Korban Sempat Selama 4 Jam Terombang-ambing di Laut
Korban Ketut Narna awalnya melaut naik jukung seorang diri Rabu dinihari pukul 04.30 Wita. Satu jam kemudian, nelayan Desa Perancak ini dihantam gelombang, sebelum akhirnya diselamatkan nelayan sekampung pukul 09.00 Wita
Dihantam Gelombang, Nelayan Nyaris Tenggelam di Perairan Desa Perancak
NEGARA, NusaBali
Ganasnya gelombang pasang yang menerjang pesisir selatan Bali, nyaris menelan korban nyawa. Korbannya adalah I Ketut Narna, 51, nelayan asal Banjar Lemodang, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, yang nyaris tewas tenggelam setelah jukungnya terbalik saat melaut, Rabu (8/6). Bahkan, korban Ketut Narna sempat selama 4 jam terombang-ambing di tengah laut perairan Desa Perancak, sebelum kemudian diselamatkan nelayan sekampung.
Korban Ketut Narna awalnya berangkat melaut naik jukung seorang diri di perairan sebelah selatan Desa Perancak, Rabu dinihari sekitar pukul 04.30 Wita. Saat berangkat ke laut kala itu, cuaca masih bersahabat. Namun, dalam perjalanan menuju lokasi mancing di tengah laut yang berjarak sekitar 2 mil dari tepi pantai, tiba-tiba muncul gelombang tinggi menghantam dan menjugkalkan jukung korban. Gelombangnya datang dari dua arah: selatan dan timur. Nelayan berusia 51 tahun ini pun langsung terpental daeri jukungnya yang terbalik.
Beruntung, korban Ketut Narna berhasil kembali berpegangan ke jukungnya yang terbalik dihantam gelombang besar sekitar pukul 05.00 Wita itu. Saat itu, jukungnya sudah mengalami sejumlah kerusakan. Termasuk kerusakan di bagian ujung banyungan kiri depan, hingga membuat katir sebelah kiri hanya terikat pada bagian bayungan kiri belakang.
Dalam kondisi nyaris tenggelam, korban Ketut Narna masih sempat berupaya melepas ikatan katir jukungnya, agar jukung bisa stabil dengan mengandalkan katir yang masih utuh di sebelah kiri. “Pas melepas ikatan, gelombang sebenarnya juga masih terus menghantam. Akhirnya, ikatan berhasil saya lepas,” tutur korban saat ditemui NusaBali di rumahnya kawasan Banjar Lemodang, Desa Perancak, Rabu kemarin.
Selain melepas ikatan katir, korban Ketut Narna yang dalam kondisi nyaris lemas juga berusaha menyelamatkan sejumlah barang di dalam jukungnya yang terbalik. Tapi, hampir semua barang dan peralatan dalam jukung sudah keburu hanyut ke laut, seperti peralatan mancing dan layar.
Karena kondisinya sudah lemas dan sekujur tubuh terasa kesemutan, korban Ketut Narna akhirnya hanya bisa pasrah menunggu bantuan nelayan sekitar. Dia selama 4 jam terombang-ambing di tengah laut, dengan berpegangan pada bagian bayungan jukungnya yang terbalik.
Setelah menyabung nyawa selama 4 jam, akhirnya Rabu pagi sekitar pukul 09.00 Wita, ada seorang seorang nelayan yang melihat korban Ketut Narna terombang-ambing di laut. Nelayan tersebut adalah I Ketut Widana, 50, yang juga asal sekampung dari Banjar Lemodang, Desa Perancak. Kebetulan, Ketut Widana baru akan balik setelah memancing.
Nelayan Ketut Widana pun langsung memberikan pertolongan dengan melemparkan tali kepada korban Ketut Narna, lanjut diajak naik ke atas jukungnya. Kemudian, Ketut Widana menghubungi sejumlah nelayan sekitar yang diketahui sedang melaut.
Mereka selanjutnya bersama-sama mengevakuasi bangkai jukung korban Ketut Narna. Sayangnya, jukung korban tidak berhasil dievakuasi, meskipun sempat diusahakan dengan mengerahkan sebuah jukung dan perahu fiber milik nelayan sekitar. Bahkan, tali yang digunakan menarik jukung korban sempat dua kali putus.
Karena gagal mengevakuasi bagkai jukung terbalik, para nelayan akhirnya memberitahu keluarga korban Ketut Narna di rumah untuk meminta bantuan kerahkan perahu selerek. Maka, didatangkanlah perahu selerek milik mantan Kepala Desa (Perbekel) Perancak, I Ketut Suastika, sehingga bangkai jukung korban berhasil ditarik ke tepi pantai, Rabu siang pukul 11.30 Wita.
“Saya bersyukur bisa selamat berkat pertolongan teman-teman nelayan. Saya tidak apa-apa, paling hanya merasa kesemutan saja yang terus tersa sampai kekarang. Cuma, jukung saya rusak, sementara peralatan di dalamnya semua hilang. Mesin jukung juga rusak,” cerita korban Ketut Narna sembari menaksirkerugian material sekitar Rp 5 juta akibat musibah ini.
Korban Ketut Narna mengakui, Rabu kemarin merupakan aktivitas pertamanya melaut kembali, setelah sempat menganggur selama 10 hari karen sakit. “Sebenarnya saya juga habis sakit panas selama 10 hari. Tadi (dinihari kemarin) agak memaksakan berangkat melaut, karena lama tidak kerja,” katanya.
Sementara itu, kondisi gelombang yang kerap tidakl bersahabat di perairan Desa Perancak dan sekitarnya sudah terjadi sejak rahina Tilem, Minggu (5/6) lalu. Sejak itu, gelombang bisa mendadak mengganas, kemudian reda lagi. “Tapi, dinirai tadi (kemarin) gelombang mendadak ganas lagi. Akibatnya, banyak nelayan yang sedang berada di laut langsung bergegas pulang,” ujar seorang nelayan. 7 ode
Komentar