Siapkan Regenerasi, PKB Adakan Lomba Gender Wayang Anak-anak
Untuk menyiapkan regenerasi, ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019 menggelar lomba Gender Wayang anak-anak di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya Provinsi Bali, 22-23 Juni 2019.
DENPASAR, NusaBali
Seluruh kabupaten/kota wajib mengirimkan anak-anak berusia antara 7-15 tahun yang memiliki potensi di bidang tersebut. Seperti pada hari kedua, Minggu (23/6), ada kelompok peserta yang berlomba. Mereka di antaranya berasal dari Sekaa Gender Sidakarya, Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Duta Kota Denpasar yang bersanding dengan Sanggar Suara Murti, Banjar Babakan, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Duta Kabupaten Gianyar. Sedangkan pada sesi kedua giliran Sanggar Tabuh Batel, Banjar Kuwum Mambal, Desa Kuwum, Kecamatan Marga, Duta Kabupaten Tabanan dengan Sanggar Manik Asta Gina, Kabupaten Jembrana.
Menggunakan empat tungguh Gender Wayang yang terdiri dari dua tungguh Gender Pemade dan dua tungguh Gender Barangan/Kantilan para pemain gender cilik ini pun saling unjuk kebolehan. Sesekali tepuk tangan dan sorakan para pendukung daerahnya masing-masing menambah suasana semarak di Kalangan Ratna Kanda.
Salah satu dewan juri, I Wayan Sujana mengaku proses pelatihan gender wayang ini terbilang cukup lama. Dia keliling Bali untuk menyambangi setiap peserta perwakilan kabupaten/kotanya masing-masing. “Lomba Gender Wayang Anak-Anak yang menjadi agenda baru dalam PKB ke-41. Tahun lalu itu lomba gender wayang remaja, sekarang kita menyambangi peserta anak-anak,” terangnya.
Sujana pun mengaku puas terhadap penampilan para peserta. Selaku dewan juri dan pembina, Sujana mengaku seluruh peserta sudah 100 persen menyiapkan tabuh gender yang telah ditentukan materinya. Setiap peserta diwajibkan menampilkan Tabuh Petegak “Merak Ngelo”, gending Pamungkah dari awal sampai gending Tulang Lindung, dan terakhir para peserta wajib menampilkan Gending Angkat-Angkatan “Bima Kroda”. Ketiga ketentuan tersebut wajib dimainkan sesuai dengan ciri khas dari daerah masing-masing. “Siapapun juaranya, anak-anak yang tampil dari setiap kabupaten dan kota sudah luar biasa,” puji Sujana.
Sedangkan sehari sebelumnya, Sabtu (22/6), juga ada empat sekaa gender wayang yang bertanding. Mereka antara lain Sanggar Sudawirat, Kecamatan Kuta Utara, Duta Kabupaten Badung dengan Sanggar Seni Mustika Dewi Paramita, Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng, Duta Kabupaten Buleleng. Kemudian Sanggar Seni Candra Dwani, Banjar Bedang, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Duta Kabupaten Karangasem dengan Sekaa Gender Kesawa, Kecamatan Dawan, Duta Kabupaten Klungkung. Penampilan dibagi menjadi dua sesi, dimana Duta Kabupaten Buleleng bersanding dengan Duta Kabupaten Badung, sedangkan sesi kedua ialah penampilan Duta Kabupaten Karangasem yang berhadapan dengan Duta Kabupaten Klungkung. *ind
Seluruh kabupaten/kota wajib mengirimkan anak-anak berusia antara 7-15 tahun yang memiliki potensi di bidang tersebut. Seperti pada hari kedua, Minggu (23/6), ada kelompok peserta yang berlomba. Mereka di antaranya berasal dari Sekaa Gender Sidakarya, Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Duta Kota Denpasar yang bersanding dengan Sanggar Suara Murti, Banjar Babakan, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Duta Kabupaten Gianyar. Sedangkan pada sesi kedua giliran Sanggar Tabuh Batel, Banjar Kuwum Mambal, Desa Kuwum, Kecamatan Marga, Duta Kabupaten Tabanan dengan Sanggar Manik Asta Gina, Kabupaten Jembrana.
Menggunakan empat tungguh Gender Wayang yang terdiri dari dua tungguh Gender Pemade dan dua tungguh Gender Barangan/Kantilan para pemain gender cilik ini pun saling unjuk kebolehan. Sesekali tepuk tangan dan sorakan para pendukung daerahnya masing-masing menambah suasana semarak di Kalangan Ratna Kanda.
Salah satu dewan juri, I Wayan Sujana mengaku proses pelatihan gender wayang ini terbilang cukup lama. Dia keliling Bali untuk menyambangi setiap peserta perwakilan kabupaten/kotanya masing-masing. “Lomba Gender Wayang Anak-Anak yang menjadi agenda baru dalam PKB ke-41. Tahun lalu itu lomba gender wayang remaja, sekarang kita menyambangi peserta anak-anak,” terangnya.
Sujana pun mengaku puas terhadap penampilan para peserta. Selaku dewan juri dan pembina, Sujana mengaku seluruh peserta sudah 100 persen menyiapkan tabuh gender yang telah ditentukan materinya. Setiap peserta diwajibkan menampilkan Tabuh Petegak “Merak Ngelo”, gending Pamungkah dari awal sampai gending Tulang Lindung, dan terakhir para peserta wajib menampilkan Gending Angkat-Angkatan “Bima Kroda”. Ketiga ketentuan tersebut wajib dimainkan sesuai dengan ciri khas dari daerah masing-masing. “Siapapun juaranya, anak-anak yang tampil dari setiap kabupaten dan kota sudah luar biasa,” puji Sujana.
Sedangkan sehari sebelumnya, Sabtu (22/6), juga ada empat sekaa gender wayang yang bertanding. Mereka antara lain Sanggar Sudawirat, Kecamatan Kuta Utara, Duta Kabupaten Badung dengan Sanggar Seni Mustika Dewi Paramita, Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng, Duta Kabupaten Buleleng. Kemudian Sanggar Seni Candra Dwani, Banjar Bedang, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Duta Kabupaten Karangasem dengan Sekaa Gender Kesawa, Kecamatan Dawan, Duta Kabupaten Klungkung. Penampilan dibagi menjadi dua sesi, dimana Duta Kabupaten Buleleng bersanding dengan Duta Kabupaten Badung, sedangkan sesi kedua ialah penampilan Duta Kabupaten Karangasem yang berhadapan dengan Duta Kabupaten Klungkung. *ind
1
Komentar