Selera Humor Peserta Masih Kurang
Lomba Karikatur di Ajang PKB ke-41
DENPASAR, NusaBali
“Karikatur tidak hanya estetika, tetapi juga harus memiliki humor dan etika. Itu tiga elemen penting dalam meramu atau membuat karikatur,” ujar juri lomba karikatur Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019, Kadek Jango Paramartha.
Menurut Jango yang juga pemilik majalah kartun ‘Bog-Bog’, kalau soal estetika menggambar, orang Bali pasti mampu dan tidak perlu diragukan lagi. “Hanya saja kalau untuk selera humor ini yang memerlukan intelegensia atau wawasan,” jelas Jango saat ditemui disela-sela penjurian lomba karikatur di kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali, Minggu (30/6) siang. Menurut Jango Paramartha, untuk mengasah wawasan agar memiliki selera humor dalam karikatur ini, seorang kartunis harus rajin membaca apa saja untuk memperkaya pengetahuan sekaligus mengasah kepekaan.
Jango tidak mengingkari bahwa salah kelemahan dari kartunis remaja di Bali saat ini adalah soal selera humor yang didukung oleh intelegensia tersebut. “Ini yang perlu terus diasah karena membuat karikatur tidak sekedar keindahan estetika gambar saja. Tetapi juga memerlukan selera humor dan etika,” jelas Jango Paramartha sembari menjelaskan soal etika yang dimaksud diantaranya soal isi kartun yang tidak menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan-red) dalam arti negatif.
Khusus untuk lomba karikatur di PKB ke-41 tahun 2019 ini tambahan kriteria lainnya antara lain kesesuaian dengan tema, keaslian ide, kreativitas. Tema lomba karikatur tahun ini adalah ‘Bali Dalam Angin Perubahan’. Total peserta sebanyak 15 remaja laki-laki dan perempuan dari Denpasar, Gianyar, dan Badung. Juara pertama diraih I Gusti Made Sathya Dharmawan (Denpasar), juara kedua Putu Dea Indah Kartini (Denpasar), juara ketiga I Kadek Agus Aditya (Denpasar) dan juara harapan Ni Wayan Niken (Gianyar). Selain Jango Paramartha (Kartunis/Pemilik majalah kartun Bog-bog), juri dalam lomba ini yakni I Wayan Nuriarta (Dosen ISI Denpasar) dan I Kadek Dwi Norwatha (kartunis/Dosen ISI Denpasar). Dari lomba karikatur ini Jango bersama juri yang lain memberi catatan tersendiri. “Kartun atau karikatur yang dibuat peserta umumnya masih kesulitan dalam menangkap selera humor”. *
Menurut Jango yang juga pemilik majalah kartun ‘Bog-Bog’, kalau soal estetika menggambar, orang Bali pasti mampu dan tidak perlu diragukan lagi. “Hanya saja kalau untuk selera humor ini yang memerlukan intelegensia atau wawasan,” jelas Jango saat ditemui disela-sela penjurian lomba karikatur di kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali, Minggu (30/6) siang. Menurut Jango Paramartha, untuk mengasah wawasan agar memiliki selera humor dalam karikatur ini, seorang kartunis harus rajin membaca apa saja untuk memperkaya pengetahuan sekaligus mengasah kepekaan.
Jango tidak mengingkari bahwa salah kelemahan dari kartunis remaja di Bali saat ini adalah soal selera humor yang didukung oleh intelegensia tersebut. “Ini yang perlu terus diasah karena membuat karikatur tidak sekedar keindahan estetika gambar saja. Tetapi juga memerlukan selera humor dan etika,” jelas Jango Paramartha sembari menjelaskan soal etika yang dimaksud diantaranya soal isi kartun yang tidak menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan-red) dalam arti negatif.
Khusus untuk lomba karikatur di PKB ke-41 tahun 2019 ini tambahan kriteria lainnya antara lain kesesuaian dengan tema, keaslian ide, kreativitas. Tema lomba karikatur tahun ini adalah ‘Bali Dalam Angin Perubahan’. Total peserta sebanyak 15 remaja laki-laki dan perempuan dari Denpasar, Gianyar, dan Badung. Juara pertama diraih I Gusti Made Sathya Dharmawan (Denpasar), juara kedua Putu Dea Indah Kartini (Denpasar), juara ketiga I Kadek Agus Aditya (Denpasar) dan juara harapan Ni Wayan Niken (Gianyar). Selain Jango Paramartha (Kartunis/Pemilik majalah kartun Bog-bog), juri dalam lomba ini yakni I Wayan Nuriarta (Dosen ISI Denpasar) dan I Kadek Dwi Norwatha (kartunis/Dosen ISI Denpasar). Dari lomba karikatur ini Jango bersama juri yang lain memberi catatan tersendiri. “Kartun atau karikatur yang dibuat peserta umumnya masih kesulitan dalam menangkap selera humor”. *
1
Komentar