'53,5% Pendukung Prabowo Terima Hasil Pemilu'
Meski Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dinyatakan kalah Pilpres 2019, sebanyak lebih dari 50 persen pendukungnya menerima hasil Pemilu 2019.
JAKARTA, NusaBali
Hal itu ditunjukkan dalam jajak pendapat yang diadakan Litbang Kompas. Jajak pendapat tersebut dipublikasikan oleh Litbang Kompas pada, Senin (17/6). Pengumpulan pendapat ini dilakukan melalui telepon pada 27-28 Mei 2019. Sebanyak 536 responden dipilih secara acak bertingkat di 17 kota besar di Indonesia. Jumlah responden ditentukan secara proporsional di setiap kota. Tingkat kepercayaan 95% dengan margin of error +- 4,2%. Responden diberi pertanyaan 'menerima atau menolak hasil Pemilu 2019?'.
Menanggapi hasil jajak pendapat ini, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga tak percaya. "Bagaimana mungkin hasil surveinya seperti ini di berbagai lembaga survei? Sedangkan Prabowo-Sandi saja sejak awal menolak hasil Pilpres yang diumumkan oleh KPU karena terdapat banyak sekali kecurangan?" kata Suhendra Ratu Prawiranegara kepada wartawan, Selasa kemarin.
Suhendra juga heran dengan Litbang Kompas yang melakukan jajak pendapat. Menurut dia, jajak pendapat itu seolah menggiring opini masyarakat bahwa pemilu telah usai.
"Yang menjadi pertanyaan mengapa lembaga survei melakukan survei seolah-olah menggiring opini bahwa pemilu telah usai? Padahal saat ini sedang ada proses gugatan di MK RI tentang perselisihan Pemilu," ujarnya. Suhendra menegaskan pihaknya pun selama ini optimistis Prabowo-Sandiaga akan memenangi gugatan pilpresnya di MK. Ia mengklaim banyaknya bukti-bukti kecurangan dalam Pilpres 2019.
"Toh kecurangan-kecurangan pemilu secara kualitatif dan kuantitatif telah disampaikan para kuasa hukum Prabowo Sandi dalam sidang pendahuluan MK, secara terbuka kecurangan-kecurangan pemilu tersebut juga sudah diketahui oleh publik," kata Suhendra.
Sementara itu menurut juru debat BPN Prabowo-Sandiaga, Saleh Daulay, pertanyaan dalam survei Kompas tumpang tindih. "Sebab, pertanyaan tentang menerima atau tidak menerima hasil pemilu didasarkan atas prevalensi pilihan mereka dalam pemilu. Kalau itu dasarnya, tentulah jawabannya sejalan dengan pilihan dia di pilpres. Kalau yang dukung 01, tentu mengatakan akan menerima. Dan yang mendukung 02, kelihatannya lebih besar menolak," ungkap Saleh, terpisah. *
Menanggapi hasil jajak pendapat ini, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga tak percaya. "Bagaimana mungkin hasil surveinya seperti ini di berbagai lembaga survei? Sedangkan Prabowo-Sandi saja sejak awal menolak hasil Pilpres yang diumumkan oleh KPU karena terdapat banyak sekali kecurangan?" kata Suhendra Ratu Prawiranegara kepada wartawan, Selasa kemarin.
Suhendra juga heran dengan Litbang Kompas yang melakukan jajak pendapat. Menurut dia, jajak pendapat itu seolah menggiring opini masyarakat bahwa pemilu telah usai.
"Yang menjadi pertanyaan mengapa lembaga survei melakukan survei seolah-olah menggiring opini bahwa pemilu telah usai? Padahal saat ini sedang ada proses gugatan di MK RI tentang perselisihan Pemilu," ujarnya. Suhendra menegaskan pihaknya pun selama ini optimistis Prabowo-Sandiaga akan memenangi gugatan pilpresnya di MK. Ia mengklaim banyaknya bukti-bukti kecurangan dalam Pilpres 2019.
"Toh kecurangan-kecurangan pemilu secara kualitatif dan kuantitatif telah disampaikan para kuasa hukum Prabowo Sandi dalam sidang pendahuluan MK, secara terbuka kecurangan-kecurangan pemilu tersebut juga sudah diketahui oleh publik," kata Suhendra.
Sementara itu menurut juru debat BPN Prabowo-Sandiaga, Saleh Daulay, pertanyaan dalam survei Kompas tumpang tindih. "Sebab, pertanyaan tentang menerima atau tidak menerima hasil pemilu didasarkan atas prevalensi pilihan mereka dalam pemilu. Kalau itu dasarnya, tentulah jawabannya sejalan dengan pilihan dia di pilpres. Kalau yang dukung 01, tentu mengatakan akan menerima. Dan yang mendukung 02, kelihatannya lebih besar menolak," ungkap Saleh, terpisah. *
Komentar