Festival Tepi Sawah Kembali Digelar Ketiga Kalinya
Festival Tepi Sawah digelar kembali untuk ketiga kalinya. Berpusat di lokasi yang sangat unik di pinggiran Desa Pejeng, yakni Omah Apik, festival yang digagas oleh tiga pelaku seni yaitu Nita Aartsen, Anom Darsana, Etha Widiyanto ini merupakan performing art yang dikemas dengan menambahkan edukasi dan implementasi tentang environmental sustainability dan kedasaran lingkungan, baik di kalangan anak-anak maupun di kalangan dewasa.
DENPASAR, NusaBali.com
Festival yang digagas bersama-sama sejak tahun 2017 ini membawa tema, semangat, dan kesadaran lingkungan, yang melibatkan semua peserta, baik itu penampil, volunteer, pengunjung, serta siapa saja untuk menjadi bagian dari kesadaran lingkungan. Menurut salah satu penggagas, Etha Widiyanto, salah satu yang akan dilakukan untuk mengedukasi kesadaran lingkungan adalah dengan menyediakan alat-alat makan dan minum yang reusable selama festival berlangsung.
“Salah satu atau salah dua yang kita lakukan adalah tidak ada vendor yang ada di booth-booth kita, yang boleh mengeluarkan plastik. Semua kita pakai alat-alat makan dan minum yang reusable, dalam rangka mengurangi sampah yang kita hasilkan selama festival,” ungkapnya saat jumpa pers di Antida Soundgarden, Selasa (25/6).
Festival ini, kata Etha, betul-betul ingin mengurangi alat-alat sekali pakai agar sesedikit mungkin menghasilkan sampah. Selain alat makan dan minum yang reusable, juga disediakan untuk tempat cuci piring dan gelas. Tidak hanya itu, bagi pengunjung yang merokok juga diwajibkan membawa asbak pribadi yang telah disiapkan. Festival Tepi Sawah ingin mengedukasi masyarakat agar tidak ada lagi yang membuang punting rokok sembarangan.
“Satu lagi adalah mengurangi sampah rokok. Kami menyediakan asbak individual. Pengunjung bisa deposit Rp 5000,-, dapat asbak dari bambu, ada kalungnya juga. Boleh keliling-keliling festival, dan tidak ada yang buang punting rokok sembarangan. Silakan yang merokok bertanggung jawab pada puntungnya. Simpan sampai selesai festival, baru kosongkan dan kembalikan asbaknya. Setelah itu uangnya kembali,” ungkapnya.
Dalam gerakan kesadaran lingkungan ini, Festival Tepi Sawah berkolaborasi dengan Clean Bali Series, sebuah program buku dan pendidikan tentang kesadaran lingkungan untuk anak-anak, yang sudah dimulai sejak tahun 2006, dan yang telah aktif menggalang program bulanan “Bali Bersih” di lokasi festival, Omah Apik, bersama dengan sejumlah organisasi dan aktifis lingkungan, pendidikan, seni dan budaya, untuk memberikan ruang belajar kepada anak-anak setempat tentang kesadaran lingkungan.
Sementara itu, penggagas lainnya, Nita Aartsen menjelaskan, berbagai line up yang merupakan talent-talent yang luar biasa akan ditampilkan di Festival ini. Tentunya masih mengusung semangat Nusantara sebagai konsep utamanya. Menurut Nita, Fetival Tepi Sawah tahun ini menghadirkan line up yang istimewa.
“Tahun ini ada yang sangat spesial. Ada sinden yang bisa menyanyi jazz dan blues Endah Laras, dan juga membawa talent yang luar biasa umur 17 tahun sinden muda juga dari Solo. Ada pula dalang cilik Narend yang bisa berkolaborasi dengan Woro. Highlight yang menarik dari Papua yakni Papua Mania, mereka akan menari dan menggelar kolaborasi,” jelasnya.
Lanjut Nita, Festival Tepi Sawah juga akan menggelar “Tribute untuk Koesplus” di mana semua artis-artis yang berkontribusi, semuanya akan ikut menyanyi. Selain dihiasi dengan panggung musik, Festival Tepi Sawah juga akan menggelar workshop-workshop yang tak kalah apik sebagai bahan edukasi, seperti workshop film bersama Erick EST, workshop cukil dengan Rumah Kelima, workshop tari dengan Dayu Ani dan juga workshop tari dengan Prof Made Bandem.
Sedangkan Anom Darsana yang juga merupakan founder Festival Tepi Sawah menambahkan, akan ada juga workshop dari Made Taro dan dari Little Talks di Ubud, dan kegiatan art corner untuk anak-anak dari bahan recycle, membuat hal ini menjadi senada dengan mewujudkan festival yang ramah lingkungan yang mampu dilaksanakan atau dipraktekan oleh segenap pengunjung dan segenap penyelenggara.
“Kami ingin festival ini memberikan pertunjukan seni dengan membawa misi kesadaran lingkungan. Banyak yang saya lihat festival di Bali selalu ada unsur lingkungan. Buat saya, sebuah festival yang seksi itu kalau ada unsur lingkungan,” katanya.ind
Komentar