Jamur Akar Putih Masih Serang Cengkih di Buleleng
Serangan Jamur Akar Putih (JAP) saat ini masih menyerang tanaman cengkih di Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Padahal pemerintah setiap tahun mengedukasi dan memberikan bantuan pupuk dan jamur pembasmi JAP kepada petani. Januari 2019, JAP sudah menggerogoti setengah lebih lahan cengkih di Buleleng, atau 53,23 persen.
Plt Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta menjelaskan JAP sudah menjangkiti sedikitnya 4.306 hektare dari total 8.091 hektare lahan cengkih. Dirinya pun merinci dari jumlah tanaman cengkih yang terjangkit JAP, berkategori ringan 2.589 hektare dan berat 1.717 hektare.
“Masalah JAP ini memang masih menjadi PR kami untuk memberikan pemahaman kepada petani tentang pentingnya merawat pohon cengkih mereka. Sebab selama ini JAP itu berkembang di daerah yang kelembabannya tinggi, ini sangat sejalan dengan petani yang masih kurang memperhatikan sanitasi kebun cengkihnya dan juga keberadaan tanaman lain di kebun cengkih yang tentu sangat berdampak pada kelembaban lahan,” ungkap Sumiarta.
Jelas dia, penanganan JAP oleh pemerintah untuk membantu petani pun sudah dilakukan secara intens. Bahkan menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng serangan JAP sempat menurun 30 persen dari penanganan tahun 2013 sampai 2016. Awalnya pada tahun 2013 lalu sebanyak 2.100 hektare kebun cengkih petani Buleleng terserang JAP dan pada tahun 2016 lalu sudah berkurang hingga masih tersisakan 940 hektare saja.
Namun belakangan sejak diklaim menurun, dalam hitungan dua tahun terakhir data penyakit JAP menggerogoti setengah lebih lahan cengkih di Buleleng. “Persoalannya, saat serangan awal itu kadang petani tidak mengetahui cengkihnya terserang JAP, karena JAP itu berkembangnya di tanah dan menyerang akar pohon,” kata dia.
Pohon cengkih yang terserang JAP sering kali diketahui saat sudah dalam status parah. JAP sudah menyebar ke seluruh batang pohon hingga daun cengkih mulai meranggas dan pohonnya mengering. Kondisi itu pun disebut Sumiarta terus mensosialisasikan petani dengan memberikan pengetahuan penanganan JAP lebih dini dengan program sekolah lapang. Dinas Pertanian Buleleng didukung Pemprov Bali dan pemerintah pusat juga memberikan bantuan pupuk organik dan tricodherma semacam jamur baik yang dapat membasmi perkembangan JAP.
Tahun 2019, program itu memang difokuskan di Kecamatan Kubutambahan dan Banjar yang memang luas lahan cengkih yang terserang JAP paling tinggi. Seperti halnya sejumlah wilayah penghasil cengkih di Banjar dengan luasan lahan cengkih sebanyak 1.890 hektare, seluas 1.479 hektare di antaranya dinyatakan terserang JAP. Begitu halnya dengan sejumlah wilayah penghasil cengkih di Kecamatan Kubutambahan yang memiliki luasan total lahan cengkih 1.008 hektare, hanya menyisakan 175 hektare lahan cengkih yang sehat.
Sementara itu, dengan penanganan rutin setiap tahunnya dengan membentuk demplot-demplot penanganan JAP di wilayah penghasil cengkih, Sumiarta belum dapat memastikan apakah penanganan tersebut sudah ada perubahan yang signifikan untuk memulihkan tanaman cengkih. “Kalau menurun atau tidaknya secara global belum dapat kami data secara pasti, yang jelas kalau di demplot-demplot fokus penanganan JAP, perubahannya sangat signifikan. Sehingga kedepannya kami perlu lebih banyak lagi bantuan dari pusat untuk penanganan JAP ini,” harap dia.*k23
Plt Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta menjelaskan JAP sudah menjangkiti sedikitnya 4.306 hektare dari total 8.091 hektare lahan cengkih. Dirinya pun merinci dari jumlah tanaman cengkih yang terjangkit JAP, berkategori ringan 2.589 hektare dan berat 1.717 hektare.
“Masalah JAP ini memang masih menjadi PR kami untuk memberikan pemahaman kepada petani tentang pentingnya merawat pohon cengkih mereka. Sebab selama ini JAP itu berkembang di daerah yang kelembabannya tinggi, ini sangat sejalan dengan petani yang masih kurang memperhatikan sanitasi kebun cengkihnya dan juga keberadaan tanaman lain di kebun cengkih yang tentu sangat berdampak pada kelembaban lahan,” ungkap Sumiarta.
Jelas dia, penanganan JAP oleh pemerintah untuk membantu petani pun sudah dilakukan secara intens. Bahkan menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng serangan JAP sempat menurun 30 persen dari penanganan tahun 2013 sampai 2016. Awalnya pada tahun 2013 lalu sebanyak 2.100 hektare kebun cengkih petani Buleleng terserang JAP dan pada tahun 2016 lalu sudah berkurang hingga masih tersisakan 940 hektare saja.
Namun belakangan sejak diklaim menurun, dalam hitungan dua tahun terakhir data penyakit JAP menggerogoti setengah lebih lahan cengkih di Buleleng. “Persoalannya, saat serangan awal itu kadang petani tidak mengetahui cengkihnya terserang JAP, karena JAP itu berkembangnya di tanah dan menyerang akar pohon,” kata dia.
Pohon cengkih yang terserang JAP sering kali diketahui saat sudah dalam status parah. JAP sudah menyebar ke seluruh batang pohon hingga daun cengkih mulai meranggas dan pohonnya mengering. Kondisi itu pun disebut Sumiarta terus mensosialisasikan petani dengan memberikan pengetahuan penanganan JAP lebih dini dengan program sekolah lapang. Dinas Pertanian Buleleng didukung Pemprov Bali dan pemerintah pusat juga memberikan bantuan pupuk organik dan tricodherma semacam jamur baik yang dapat membasmi perkembangan JAP.
Tahun 2019, program itu memang difokuskan di Kecamatan Kubutambahan dan Banjar yang memang luas lahan cengkih yang terserang JAP paling tinggi. Seperti halnya sejumlah wilayah penghasil cengkih di Banjar dengan luasan lahan cengkih sebanyak 1.890 hektare, seluas 1.479 hektare di antaranya dinyatakan terserang JAP. Begitu halnya dengan sejumlah wilayah penghasil cengkih di Kecamatan Kubutambahan yang memiliki luasan total lahan cengkih 1.008 hektare, hanya menyisakan 175 hektare lahan cengkih yang sehat.
Sementara itu, dengan penanganan rutin setiap tahunnya dengan membentuk demplot-demplot penanganan JAP di wilayah penghasil cengkih, Sumiarta belum dapat memastikan apakah penanganan tersebut sudah ada perubahan yang signifikan untuk memulihkan tanaman cengkih. “Kalau menurun atau tidaknya secara global belum dapat kami data secara pasti, yang jelas kalau di demplot-demplot fokus penanganan JAP, perubahannya sangat signifikan. Sehingga kedepannya kami perlu lebih banyak lagi bantuan dari pusat untuk penanganan JAP ini,” harap dia.*k23
1
Komentar