang membuat hobinya terbengkalai, salah satu penyebabnya saat kondisi alam Selat Lombok yang tidak menentu. Misalnya di saat arus balik lebaran di Pelabuhan Padangbai, tiba-tiba terjadi ombak pantai cukup lama menyebabkan kedua dermaga tidak bisa dioperasikan secara optimal. Berupaya agar kapal-kapal yang datang dari Pelabuhan Lembar bisa melakukan bongkaran walau dengan hati-hati. Sebab jika terjadi ombak pantai, ramdor kapal yang menyandar di dermaga sering berbenturan. Sesekali ramdor kapal terangkat karena terdorong ombak pantai selanjutnya membentur dermaga. Hal itu yang menyebabkan dermaga cepat rusak.
Itulah sebabnya penumpang yang turun dari kapal mesti hati-hati terutama penumpang pesepeda motor, kendaraan roda empat atau lebih. Sehingga di saat penumpang turun dari kapal mesti diawasi ketat. Begitu ada kesempatan untuk turun dari kapal, pengendara mesti cepat-cepat melintas dari ramdor kapal menuju dermaga.
Terjadinya ombak pantai menyebabkan dirinya lebih lama kerja di kantor sambil melakukan pemantauan dan memberikan arahan kepada stafnya di lapangan. Padahal cuaca di tengah Selat Lombok biasanya landai. “Terjadinya gangguan cuaca di laut sehingga sering pulang malam. Sebab mesti menunggui situasi hingga bongkar muat di dermaga kembali normal,” katanya.
Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa Denpasar 1994 mengalami gangguan ombak pantai terjadi sewaktu-waktu saja. Terpenting dirinya setiap hari bisa bertemu seluruh anggota keluarganya di Banjar Bucu, Desa Rejasa, Kecamatan Penebel, Tabanan. Sebab Eka Suyasmin selama ini pergi pulang dari tempat tinggalnya menuju Kantor KSOP Padangbai. Menurutnya, berbeda saat bertugas sebagai Kepala Kantor UPP Kelas III Buleleng, hanya bisa bertemu dengan keluarga seminggu sekali. Walau sedang sibuk bertugas tetap bisa berkomunikasi dengan keluarga karena zaman teknologi bisa melalui video call, ada WA grup keluarga istri, WA grup keluarga suami, dan WA grup keluarga besar.
Apalagi ketiga putri dan suaminya tetap tinggal rumah di Tabanan. Walau putrinya ada yang kuliah di Denpasar dan suaminya kerja, tetapi semuanya pulang pergi. Begitu juga saat menjalankan tugas-tugas di kantor, selama ini tidak ada kendala. Terpenting optimalkan komunikasi dengan staf. Walau pimpinan tidak ada di kantor, pekerjaan bisa tuntas koordinasi lewat telepon. Di saat liburan, biasanya memanfaatkan waktu luang, tirtayatra mengajak segenap anggota keluarga. “Sambil matirtayatra bisa rekreasi,” ujarnya. *k16
Eka Suyasmin menyadari tugas-tugas menjadi prioritas sehingga sering pulang sore bahkan malam hari. “Hobi olahraga senam buat sementara saya tinggalkan. Padahal olahraga senam membuat badan jadi sehat dan bugar. Bertugas di kantor perlu fisik yang sehat,” jelas Eka Suyasmin, Minggu (16/6). Ibu tiga anak ini mengatakan, sebelum menjabat sebagai Kepala Kantor UPP Kelas III Buleleng dan Kepala KSOP Padangbai, hobi senam masih bisa dijalani secara teratur di salah satu studio senam.
Dijelaskan, kesibukan sebagai Kepala KSOP yang membuat hobinya terbengkalai, salah satu penyebabnya saat kondisi alam Selat Lombok yang tidak menentu. Misalnya di saat arus balik lebaran di Pelabuhan Padangbai, tiba-tiba terjadi ombak pantai cukup lama menyebabkan kedua dermaga tidak bisa dioperasikan secara optimal. Berupaya agar kapal-kapal yang datang dari Pelabuhan Lembar bisa melakukan bongkaran walau dengan hati-hati. Sebab jika terjadi ombak pantai, ramdor kapal yang menyandar di dermaga sering berbenturan. Sesekali ramdor kapal terangkat karena terdorong ombak pantai selanjutnya membentur dermaga. Hal itu yang menyebabkan dermaga cepat rusak.
Itulah sebabnya penumpang yang turun dari kapal mesti hati-hati terutama penumpang pesepeda motor, kendaraan roda empat atau lebih. Sehingga di saat penumpang turun dari kapal mesti diawasi ketat. Begitu ada kesempatan untuk turun dari kapal, pengendara mesti cepat-cepat melintas dari ramdor kapal menuju dermaga.
Terjadinya ombak pantai menyebabkan dirinya lebih lama kerja di kantor sambil melakukan pemantauan dan memberikan arahan kepada stafnya di lapangan. Padahal cuaca di tengah Selat Lombok biasanya landai. “Terjadinya gangguan cuaca di laut sehingga sering pulang malam. Sebab mesti menunggui situasi hingga bongkar muat di dermaga kembali normal,” katanya.
Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa Denpasar 1994 mengalami gangguan ombak pantai terjadi sewaktu-waktu saja. Terpenting dirinya setiap hari bisa bertemu seluruh anggota keluarganya di Banjar Bucu, Desa Rejasa, Kecamatan Penebel, Tabanan. Sebab Eka Suyasmin selama ini pergi pulang dari tempat tinggalnya menuju Kantor KSOP Padangbai. Menurutnya, berbeda saat bertugas sebagai Kepala Kantor UPP Kelas III Buleleng, hanya bisa bertemu dengan keluarga seminggu sekali. Walau sedang sibuk bertugas tetap bisa berkomunikasi dengan keluarga karena zaman teknologi bisa melalui video call, ada WA grup keluarga istri, WA grup keluarga suami, dan WA grup keluarga besar.
Apalagi ketiga putri dan suaminya tetap tinggal rumah di Tabanan. Walau putrinya ada yang kuliah di Denpasar dan suaminya kerja, tetapi semuanya pulang pergi. Begitu juga saat menjalankan tugas-tugas di kantor, selama ini tidak ada kendala. Terpenting optimalkan komunikasi dengan staf. Walau pimpinan tidak ada di kantor, pekerjaan bisa tuntas koordinasi lewat telepon. Di saat liburan, biasanya memanfaatkan waktu luang, tirtayatra mengajak segenap anggota keluarga. “Sambil matirtayatra bisa rekreasi,” ujarnya. *k16
1
Komentar