Angkus Prana, Olah Energi Sang Bima
Dari Parade Balaganjur PKB XLI Tahun 2019
DENPASAR, NusaBali
SORAK sorai dan tepuk tangan penonton bergemuruh di panggung terbuka Ardha Candra, Denpasar, Rabu (19/6) malam. Mereka menyambut gempita penampilan Sekaa Balaganjur Bala Nawa Sanga, Desa Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh, sebagai duta Kabupaten Gianyar pada ajang Parade Balaganjur, Pesta Kesenian Bali XLI Tahun 2019.
Sekaa ini tampil setelah Kabupaten Buleleng. Duta dari gumi seni ini menampilkan garapan yang berjudul Angkus Prana. Angkus Prana merupakan kemampuan luar biasa, yakni membangun dan menyerukan sembilan unsur kekuatan dewa ke dalam diri melalui olah bayu yang dimiliki putra Pandu bernama Bhima. Angkus berarti menyatukan, Prana berarti menarik nafas, bayu atau angin. Sehingga dapat dimaknai sebagai penyatuan kekuatan melalui olah pikir dan pengaturan nafas.
“Angkus Prana ini menjadi konsep dasar dari garapan balaganjur ini yang didalamnya mempersatukan nafas lagu atau gending serta ekspresi kreatif dari berbagai kelompok pemain,” kata Ketua Sekaa Balaganjur Bala Nawa Sanga, Komang Praptika Kamalia Jaya, SSn MSn.
Dikatakan pula, ide garapan ini terinspirai dari tokoh Bhima ketika berperang melawan raksasa Hidimba. Di tengah-tengah pertempuran sengit, Bhima memusatkan pikiran untuk menarik sembilan unsur kekuatan dewa, yaitu Dewa Bayu, Dewa Ruci, Marutsutha, Wil Jajagwreka, Gajah Situbanda, Naga Kumara, Garuda Mahambira, Begawan Minaka dan Bimasena melalui bayu ke dalam tubuhnya. Penyatuan kekuatan dewa ini kemudian melahirkan kekuatan maha dahsyat yang digunakan Bhima untuk membunuh Hidimba.
Lebih lanjut dikatakan, penuangan filosofi Angkus Prana ke dalam garapan balaganjur dilakukan dengan tetap memperhatikan struktur serta tata garap balaganjur pada umumnya. Garapan ini memadukan pola ketukan musik yang sering disebut 'sukat' yang sesekali dimunculkan, disaling-silang dan ditumpang-tindihkan sesuai kebutuhan pola garap gending. Olahan bunyi dan ritme kemudian diperkaya dengan perpaduan gerak atraktif dengan olah vokal dari pemain. Sehingga melahirkan satu kesatuan utuh dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai etika dan estetika guna memberikan vibrasi positif dalam dinamika kehidupan masyarakat.
“Spirit Angkus Prana digelorakan dalam garapan balaganjur ini, untuk mengingatkan kita betapa pentingnya penyatuan berbagai kekuatan serta pikiran yang kita miliki dalam membangun daerah, bangsa dan negara,” imbuh Komang Praptika Kamalia Jaya.*
Sekaa ini tampil setelah Kabupaten Buleleng. Duta dari gumi seni ini menampilkan garapan yang berjudul Angkus Prana. Angkus Prana merupakan kemampuan luar biasa, yakni membangun dan menyerukan sembilan unsur kekuatan dewa ke dalam diri melalui olah bayu yang dimiliki putra Pandu bernama Bhima. Angkus berarti menyatukan, Prana berarti menarik nafas, bayu atau angin. Sehingga dapat dimaknai sebagai penyatuan kekuatan melalui olah pikir dan pengaturan nafas.
“Angkus Prana ini menjadi konsep dasar dari garapan balaganjur ini yang didalamnya mempersatukan nafas lagu atau gending serta ekspresi kreatif dari berbagai kelompok pemain,” kata Ketua Sekaa Balaganjur Bala Nawa Sanga, Komang Praptika Kamalia Jaya, SSn MSn.
Dikatakan pula, ide garapan ini terinspirai dari tokoh Bhima ketika berperang melawan raksasa Hidimba. Di tengah-tengah pertempuran sengit, Bhima memusatkan pikiran untuk menarik sembilan unsur kekuatan dewa, yaitu Dewa Bayu, Dewa Ruci, Marutsutha, Wil Jajagwreka, Gajah Situbanda, Naga Kumara, Garuda Mahambira, Begawan Minaka dan Bimasena melalui bayu ke dalam tubuhnya. Penyatuan kekuatan dewa ini kemudian melahirkan kekuatan maha dahsyat yang digunakan Bhima untuk membunuh Hidimba.
Lebih lanjut dikatakan, penuangan filosofi Angkus Prana ke dalam garapan balaganjur dilakukan dengan tetap memperhatikan struktur serta tata garap balaganjur pada umumnya. Garapan ini memadukan pola ketukan musik yang sering disebut 'sukat' yang sesekali dimunculkan, disaling-silang dan ditumpang-tindihkan sesuai kebutuhan pola garap gending. Olahan bunyi dan ritme kemudian diperkaya dengan perpaduan gerak atraktif dengan olah vokal dari pemain. Sehingga melahirkan satu kesatuan utuh dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai etika dan estetika guna memberikan vibrasi positif dalam dinamika kehidupan masyarakat.
“Spirit Angkus Prana digelorakan dalam garapan balaganjur ini, untuk mengingatkan kita betapa pentingnya penyatuan berbagai kekuatan serta pikiran yang kita miliki dalam membangun daerah, bangsa dan negara,” imbuh Komang Praptika Kamalia Jaya.*
Komentar