Denpasar Sajikan Tari Legong Kuntir dan Tari Kesari Gandrung
Parade Semara Pegulingan berlangsung semarak di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali, Sabtu (29/6).
DENPASAR, NusaBali
Sekaa Gong Kerthi Yasa, Banjar Suwung Batan Kendal, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan mebarung dengan Karang Taruna Desa Melinggih Kecamatan Payangan, Duta Kabupaten Gianyar. Pada penampilan kali ini, duta Kota Denpasar lewat sajian garapan Tari Kesari Gandrung dan Tari Legong Kuntir.
Tari Legong Kuntir, menurut kordinator pembina, Udha Pramesti, terinspirasi dan berasal dari cerita berbahasa Sansekerta dari India yaitu cerita Ramayana. Tarian ini menceritakan dimana terdapat tiga orang putra seorang Rsi yaitu Arya Bang, Arya Kuning dan yang paling bungsu yaitu seorang wanita yang diberikan nama Dewi Anjani.
Suatu hari ayahnya memberikan gelang kepada kedua putranya, sedangkan untuk putrinya diberikan sebuah cermin yang diberi nama Cupu Manik yang mana cermin Cupu Manik ini bisa melihat masa lalu, masa datang, dan masa yang akan datang. Kedua putranya tersebut juga sangat menginginkan Cupu Manik yang mana dengan menggunakan cara merampas cermin tersebut dari tangan adiknya.
“Melihat kejadian tersebut ayahnya menjadi sangat marah kepada kedua putranya dan melemparkan Cupu Manik hingga sampai ke dasar kolam. Akhirnya kedua putra tersebut berebut untuk menyelam dan mencari Cupu Manik tersebut hingga ke dasar kolam namun akhirnya gagal. Tapi apa yang terjadi, setelah mereka berdua keluar dari dasar kolam wajah kedua putranya tersebut berubah menjadi kera,” ujarnya.
Sedangkan Tari Kesari Gandrung menceritakan Pemutaran Gunung Mandara Giri sebagai awal lahirnya Hanoman, ketika Dewa Wisnu mengubah wujudnya menjadi Dewi Mohini untuk merebut Tirta Amertha dari cengkraman para raksasa. Kecantikan Dewi Mohini membuat kama Dewa Siwa terhempas dan dirawat oleh Sapta Reseng langit. Kama ini akan dibuahi ketika Dewi Mohini menitis ke dunia demikian pula dengan Dewa Siwa. Dewi Mohini menjelma ke dunia menjelma menjadi Dewi Anjani sedangkan Dewa Siwa menjelma menjadi Raja Kera Kesari.
Percintaan dan pembuahan kama yang tertunda itupun terjadi, dan kemudian lahirlah seorang anak yang diberi nama Marut Suta, karena pada saat pentransferan kama ke tubuh Dewi Anjani melalui bantuan Dewa Marut (angin). Marut Suta kemudian dianugrahi nama Hanuman oleh Dewa Indra untuk membayar kesalahan Dewa Indra karena, pernah mencelakai Marut Suta yang menyebabkan dagunya pecah,” ungkapnya.
Seorang penari tari Legong Kuntir, Ida Ayu Trianan Titania Manuaba mengaku bekerja keras untuk persiapan menari di PKB ini dilakukan selama dua bulan agar menguasai teknik menari legong. “Jadi tantangan selama latihan itu mencari kekompakan,” tutur Trianan Titania Manuaba. Menurut Titania, perkembangan zaman, membuat Tari legong yang ditampilkan oleh dua penari perempuan ini mengalami sedikit perubahan. “Dari dulu sampai sekarang pasti mengalami perubahan dari segi susunanya, pakem, ekspresi, style dan lain sebagainya,” jelas Titania.
Sementara itu, penampilan duta Gianyar yang diwakili oleh Komunitas Seni Bagus Pangus dari Br. Payangan berkolaborasi dengan Karang taruna Sandi Janana, desa Melinggih, kecamatan Payangan, Gianyar menampilkan Tabuh Sekar Gendot mejadi penampilan pembuka, kemudian tarian Legong Kuntir. Tabuh Sekar Gendot merupakan tabuh klasik yang lahir di Gianyar. “Untuk tabuh ini memang sudah lama digarap dan kita sudah berlatih sekitar bulan Februari kurang lebih empat bulan,” tutur seorang penabuh Gangsa dari duta Gianyar, Putu Ayong Krisnanda Wahyu Kusuma. *ind
Tari Legong Kuntir, menurut kordinator pembina, Udha Pramesti, terinspirasi dan berasal dari cerita berbahasa Sansekerta dari India yaitu cerita Ramayana. Tarian ini menceritakan dimana terdapat tiga orang putra seorang Rsi yaitu Arya Bang, Arya Kuning dan yang paling bungsu yaitu seorang wanita yang diberikan nama Dewi Anjani.
Suatu hari ayahnya memberikan gelang kepada kedua putranya, sedangkan untuk putrinya diberikan sebuah cermin yang diberi nama Cupu Manik yang mana cermin Cupu Manik ini bisa melihat masa lalu, masa datang, dan masa yang akan datang. Kedua putranya tersebut juga sangat menginginkan Cupu Manik yang mana dengan menggunakan cara merampas cermin tersebut dari tangan adiknya.
“Melihat kejadian tersebut ayahnya menjadi sangat marah kepada kedua putranya dan melemparkan Cupu Manik hingga sampai ke dasar kolam. Akhirnya kedua putra tersebut berebut untuk menyelam dan mencari Cupu Manik tersebut hingga ke dasar kolam namun akhirnya gagal. Tapi apa yang terjadi, setelah mereka berdua keluar dari dasar kolam wajah kedua putranya tersebut berubah menjadi kera,” ujarnya.
Sedangkan Tari Kesari Gandrung menceritakan Pemutaran Gunung Mandara Giri sebagai awal lahirnya Hanoman, ketika Dewa Wisnu mengubah wujudnya menjadi Dewi Mohini untuk merebut Tirta Amertha dari cengkraman para raksasa. Kecantikan Dewi Mohini membuat kama Dewa Siwa terhempas dan dirawat oleh Sapta Reseng langit. Kama ini akan dibuahi ketika Dewi Mohini menitis ke dunia demikian pula dengan Dewa Siwa. Dewi Mohini menjelma ke dunia menjelma menjadi Dewi Anjani sedangkan Dewa Siwa menjelma menjadi Raja Kera Kesari.
Percintaan dan pembuahan kama yang tertunda itupun terjadi, dan kemudian lahirlah seorang anak yang diberi nama Marut Suta, karena pada saat pentransferan kama ke tubuh Dewi Anjani melalui bantuan Dewa Marut (angin). Marut Suta kemudian dianugrahi nama Hanuman oleh Dewa Indra untuk membayar kesalahan Dewa Indra karena, pernah mencelakai Marut Suta yang menyebabkan dagunya pecah,” ungkapnya.
Seorang penari tari Legong Kuntir, Ida Ayu Trianan Titania Manuaba mengaku bekerja keras untuk persiapan menari di PKB ini dilakukan selama dua bulan agar menguasai teknik menari legong. “Jadi tantangan selama latihan itu mencari kekompakan,” tutur Trianan Titania Manuaba. Menurut Titania, perkembangan zaman, membuat Tari legong yang ditampilkan oleh dua penari perempuan ini mengalami sedikit perubahan. “Dari dulu sampai sekarang pasti mengalami perubahan dari segi susunanya, pakem, ekspresi, style dan lain sebagainya,” jelas Titania.
Sementara itu, penampilan duta Gianyar yang diwakili oleh Komunitas Seni Bagus Pangus dari Br. Payangan berkolaborasi dengan Karang taruna Sandi Janana, desa Melinggih, kecamatan Payangan, Gianyar menampilkan Tabuh Sekar Gendot mejadi penampilan pembuka, kemudian tarian Legong Kuntir. Tabuh Sekar Gendot merupakan tabuh klasik yang lahir di Gianyar. “Untuk tabuh ini memang sudah lama digarap dan kita sudah berlatih sekitar bulan Februari kurang lebih empat bulan,” tutur seorang penabuh Gangsa dari duta Gianyar, Putu Ayong Krisnanda Wahyu Kusuma. *ind
Komentar