Drum Khas Jepang 'Menggempur' PKB ke-41
Pengunjung Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019, Senin (24/6) malam lalu disuguhkan pertunjukan kolaborasi seniman yang berasal dari Bali, Jakarta, dan Jepang yang bermain alat musik tradisional khas Jepang berupa drum yang bernama Taiko.
DENPASAR, NusaBali
Pukulan drum yang disajikan malam itu memecah keheningan Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali. Perhatian pengunjung pun tertuju pada pertunjukan tersebut.
Kolaborasi Bali, Jakarta, dan Jepang ini merupakan murid Kobayashi, seorang sensei (guru) dari grup ‘Indonesian and Japan Wadaiko Dream Team’. Grup asli yang bernama Wadaiko Dream Team Japan ini telah melanglang buana sejak 25 tahun lalu. Diterjemahkan oleh murid sekaligus rekan setianya yang cukup mahir berbahasa Indonesia, Hayano Masahiro, Kobayashi menceritakan, bahwa bermain taiko memiliki segudang manfaat. Saat memukul taiko, diperlukan energi besar, yang secara tidak langsung akan melatih otot dada dan tangan. “Di samping itu, juga melatih konsentrasi,” ungkap Hayano menerjemahkan ucapan senseinya.
Alat musik taiko rata-rata berukuran jumbo. Saat dipukul, ini yang membuat lengan para pemainnya kian berotot dan penuh keringat. Berolahraga sekaligus berkesenian menjadi manfaat tak terduga bagi para pemain taiko. Selain taiko, ada juga alat musik khas Jepang lainnya yang ditampilkan seperti samisen (gitar khas Jepang) dan shinobuya (seruling khas Jepang). Semua alat tersebut dimainkan secara bersama-sama sehingga menghasilkan sebuah instrumen yang khas, kuat, dan dinamis.
Dia menambahkan, tahun ini adalah kali kedua Wadaiko Dream Team Japan tampil di PKB. Penampilannya pada tahun lalu dan tahun ini selalu ramai disambangi pengunjung dan penikmat seni. Dalam setiap garapannya, Kobayashi menuturkan, hampir keseluruhannya terinspirasi dari asal-muasal taiko. Awalnya merupakan alat musik sakral yang kini merambah panggung kesenian. “Untuk tampil di PKB persiapan sudah lama sekali, kita ini berlatih satu tahun,” ujar Kobayashi yang diterjemahkan oleh Hayono.
Lagu terakhir sebagai simbolis semangat persahabatan Bali dengan Jepang terlihat dalam garapan bertajuk Rokugyo. Gempuran taiko semakin kuat, para penari dengan baju khas Jepang mengitari panggung. Kobayashi yang telah memiliki murid di negara Jepang, Jerman, Amerika, dan Indonesia ini mengutarakan impiannya yang sederhana, yakni persahabatan antar negara. “Semoga Bali dan Jepang terus bersahabat dan seluruhnya bisa bermain taiko,” harapnya. *ind
Kolaborasi Bali, Jakarta, dan Jepang ini merupakan murid Kobayashi, seorang sensei (guru) dari grup ‘Indonesian and Japan Wadaiko Dream Team’. Grup asli yang bernama Wadaiko Dream Team Japan ini telah melanglang buana sejak 25 tahun lalu. Diterjemahkan oleh murid sekaligus rekan setianya yang cukup mahir berbahasa Indonesia, Hayano Masahiro, Kobayashi menceritakan, bahwa bermain taiko memiliki segudang manfaat. Saat memukul taiko, diperlukan energi besar, yang secara tidak langsung akan melatih otot dada dan tangan. “Di samping itu, juga melatih konsentrasi,” ungkap Hayano menerjemahkan ucapan senseinya.
Alat musik taiko rata-rata berukuran jumbo. Saat dipukul, ini yang membuat lengan para pemainnya kian berotot dan penuh keringat. Berolahraga sekaligus berkesenian menjadi manfaat tak terduga bagi para pemain taiko. Selain taiko, ada juga alat musik khas Jepang lainnya yang ditampilkan seperti samisen (gitar khas Jepang) dan shinobuya (seruling khas Jepang). Semua alat tersebut dimainkan secara bersama-sama sehingga menghasilkan sebuah instrumen yang khas, kuat, dan dinamis.
Dia menambahkan, tahun ini adalah kali kedua Wadaiko Dream Team Japan tampil di PKB. Penampilannya pada tahun lalu dan tahun ini selalu ramai disambangi pengunjung dan penikmat seni. Dalam setiap garapannya, Kobayashi menuturkan, hampir keseluruhannya terinspirasi dari asal-muasal taiko. Awalnya merupakan alat musik sakral yang kini merambah panggung kesenian. “Untuk tampil di PKB persiapan sudah lama sekali, kita ini berlatih satu tahun,” ujar Kobayashi yang diterjemahkan oleh Hayono.
Lagu terakhir sebagai simbolis semangat persahabatan Bali dengan Jepang terlihat dalam garapan bertajuk Rokugyo. Gempuran taiko semakin kuat, para penari dengan baju khas Jepang mengitari panggung. Kobayashi yang telah memiliki murid di negara Jepang, Jerman, Amerika, dan Indonesia ini mengutarakan impiannya yang sederhana, yakni persahabatan antar negara. “Semoga Bali dan Jepang terus bersahabat dan seluruhnya bisa bermain taiko,” harapnya. *ind
Komentar