Panglingsir Puri Kesiman Kembalikan Surat Kementerian Kebudayaan
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Denpasar I Ketut Wisada datang ke Puri Kesiman, Denpasar Timur, selaku utusan Walikota Denpasar, Sabtu (11/6), menyusul insiden pengikatan petugas DKP yang sering membuang sampah di areal puri.
Kepala DKP Denpasar Datang ke Puri Kesiman
DENPASAR, NusaBali
Pada saat itu, Panglingsir Puri Kesiman Anak Agung Kusuma Wardana meminta DKP membawa surat dari Kementerian Kebudayaan perihal penetapan Puri Kesiman sebagai Benda Cagar Budaya, Situs atau Kawasan Cagar Budaya yang dilindungi Undang-undang Republik Indonesia.
“Saya minta tolong kepada bapak agar membawa surat menteri ini ke walikota dan mengembalikannya ke menteri. Toh ini tidak ada gunanya disimpan. Sekarang puri sudah menjadi tempat pembuangan sampah. Masyarakat juga jangan menyimpulkan dulu, baru baca judul dan foto, jangan langsung menghujat tanpa tahu isi beritanya,” ujar AA Kusuma Wardana yang biasa disapa Tu Rah, saat bertemu dengan Wisada. Pertemuan tersebut juga dihadiri Panglingsir Puri Kesiman, krama, dan tokoh Desa Kesiman.
Mantan anggota DPRD Kota Denpasar, itu sempat menceritakan kepada krama terkait kejadian yang sebenarnya. Menurutnya, petugas DKP yang kerap membuang sampah di areal puri sudah beberapa kali ditegur oleh istrinya. Namun teguran itu seperti tak didengar. Tetap saja petugas bersangkutan membuang sampah di areal puri. Hingga akhirnya aksi buang sampah itu kepergok oleh Tu Rah.
“Saya tidak pernah ingin menyakiti sesama, apalagi sampai menghujat. Saya juga tidak memiliki kewenangan menyalahkan. Saya hanya mengamankan pelaku dengan cara mengikatnya. Karena memang di puri dari dulu diajarkan untuk mengikat seseorang yang bersalah, namun tidak boleh diapa-apakan setelah diikat. Tanya ke orangnya sendiri apa pernah saya berkata keras dan menampar?” tuturnya.
Tu Rah menyatakan, dirinya tidak pernah ada masalah dengan pemerintah. Dia juga menegaskan, petugas DKP sudah melaksanakan tugas. Namun sekarang ini persoalannya menyangkut kesucian Puri Kesiman yang kini menjadi leteh, dan perlu adanya prosesi upacara untuk penyucian.
“Puri ini sudah leteh, apalagi sekarang ada kejadian ujar ala yang sedang terjadi di media sosial, yang menghujat Puri Kesiman,” imbuh Tu Rah.
Tu Rah menekankan, pihak puri tidak meminta apa-apa dan tidak memaksa pemerintah untuk melakukan upacara pembersihan. Pihak Puri Kesiman sekarang mengembalikannya ke pemerintah apa yang mesti dilakukan oleh pemerintah terkait dengan kejadian tersebut.
“Saya kembalikan ke pemerintah apa yang semestinya dilakukan. Sekecil apapun bantennya, akan saya terima. Tapi semua itu tetap ada konsekuensinya, itu saya yang akan menentukan nantinya,” ujarnya.
Dia minta agar pemerintah memberikan keputusan, apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk Puri Kesiman, sebelum satu bulan tujuh hari. Tu Rah juga menginginkan adanya penyucian kembali Puri Kesiman seperti semula, mengingat puri tersebut merupakan tempat sakral yang diwariskan oleh leluhur.
Kepala DKP Ketut Wisada menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tersebut, hingga menimbulkan ujar ala di media sosial. Ia juga menanyakan apa yang seharusnya dilakukan oleh pihaknya untuk mengembalikan kesucian puri seperti semula.
“Saya atas pribadi dan instansi meminta maaf atas kejadian ini, yang dilakukan oleh anak buah saya, yang membuang sampah di pojok puri ini. Saya juga ingin menyampaikan pesan dari walikota, kami memohon petunjuk apa yang harus kami lakukan untuk mengembalikan kesucian puri?,” ucap Wisada di depan krama Desa Kesiman, tokoh masyarakat, dan Panglingsir Puri Kesiman.
Sementara itu, Dewa Made Roji, 64, petugas penyapu jalan yang diikat di tiang listrik, kemarin juga hadir di pertemuan di Puri Kesiman. Seusai pertemuan, kepada NusaBali dia menuturkan, dirinya saat itu sudah di depan puri untuk membuang sampah. Saat itu sempat ditegur oleh temannya sesame tukang sapu. “Jangan buang sampah di sana nanti dimarah sama Ratu (panglingsir puri). Di dalam buang, di sana ada tong sampah,” tutur Roji. Roji pun menuruti anjuran temannya yang saat itu langsung pergi meninggalkannya.
Roji membuang sampah di puri sudah lebih dari sebulah. Dia sempat beberapa kali ditegur oleh Anak Agung Sagung Mas Megawati, istri AA Kusuma Wardana, namun Roji tetap membuang sampah di areal puri karena mengingat perkataan temannya.
“Saya sempat diingatkan, tapi saya tetap buang sampah di puri karena ada tong sampahnya,” imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang petugas DKP Kota Denpasar sempat diikat di bawah tiang listrik di Puri Kesiman, Denpasar Timur, Minggu (29/5. Petugas DKP ini diikat langsung oleh Panglingsir Puri Kesiman AA Kusuma Wardana, menggunakan tali rafia, karena kerap membuang sampah ke tong di pojok dalam Puri Kesiman. Setelah hampir 5 jam terikat, yang bersangkutan kemudian dilepas.
Menurut Tu Rah, semua berawal ketika dirinya bangun tidur pagi itu, kaget melihat tong sampah di pojok halaman Puri Kesiman penuh berisi sampah. Ini aneh, padahal biasanya sampah dari puri sedikit dan seha-rusnya sudah diambil petugas DKP. Namun, ternyata sampah malah semakin banyak hingga berserakan karena kepenuhan.
Setelah ditelusuri, ternyata petugas DKP yang kesehariannya menyapu di Jalan WR Supratman Denpasar sering membuang sampah di tong pojok halaman Puri Kesiman. Sontak Tu Rah memanggil tukang sapu dari DKP yang ada di depan Puri Kesiman. “Saya tanya langsung kenapa membuang sampah di sini (Puri Kesiman)? Dia bilang disuruh sama Satgas Sampah Kelurahan Kesiman,” ujar Tu Rah. Mendengar jawaban seperti itu, petugas DKP tersebut langsung diikat Tu Rah dengan tali rafia di bawah tiang listrik.
“Kalau seperti ini, kan artinya Puri Kesiman adalah tempat pembuangan sampah. Artinya juga puri ini sampah,” beber Tu Rah. Petugas DKP tersebut pun diikat selama hampir 5 jam, sejak pagi pukul 06.30 Wita sampai siang pukul 11.00 Wita, sampai akhirnya Kepala DKP Denpasar datang minta maaf.
"Atasannya datang ke sini (Puri Kesiman) meminta maaf kepada saya. Lha, saya tanya kenapa meminta maaf kepada saya? Pekerjaan DKP itu baik, bagus membantu masyarakat, saya bilang jangan meminta maaf kepada saya, karena DKP tidak salah. Saya yang memang sampah, saya bilang begitu," jelas Tu Rah.
Tu Rah pun sempat menghubungi Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, untuk melihat langsung kelakuan anak buahnya. "Saya sempat telepon Walikota. Sayangnya, beliau lagi keluar kota waktu itu. Saya di sini bukan menjelekkan siapa puun, tapi untuk mengajarkan kepada masyarakat, agar jangan semua tempat dijadikan pembuangan sampah. Puri ini kan warisan leluhur kita," tandasnya. Tu Rah mengungkapkan, anaknya sudah melapor ke Polda Bali terkait komentar bernada melecehkan di media sosial. 7 cr63
Komentar