Rajutan Bali Stabil di Pasar Domestik dan Ekspor
AS dan Austria Jadi Pasar Produk Rajutan Bali
DENPASAR, NusaBali
Produk barang rajutan menjadi salah satu komoditas produk industri kerajinan Bali yang relatif stabil pasarannya, baik pasar domestik maupun ekspor. Diyakini kondisi itu karena keunikan dan orisinilitas dari produk barang rajutan.
Hal tersebut disampaikan Ni Ketut Suwarni, pemilik ‘Bali Rajut’, usaha kerajinan barang rajutan dari Sangkaragung, Jembrana. “Astungkara, tetap jalan,” ujar Suwarni ditemui arena Psta kesenian Bali (PKB) ke-41 di Art Centre, Denpasar, Senin (17/6). Suwarni mengaku merintis usaha 18 tahun lalu. Sebelumnya dia adalah
seorang pekerja di perusahaan garmen. Haluannya berubah tatkala bertemu dengan bule yang mencari vendor pembuat barang rajutan. Suwarni pun meminta sample dan singkat cerita, dia berhasil dan mendapat order. “Sejak itulah saya bergelut dengan produk rajutan,” ungkapnya.
Selama itu, lanjut Suwarni, dia dan suaminya I Gede Jagadita, sudah merasakan dan mengalami pasang surut usaha. “Pahit getir sudah biasa,” ujarnya.
Tetapi dia dan suaminya tak patah semangat. Sebalik tekun dan selalu berinovasi. “Kita selalu cermati dan terjun, apa tren pasar sekarang,” lanjutnya.
Dengan usaha itulah, bisnis rajutannya masih tetap eksis sampai sekarang. Pasarnya masih terjaga, baik dalam maupun luar negeri.
AS, Austria, Jepang dan Singapura adalah empat negara yang menjadi langganan produknya, yakni ekspor. Diakui memang belakangan ada penurunan, tetapi tak pernah sampai putus sama sekali. Paling sedikit 1.000 pieces produk rajutan, tiab bulannya dikirim ke luar negeri.
Sedang untuk pasar domestik, selain lokal Bali, pemasaran produknya merambah beberapa kota di tanah air. Antara lain, Jakarta, Bandung, Batam dan lkota besar lainnya. “Tiyang kadang juga pameran ke Kalimantan,” kata Suwarni. Dari penuturan Suwarni, topi, slop tangan dan baju, merupakan jenis produk yang dominan diekspor. Sedang konsumen dalam negeri, lebih menyukai topi dan syal.
Harga produk tentu mengacu jenis, bahan dan ukurannya serta tingkat kerumitannya. Untuk diketahui bahan rajutan dominan benang. Jenis benangnya berbeda-beda. Ada benang tresi, benang winter dan katun. Tren positif ekspor produk rajutan juga tergambar dari data BPS Provinsi Bali per April 2019. Dari 11 komoditas ekspor Bali pada April 2019, barang- barang rajutan termasuk yang meningkat nilai ekspornya dibandingkan April tahun 2018. Pada April lalu nilai ekspor produk rajutan Bali 2 juta dollar AS. Sedang April 2018, nilai ekspor produk rajutan senilai 1,3 juta dollar. Dibanding April 2018 dengan April 2019, ekspor produk rajutan mengalami peningkatan ekspor 51,30 persen. *k17
Hal tersebut disampaikan Ni Ketut Suwarni, pemilik ‘Bali Rajut’, usaha kerajinan barang rajutan dari Sangkaragung, Jembrana. “Astungkara, tetap jalan,” ujar Suwarni ditemui arena Psta kesenian Bali (PKB) ke-41 di Art Centre, Denpasar, Senin (17/6). Suwarni mengaku merintis usaha 18 tahun lalu. Sebelumnya dia adalah
seorang pekerja di perusahaan garmen. Haluannya berubah tatkala bertemu dengan bule yang mencari vendor pembuat barang rajutan. Suwarni pun meminta sample dan singkat cerita, dia berhasil dan mendapat order. “Sejak itulah saya bergelut dengan produk rajutan,” ungkapnya.
Selama itu, lanjut Suwarni, dia dan suaminya I Gede Jagadita, sudah merasakan dan mengalami pasang surut usaha. “Pahit getir sudah biasa,” ujarnya.
Tetapi dia dan suaminya tak patah semangat. Sebalik tekun dan selalu berinovasi. “Kita selalu cermati dan terjun, apa tren pasar sekarang,” lanjutnya.
Dengan usaha itulah, bisnis rajutannya masih tetap eksis sampai sekarang. Pasarnya masih terjaga, baik dalam maupun luar negeri.
AS, Austria, Jepang dan Singapura adalah empat negara yang menjadi langganan produknya, yakni ekspor. Diakui memang belakangan ada penurunan, tetapi tak pernah sampai putus sama sekali. Paling sedikit 1.000 pieces produk rajutan, tiab bulannya dikirim ke luar negeri.
Sedang untuk pasar domestik, selain lokal Bali, pemasaran produknya merambah beberapa kota di tanah air. Antara lain, Jakarta, Bandung, Batam dan lkota besar lainnya. “Tiyang kadang juga pameran ke Kalimantan,” kata Suwarni. Dari penuturan Suwarni, topi, slop tangan dan baju, merupakan jenis produk yang dominan diekspor. Sedang konsumen dalam negeri, lebih menyukai topi dan syal.
Harga produk tentu mengacu jenis, bahan dan ukurannya serta tingkat kerumitannya. Untuk diketahui bahan rajutan dominan benang. Jenis benangnya berbeda-beda. Ada benang tresi, benang winter dan katun. Tren positif ekspor produk rajutan juga tergambar dari data BPS Provinsi Bali per April 2019. Dari 11 komoditas ekspor Bali pada April 2019, barang- barang rajutan termasuk yang meningkat nilai ekspornya dibandingkan April tahun 2018. Pada April lalu nilai ekspor produk rajutan Bali 2 juta dollar AS. Sedang April 2018, nilai ekspor produk rajutan senilai 1,3 juta dollar. Dibanding April 2018 dengan April 2019, ekspor produk rajutan mengalami peningkatan ekspor 51,30 persen. *k17
1
Komentar