Ditemukan Lontar Tahun 1938 Berisi Salinan Babad Kisah Arya
Penyuluh Bahasa Bali di Kecamatan Marga mrlakukan konservasi lontar milik I Gusti Ketut Aria di Jeroan Kangin Belayu, Banjar Gunung Siku, Desa Peken Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan, Rabu (26/6).
TABANAN, NusaBali
Yang menarik dalam konservasi naskah ini ditemukan lontar kuno tahun 1938 berisi salinan babad mengisahkan tentang Arya. Namun kondisinya sebagian telah dimakan rayap. Konservasi lontar dengan nama program kegiatan pemeliharaan dan perawatan naskah ini dihadiri oleh Kasi Bidang Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Made Mahesa Yuma Putra, dan anggota DPRD Tabanan I Putu Eka Putra Nurcahyadi.
Kordinator Kabupaten Penyuluh Bahasa Bali di Tabanan I Gede Putu Adi Saka Wibawa didampingi Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Desa Peken Belayu, Ni Putu Astridyanti, mengatakan identifikasi lontar yang dilakukan atas permintaan pemilik I Gusti Ketut Aria. Namun juga menjadi kegiatan rutin Penyuluh Bahasa Bali di Tabanan, sebab sudah menjadi program dari Dinas Kebudayaan dalam memelihara naskah kuno. “Ada 43 cakep lontar yang kami konservasi,” ujarnya.
Kata dia dari 43 lontar yang dikonservasi, mayoritas ditemukan salinan babad yang menceritakan kisah tentang Arya. Namun sebagian kondisinya telah kusam, berdebu, dan dimakan rayap. “Terakhir naskah ini dibuka tahun 1977 atau 42 tahun lalu, dan sering kena tirta,” tegasnya.
Meskipun demikian, menurut Saka, tulisan yang ada di lontar tersebut masih bisa dibaca walaupun ada beberapa aksara yang hilang. “Selanjutnya lontar akan kami bersihkan, diberi minyak sereh yang sudah dicampur alkohol. Dan kalau ada tulisan pudar, kami olesi dengan minyak kemiri supaya bisa dibaca,” bebernya.
Dan pada kesempatan itu juga Penyuluh Bahasa Bali di Kecamatan Marga diberikan sarana konservasi seperti minyak sereh, untuk keperluan konservasi selanjutnya.
Sementara Kasi Bidang Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Made Mahesa Yuma Putra mengatakan setiap tahun sudah melaksanakan program pelestarian dan pemeliharaan naskah kuno di masyarakat. Namun kali ini pihaknya bekerja sama dengan penyuluh bahasa Bali. “Untuk kali ini kami bekerja sama dengan Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Marga,” ucapnya.
Menurutnya tujuan program ini antara lain untuk perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan naskah kuno. Karena yang utama isi lontar tersebut harus dijaga. “Sebab itu bisa dijadikan cerminan dari budaya untuk generasi yang akan datang. Siapa lagi yang melestarikan kalau bukan kita,” ujar Putra.
Ditambahkanya tahun 2020 nanti ada program dari Kementerian Agama untuk membuat program mengklasifikasikan dan inventarisasi manuskrip yang ada di seluruh nusantara.
“Nah, termasuk Bali juga dianggap sebagai barometer manuskrip nusantara. Melalui program bapak gubernur nangun sat kertih loka bali yang melakukan pelestarian di bidang budaya, akan berlanjut setiap tahunnya dimana kita akan mendata penyebaran manuskrip yang ada di wilayah kita,” tandasnya. *des
Kordinator Kabupaten Penyuluh Bahasa Bali di Tabanan I Gede Putu Adi Saka Wibawa didampingi Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Desa Peken Belayu, Ni Putu Astridyanti, mengatakan identifikasi lontar yang dilakukan atas permintaan pemilik I Gusti Ketut Aria. Namun juga menjadi kegiatan rutin Penyuluh Bahasa Bali di Tabanan, sebab sudah menjadi program dari Dinas Kebudayaan dalam memelihara naskah kuno. “Ada 43 cakep lontar yang kami konservasi,” ujarnya.
Kata dia dari 43 lontar yang dikonservasi, mayoritas ditemukan salinan babad yang menceritakan kisah tentang Arya. Namun sebagian kondisinya telah kusam, berdebu, dan dimakan rayap. “Terakhir naskah ini dibuka tahun 1977 atau 42 tahun lalu, dan sering kena tirta,” tegasnya.
Meskipun demikian, menurut Saka, tulisan yang ada di lontar tersebut masih bisa dibaca walaupun ada beberapa aksara yang hilang. “Selanjutnya lontar akan kami bersihkan, diberi minyak sereh yang sudah dicampur alkohol. Dan kalau ada tulisan pudar, kami olesi dengan minyak kemiri supaya bisa dibaca,” bebernya.
Dan pada kesempatan itu juga Penyuluh Bahasa Bali di Kecamatan Marga diberikan sarana konservasi seperti minyak sereh, untuk keperluan konservasi selanjutnya.
Sementara Kasi Bidang Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Made Mahesa Yuma Putra mengatakan setiap tahun sudah melaksanakan program pelestarian dan pemeliharaan naskah kuno di masyarakat. Namun kali ini pihaknya bekerja sama dengan penyuluh bahasa Bali. “Untuk kali ini kami bekerja sama dengan Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Marga,” ucapnya.
Menurutnya tujuan program ini antara lain untuk perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan naskah kuno. Karena yang utama isi lontar tersebut harus dijaga. “Sebab itu bisa dijadikan cerminan dari budaya untuk generasi yang akan datang. Siapa lagi yang melestarikan kalau bukan kita,” ujar Putra.
Ditambahkanya tahun 2020 nanti ada program dari Kementerian Agama untuk membuat program mengklasifikasikan dan inventarisasi manuskrip yang ada di seluruh nusantara.
“Nah, termasuk Bali juga dianggap sebagai barometer manuskrip nusantara. Melalui program bapak gubernur nangun sat kertih loka bali yang melakukan pelestarian di bidang budaya, akan berlanjut setiap tahunnya dimana kita akan mendata penyebaran manuskrip yang ada di wilayah kita,” tandasnya. *des
1
Komentar