Pentas Arja, Bupati Mas Sumatri Perankan Manteri Buduh
Ada surprise saat acara penutupan rangkaian kegiatan HUT ke-379 Kota Amlapura yang digelar di Panggung Hiburan Taman Budaya Candra Buana, Jalan Ngurah Rai Amlapura, Minggu (30/6) malam.
AMLAPURA, NusaBali
Saat itu, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, 52, ikut pentas kesenian Arja dengan memainkan peran sebagai Manteri Buduh.
Sebelum keluar dari langse (kain pembatas panggung), suara Bupati IGA Mas Sumatri sudah terdengar nembang Arja. Suaranya terdengar nyaring dari balik langse. Awalnya, tidak ada penonton yang mengira kalau suara tembang Manteri Buduh dari balik langse itu adalah Bupati Mas Sumatri.
Nah, begitu pemeran Manteri Buduh muncul di panggung (keluar dari langse), barulah sekitar 5.000 lebih penonton yang memadati areal Taman Budaya Candra Buana terperangah. Mereka terkejut karena pemeran Manteri Buduh ternyata Ibu Bupati. Perhatian penonton pun kemudian terpusat ke sosok Manteri Buduh yang diperankan Bupati Mas Sumatri. Tepuk tangan penonton juga sempat bergemuruh.
Awalnya, Bupati Mas Sumatri tampil tanpa hambatan sebagai Manteri Buduh. Dia berdialog dengan dua punakawan, yakni Penasar (diperankan seniman I Ketut Bawa) dan Wijil (yang diperankan I Komang Parwata), diiringi sekaha Arja dadakan yang dikoordinasikan I Ketut Nanda.
Selanjutnya, saat dialog dengan kedua punakawan, materi dibawakan Bupati Mas Sumatri yang menyiasatinya dengan membawa catatan kecil. Dia menari Arja sambil melirik catatan kecil untuk didialogkan. Materi dialog bertemakan Asta Brata, yakni delapan sifat kepemimpinan dalam Agama Hindu.
Namanya juga berdialog dan menari sambil bawa kerpekan, tentu saja antara tarian dan dialog yang dibawakan Bupati Mas Sumatri ada kalanya terdengar lucu, hingga mengundang gelak tawa ribuan penonton. Namun, secara keseluruhan, penampilan Bupati Mas Sumatri sebagai penari Arja dengan peran Manteri Buduh, nyaris tanpa hambatan.
Dalam dialog pentas Arja malam itu, Bupati Mas Sumatri sempat menekankan pentingnya menjaga taksu Karangasem, melalui tagline ‘Karangasem The Spirit of Bali’. "Agar program itu berkelanjutan, mari kita dukung bersama," ajak Bupati Mas Sumatri di hadapan ribuan penonton.
Bupati Mas Sumatri sendiri nyaris tanpa hambatan berarti saat pentas Arja yang berdurasi sekitar 1 jam malam itu. Maklum, Mas Sumatri memang dikenal sebagai pencinta kesenian Arja. Saat masih sekolah di PGAH (Pendidikan Guru Agama Hindu) Amlapura tahun 1986, Mas Sumatri sering berperan sebagai Galuh Daha atau putri raja.
Di samping itu, Mas Sumatri memang termasuk keturunan pragina (penari). Kedua orangtuanya, I Gusti Lanang Gita dan I Gusti Ayu Sasih, merupakan pragina Arja dari Desa Adat Tabola, Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen, Karangasem.
Mulanya, Mas Sumatri kecil mendalami tari lepas saat duduk di bangku SDN 1 Sidemen dan SMPN 1 Sidemen. Setelah duduk di PGAH Amlapura tahun 1986, Mas Sumatri mulai pentas kesenian Arja dengan peran sebagai Galuh Daha. Selama sekolah di PGAH, Mas Sumatri sering ngayah ke berbagai tempat.
Setamat PGAH, politisi kelahiran Lampung, 31 Desember 1967, ini jarang tampil menari, karena sibuk bisnis dan masuk organisasi wanita. Mas Sumatri sempat dipervaya menjadi Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Karangasem dua periode (2006-2011, 2011-2014). Kemudian, Mas Sumatri terjun ke politik hingga sempat dua kali periode duduk di Fraksi PDIP DPRD Karangasem (2009-2014, 2014-2015).
Sampai kemudian Mas Sumatri terpilih menjadi Bupati Karangasem 2016-2021 melalui Pilkada 2015. Selain jadi Bupati, Mas Sumatri saat ini menjabat Ketua DPD Partai NasDem Karangasem. "Kesibukan sebagai pengusaha, berpolitik, dan mengurus rumah tangga membuat saya tidak sempat intens berkesenian. Tapi, saya tetap mencintai seni pertunjukan dan sering menonton," tutur Mas Sumatri kepada NusaBali.
Menurut Mas Sumatri, darah seninya mengalir ke putra sulungnya, I Gusti Ngurah Gede Subagiartha, yang kini aktif masekaha gong, vokal, dan memimpin Group Band Gana Svara Amlapura. "Saya putuskan ikut pentas Arja saat penutupan HUT Kota Amlapura, agar generasi masa kini aktif melestarikan kesenian klasik tersebut," papar ibu tiga anak dari pernikahannya dengan pengusha konstruksi I Gusti Made Tusan ini.
Sementara itu, I Ketut Bawa yang berperan sebagai Penasar dalam pentas Arja penutupan HUT Kota Amlapura malam itu, mengatakan Bupati Mas Sumatri hanya sempat dua hari ikut latihan. Menurut Ketut Bawa, lima hari sebelum pentas, dirinya ditelepon oleh Bupati Mas Sumatri bahwa yang bersangkutan ingin ikut pentas Arja.
Adalah Mas Sumatri sendiri yang memilih peran sebagai Manteri Buduh. Alasannya, jika memerankan Manetri dengan pakem Dharma, pementasan akan terkesan serius dan pesan yang disampaikan sulit dipahami masyarakat awam. “Bu Mas Sumatri menginginkan agar terlukiskan dalam pementasan sebagai sosok pemimpin yang tidak fanatik dan merakyat,” cerita Ketut Bawa. *k16
Sebelum keluar dari langse (kain pembatas panggung), suara Bupati IGA Mas Sumatri sudah terdengar nembang Arja. Suaranya terdengar nyaring dari balik langse. Awalnya, tidak ada penonton yang mengira kalau suara tembang Manteri Buduh dari balik langse itu adalah Bupati Mas Sumatri.
Nah, begitu pemeran Manteri Buduh muncul di panggung (keluar dari langse), barulah sekitar 5.000 lebih penonton yang memadati areal Taman Budaya Candra Buana terperangah. Mereka terkejut karena pemeran Manteri Buduh ternyata Ibu Bupati. Perhatian penonton pun kemudian terpusat ke sosok Manteri Buduh yang diperankan Bupati Mas Sumatri. Tepuk tangan penonton juga sempat bergemuruh.
Awalnya, Bupati Mas Sumatri tampil tanpa hambatan sebagai Manteri Buduh. Dia berdialog dengan dua punakawan, yakni Penasar (diperankan seniman I Ketut Bawa) dan Wijil (yang diperankan I Komang Parwata), diiringi sekaha Arja dadakan yang dikoordinasikan I Ketut Nanda.
Selanjutnya, saat dialog dengan kedua punakawan, materi dibawakan Bupati Mas Sumatri yang menyiasatinya dengan membawa catatan kecil. Dia menari Arja sambil melirik catatan kecil untuk didialogkan. Materi dialog bertemakan Asta Brata, yakni delapan sifat kepemimpinan dalam Agama Hindu.
Namanya juga berdialog dan menari sambil bawa kerpekan, tentu saja antara tarian dan dialog yang dibawakan Bupati Mas Sumatri ada kalanya terdengar lucu, hingga mengundang gelak tawa ribuan penonton. Namun, secara keseluruhan, penampilan Bupati Mas Sumatri sebagai penari Arja dengan peran Manteri Buduh, nyaris tanpa hambatan.
Dalam dialog pentas Arja malam itu, Bupati Mas Sumatri sempat menekankan pentingnya menjaga taksu Karangasem, melalui tagline ‘Karangasem The Spirit of Bali’. "Agar program itu berkelanjutan, mari kita dukung bersama," ajak Bupati Mas Sumatri di hadapan ribuan penonton.
Bupati Mas Sumatri sendiri nyaris tanpa hambatan berarti saat pentas Arja yang berdurasi sekitar 1 jam malam itu. Maklum, Mas Sumatri memang dikenal sebagai pencinta kesenian Arja. Saat masih sekolah di PGAH (Pendidikan Guru Agama Hindu) Amlapura tahun 1986, Mas Sumatri sering berperan sebagai Galuh Daha atau putri raja.
Di samping itu, Mas Sumatri memang termasuk keturunan pragina (penari). Kedua orangtuanya, I Gusti Lanang Gita dan I Gusti Ayu Sasih, merupakan pragina Arja dari Desa Adat Tabola, Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen, Karangasem.
Mulanya, Mas Sumatri kecil mendalami tari lepas saat duduk di bangku SDN 1 Sidemen dan SMPN 1 Sidemen. Setelah duduk di PGAH Amlapura tahun 1986, Mas Sumatri mulai pentas kesenian Arja dengan peran sebagai Galuh Daha. Selama sekolah di PGAH, Mas Sumatri sering ngayah ke berbagai tempat.
Setamat PGAH, politisi kelahiran Lampung, 31 Desember 1967, ini jarang tampil menari, karena sibuk bisnis dan masuk organisasi wanita. Mas Sumatri sempat dipervaya menjadi Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Karangasem dua periode (2006-2011, 2011-2014). Kemudian, Mas Sumatri terjun ke politik hingga sempat dua kali periode duduk di Fraksi PDIP DPRD Karangasem (2009-2014, 2014-2015).
Sampai kemudian Mas Sumatri terpilih menjadi Bupati Karangasem 2016-2021 melalui Pilkada 2015. Selain jadi Bupati, Mas Sumatri saat ini menjabat Ketua DPD Partai NasDem Karangasem. "Kesibukan sebagai pengusaha, berpolitik, dan mengurus rumah tangga membuat saya tidak sempat intens berkesenian. Tapi, saya tetap mencintai seni pertunjukan dan sering menonton," tutur Mas Sumatri kepada NusaBali.
Menurut Mas Sumatri, darah seninya mengalir ke putra sulungnya, I Gusti Ngurah Gede Subagiartha, yang kini aktif masekaha gong, vokal, dan memimpin Group Band Gana Svara Amlapura. "Saya putuskan ikut pentas Arja saat penutupan HUT Kota Amlapura, agar generasi masa kini aktif melestarikan kesenian klasik tersebut," papar ibu tiga anak dari pernikahannya dengan pengusha konstruksi I Gusti Made Tusan ini.
Sementara itu, I Ketut Bawa yang berperan sebagai Penasar dalam pentas Arja penutupan HUT Kota Amlapura malam itu, mengatakan Bupati Mas Sumatri hanya sempat dua hari ikut latihan. Menurut Ketut Bawa, lima hari sebelum pentas, dirinya ditelepon oleh Bupati Mas Sumatri bahwa yang bersangkutan ingin ikut pentas Arja.
Adalah Mas Sumatri sendiri yang memilih peran sebagai Manteri Buduh. Alasannya, jika memerankan Manetri dengan pakem Dharma, pementasan akan terkesan serius dan pesan yang disampaikan sulit dipahami masyarakat awam. “Bu Mas Sumatri menginginkan agar terlukiskan dalam pementasan sebagai sosok pemimpin yang tidak fanatik dan merakyat,” cerita Ketut Bawa. *k16
Komentar