Jukung Hiasan Tridatu Ramaikan Festival Yeh Gangga II
Festival Yeh Gangga II yang berlangsung di Pantai Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, pada Minggu (23/6) sore diisi lomba menghias jukung.
TABANAN, NusaBali
Ada 43 jukung dari 85 nelayan yang dihias warna tridatu merah, putih, hitam untuk dilombakan. Pantauan di lapangan pada Minggu sore kemarin, puluhan jukung yang sudah dihias tersebut berjejer rapi di sebelah timur pantai. Para nelayan sudah menghias jukung sejak Kamis (20/6). Rata-rata nelayan menggunakan plastik dan kain warna merah, hitam, dan putih untuk menghias jukung. Selain itu, nelayan juga melengkapi jukungnya dengan bendera merah putih.
Salah satu peserta lomba, I Ketut Baret, 56, mengaku sudah menghias jukung sejak Kamis (21/6) pagi. Hiasan yang digunakan hanya sederhana, menggunakan kain poleng dan bendera merah putih. Ditambah kelengkapan standar melaut seperti mesin tempel, jaket penyelamat, dan bendera. “Saya memakai hiasan yang sederhana saja. Ada juga jukung yang diisi atap karena biasa dipakai memancing,” ujarnya.
Menurut Baret, lomba menghias jukung memang ada arahan dari Desa Pakraman Yeh Gangga, karena diminta untuk ikut memeriahkan festival. “Saya senang saja ikut karena sebagai bentuk partisipasi,” imbuh Baret.
Sementara itu, Bendesa Adat Pakraman Yeh Gangga I Ketut Dolia alias Pan Bayu, mengatakan tujuan lomba menghias jukung agar nelayan berpartisipasi dan menyukseskan Festival Yeh Gangga II ini. “Nelayan adalah bagian penting masyarakat kami, karena festival ini mengangkat potensi laut, maka nelayan kami ikut sertakan untuk memeriahkan,” jelasnya.
Dia mengatakan tema warna yang digunakan sengaja memilih warna tridatu karena mencirikan budaya Bali. Sedangkan jukung tersebut dihias oleh masing-masing nelayan menggunakan dana pribadi. “Menghias jukung ini adalah bagian dari seni, selain memperkenalkan potensi laut, kami di Yeh Gangga juga mengenalkan kesenian di Tabanan,” ucapnya.
Dalam lomba yang digelar tersebut ada tiga juri yang menilai. Kriteria dari lomba menghias jukung di antaranya kebersihan, keunikan, kerapian, dan kelengkapan melaut. “Jukung sudah dinilai Sabtu (22/6), untuk pemenang diumumkan Minggu malam berbarengan dengan pemenang menggambar dan pemenang lomba selfie,” kata Dolia.
Selama festival berlangsung pada 22 – 23 Juni, menurut Dolia, nelayan di Pantai Yeh Gangga memang tidak melaut. Hal ini dikarenakan saat ini gelombang tergolong tinggi. Meskipun ada yang berani menerobos melaut, itu karena tidak mempunyai pekerjaan sampingan.
Dolia menambahkan di Festival Yeh Gangga ditutup Minggu (23/6) malam dengan menampilkan krama Yeh Gangga yang berkolaborasi dengan seniman Kecamatan Kerambitan menampilkan Tari Kecak dengan cerita Ramayana. Keseluruhan krama Yeh Gangga yang terlibat sekitar 50-an orang.
Pada Minggu malam kemarin sejumlah artis Bali ikut memeriahkan, yakni, Dek Ulik, Lolot Band, Rai Peni, dan Tika Pragaky. “Festival kali ini memang meriah, terbukti masyarakat yang menonton tumpah ruah ke pantai. Sampai jalur sedikit padat saat masuk. Terkait itu kami sudah koordinasi dengan pecalang, polisi, dan Dinas Perhubungan Tabanan,” tandas Dolia. *des
Salah satu peserta lomba, I Ketut Baret, 56, mengaku sudah menghias jukung sejak Kamis (21/6) pagi. Hiasan yang digunakan hanya sederhana, menggunakan kain poleng dan bendera merah putih. Ditambah kelengkapan standar melaut seperti mesin tempel, jaket penyelamat, dan bendera. “Saya memakai hiasan yang sederhana saja. Ada juga jukung yang diisi atap karena biasa dipakai memancing,” ujarnya.
Menurut Baret, lomba menghias jukung memang ada arahan dari Desa Pakraman Yeh Gangga, karena diminta untuk ikut memeriahkan festival. “Saya senang saja ikut karena sebagai bentuk partisipasi,” imbuh Baret.
Sementara itu, Bendesa Adat Pakraman Yeh Gangga I Ketut Dolia alias Pan Bayu, mengatakan tujuan lomba menghias jukung agar nelayan berpartisipasi dan menyukseskan Festival Yeh Gangga II ini. “Nelayan adalah bagian penting masyarakat kami, karena festival ini mengangkat potensi laut, maka nelayan kami ikut sertakan untuk memeriahkan,” jelasnya.
Dia mengatakan tema warna yang digunakan sengaja memilih warna tridatu karena mencirikan budaya Bali. Sedangkan jukung tersebut dihias oleh masing-masing nelayan menggunakan dana pribadi. “Menghias jukung ini adalah bagian dari seni, selain memperkenalkan potensi laut, kami di Yeh Gangga juga mengenalkan kesenian di Tabanan,” ucapnya.
Dalam lomba yang digelar tersebut ada tiga juri yang menilai. Kriteria dari lomba menghias jukung di antaranya kebersihan, keunikan, kerapian, dan kelengkapan melaut. “Jukung sudah dinilai Sabtu (22/6), untuk pemenang diumumkan Minggu malam berbarengan dengan pemenang menggambar dan pemenang lomba selfie,” kata Dolia.
Selama festival berlangsung pada 22 – 23 Juni, menurut Dolia, nelayan di Pantai Yeh Gangga memang tidak melaut. Hal ini dikarenakan saat ini gelombang tergolong tinggi. Meskipun ada yang berani menerobos melaut, itu karena tidak mempunyai pekerjaan sampingan.
Dolia menambahkan di Festival Yeh Gangga ditutup Minggu (23/6) malam dengan menampilkan krama Yeh Gangga yang berkolaborasi dengan seniman Kecamatan Kerambitan menampilkan Tari Kecak dengan cerita Ramayana. Keseluruhan krama Yeh Gangga yang terlibat sekitar 50-an orang.
Pada Minggu malam kemarin sejumlah artis Bali ikut memeriahkan, yakni, Dek Ulik, Lolot Band, Rai Peni, dan Tika Pragaky. “Festival kali ini memang meriah, terbukti masyarakat yang menonton tumpah ruah ke pantai. Sampai jalur sedikit padat saat masuk. Terkait itu kami sudah koordinasi dengan pecalang, polisi, dan Dinas Perhubungan Tabanan,” tandas Dolia. *des
1
Komentar